Yesus resmi jadi Tuhan baru saat konsili nicea tahun 325 M . Peserta konsili nicea yang tidak setuju bahwa Yesus adalah Tuhan, mengadakan konsili tandingan.
Peserta konsili nicea yg menolak pengangkatan Yesus sebagai Tuhan mebuat Konsili Sur, konsili tandingan yang tetap meyakini Yesus adalah manusia utusan Tuhan.
Roh kudus diangkat menjadi tuhan pada konsili konstantinopel tahun 381 M . Tahun 400 M, barulah dikarang sebuah buku oleh augustinus , “De Trinite”, tentang Trinitas, 3 oknum Tuhan.
Sebelum 325 M, Yesus belum diangkat jadi Tuhan. Sebelum 381 M, Roh kudus belum jadi Tuhan.
Tahun 431 M diadakan Konsili lagi, disitu diputuskan bahwa Yesus itu punya 2 kepribadian. 100 persen Tuhan, 100 persen manusia.
Beberapa tahun kemudian konsili Epesus 2 meralat keputusan sebelumnya, yakni Yesus kepribadiannya satu, tetapi Yesus adalah perpaduan Tuhan dan manusia.
Tahun 451 M konsili di Chalecdon, keputusannya meralat keputusan konsili Epheseus 2 dan kembali ke keputusan Epheseus 1, yang menyatakan Yesus 100 % tuhan 100 % manusia.
Ide 100 % Tuhan dan 100 % manusia itu hasil kesepakatan konsili Epheseus 1. Tidak berdasarkan alkitab.
Ketuhanan Yesus adalah buah Konsili di abad ke 4 , perdebatannya pun keras . Sampe ada Konsili tandingan yg memutuskan sebaliknya.
Sebelum 431 M , yg memutuskan 100 persen Tuhan dan 100 persen manusia, berapa komposisi ketuhanan dan kemanusiaan?
Tanpa konsili nicea tak pernah ada keputusan Yesus tuhan. Sesuatu jadi Tuhan karena diputuskan oleh sebuah Konsili (Perundingan) manusia? Ini sesuatu yang aneh.
Doktrin kristen diambil dari hasil Konsili, bukan mengambil dari sumber alkitab. Jadi konsep teologi Kristen berevolusi:
1. Tuhan itu Tunggal (ajaran Yesus).
2. Tuhan itu DwiTunggal (325M).
3. Tuhan itu Tritunggal (381M)
2. Tuhan itu DwiTunggal (325M).
3. Tuhan itu Tritunggal (381M)
Periode 325 M – 381 M yaitu antara konsili nicea dan konsili konstantinopel kristen meyakini dwi Tunggal : 2 adalah 1, 1 adalah 2.
Setelah 381 M , baru muncul gagasan TriTunggal , 3 adalah 1 dan 1 adalah 3.
Jadi, Roh kudus diangkat jadi Tuhan pada konsili konstantinopel tahun 381 M.
Sejauh ini kita telah memperbincangkan masalah Yesus yang dikatakan sebagai "Anak" dan juga tentang "Tuhan" yang telah dianggap sebagai bapak hakiki bagi Yesus. Selain itu ada person ketiga bernama "Ruhul Kudus" yang, menurut dogma Kristen, kendatipun memiliki suatu kepribadian individu tersendiri, masih menyatu dan berbaur secara sempurna dan abadi sedemikian rupa dengan Tuhan Bapak serta Tuhan Anak sehingga keterpaduan mereka menciptakan kemanunggalan dalam tiga.
Sekarang kita alihkan perhatian kepada permasalahan ini, dengan meneliti apakah Ruhul Kudus memiliki satu kepribadian terpisah dari Tuhan, maupun Yesus, ataukah mereka berkongsi memiliki satu kepribadian yang sama?
Kepribadian di sini dapat dinyatakan sebagai puncak kesadaran, dalam analisa mutakhir, adalah suatu hal yang tidak dapat dibagi-bagi dan merupakan sesuatu yang khusus bagi masing-masing individu. Puncak kesadaran wujud-wujud seseorang ini, yang berbeda dari lainnya, menampilkan "saya," dan "punya saya" serta "milik saya" sebagai bandingan bagi "dia" dan "milik dia," serta "anda" dan "milik anda."
Memperhatikan ketiga unsur Ketuhanan, kita harus memutuskan apakah ketiga unsur tersebut memiliki kepribadian masing-masing atau tidak. Jika mereka tidak memiliki kepribadian terpisah, maka menyatakan mereka
sebagai tokoh-tokoh [yang berbeda] tidak terbayangkan.
sebagai tokoh-tokoh [yang berbeda] tidak terbayangkan.
Setiap orang/tokoh, betapa pun dekatnya dia dengan yang
lain, harus memiliki kesadaran individu yang terpisah mengenai dirinya. Sikap resmi segenap gereja sangat jelas dan tegas sekali,
menyatakan bahwa masing-masing dari ketiga oknum Tuhan memiliki kepribadian berbeda.
lain, harus memiliki kesadaran individu yang terpisah mengenai dirinya. Sikap resmi segenap gereja sangat jelas dan tegas sekali,
menyatakan bahwa masing-masing dari ketiga oknum Tuhan memiliki kepribadian berbeda.
Jadi, tidak sekedar "Tiga dalam Satu" melainkan lebih tepat [disebut] Tiga Kepribadian dalam Satu Pribadi. Pengalaman pahit yang dihadapi Yesus terhadap kematian dan segenap dampak mutlaknya, seharusnya dirasakan secara merata oleh Ruhul Kudus.
Dengan demikian, dia juga seharusnya terlibat dalam pengorbanan bersama Yesus. Lalu, dia seharusnya telah mengalami pedihnya neraka bersamaan dengan Yesus dan Tuhan Bapak.
Jika tidak, seseorang tidak dapat
menghindarkan diri dari gambaran kesimpulan yang tak terelakkan lagi, bahwa bukan saja mereka itu merupakan Tiga Oknum yang berbeda dan berlainan, melainkan perasaan indera mereka yang menghubungkan kepala dan kalbu yang berbeda, terpisah dan membatasi mereka satu sama lain.
menghindarkan diri dari gambaran kesimpulan yang tak terelakkan lagi, bahwa bukan saja mereka itu merupakan Tiga Oknum yang berbeda dan berlainan, melainkan perasaan indera mereka yang menghubungkan kepala dan kalbu yang berbeda, terpisah dan membatasi mereka satu sama lain.
Dalam upaya melanjutkan gambaran kita tentang Trinitas, kita harus membayangkan kenyataan Tiga Oknum yang bergabung bersama atau yang tampil sebagai suatu kesatuan abadi.
Sejauh ini kita tidak melihat bagaimana mereka dapat menyatu dalam perasaan-perasaan mereka dan dalam proses-proses pemikiran.
Oleh karena itu, satu-satunya pilihan yang tersisa adalah suatu gabungan dalam tubuh. Hal itu mengingatkan kita pada sekala yang berbeda tentang monster berkepala banyak yang telah tampil dalam mitologi kuno Yunani, yaitu makhluk yang memiliki banyak kepala dan akan tumbuh kembali bila dipancung.
Memang benar, manusia tidak dapat memahami sifat Tuhan yang sebenarnya dan bagaimana
sifat-sifat-Nya itu berfungsi satu sama lain, tetapi sangat mudah dan sederhana untuk mempercayai satu wujud tunggal tanpa rincian bagian-bagian yang berkaitan dengan
fungsi-fungsi tertentu yang telah menjadi sifatnya dan yang telah ditentukan, misalnya kepala, hati, ginjal dan sebagainya.
sifat-sifat-Nya itu berfungsi satu sama lain, tetapi sangat mudah dan sederhana untuk mempercayai satu wujud tunggal tanpa rincian bagian-bagian yang berkaitan dengan
fungsi-fungsi tertentu yang telah menjadi sifatnya dan yang telah ditentukan, misalnya kepala, hati, ginjal dan sebagainya.
Namun skenario demikian dan perasaan-perasaan yang terpisah, sangat jelas bertentangan dengan
skenario satu wujud tunggal yang telah diuraikan di atas. Hal itu menciptakan suatu gambaran Tuhan yang sudah sulit untuk dipercayai dan diterima oleh manusia, banyak yang menjalani hidup panjang dengan dogma Kristen tanpa mempertanyakan dan menutup mata mereka dari pelanggaran-pelanggaran nyata terhadap intelektualitas manusia seperti itu, yang sebenamya telah diciptakan sendiri oleh Tuhan.
skenario satu wujud tunggal yang telah diuraikan di atas. Hal itu menciptakan suatu gambaran Tuhan yang sudah sulit untuk dipercayai dan diterima oleh manusia, banyak yang menjalani hidup panjang dengan dogma Kristen tanpa mempertanyakan dan menutup mata mereka dari pelanggaran-pelanggaran nyata terhadap intelektualitas manusia seperti itu, yang sebenamya telah diciptakan sendiri oleh Tuhan.
Peran Ruhul Kudus dalam Penciptaan
Kita tidak melihat peran apa pun yang dimainkan oleh Ruhul Kudus ataupun Yesus Kristus dalam rencana Ilahi tentang penciptaan.
Kita tidak melihat peran apa pun yang dimainkan oleh Ruhul Kudus ataupun Yesus Kristus dalam rencana Ilahi tentang penciptaan.
"Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi." (Kejadian 1:1)
Nyatalah, hanya Tuhan Bapak yang telah disinggung dalam Perjanjian Lama, tanpa menyinggung Kristus atau Ruhul Kudus sedikitpun. Selama zaman sebelum Kristus, di kalangan segenap bangsa Yahudi yang mengimani Perjanjian Lama dan tentu mereka telah mendengar ayat ini ratusan ribu kali, masa itu tidak ada seorang pun yang membaca nama Kristus atau Ruhul Kudus dalam kisah penciptaan -
alam raya.
alam raya.
Dalam Injilnya, Yahya menyebut "Firman" sebagai isyarat kepada Yesus. Sangat aneh bahwa suatu masalah yang sangat penting seperti itu hanya disinggung oleh satu orang penulis Injil saja, yaitu seseorang yang bahkan bukan murid Yesus.
Jika seseorang menerima firman sebagai firman Tuhan, tetapi dapat dipahami bahwa hal itu hanya
berarti Kehendak Tuhan. Ini adalah konsep yang umum di kalangan mayoritas agama berkaitan dengan Penciptaan.
berarti Kehendak Tuhan. Ini adalah konsep yang umum di kalangan mayoritas agama berkaitan dengan Penciptaan.
Anehnya, rahasia yang berabad-abad lamanya itu tentang keikutsertaan Kristus dan Ruhul Kudus dalam Penciptaan, tetap terselubung sebagai suatu rahasia yang hanya diketahui oleh Yesus sendiri.
Kita tidak menemukan satu pernyataan pun dari Yesus Kristus yang berisikan pendawaannya sebagai “Firman.” Oleh karena itu, Yesus maupun Ruhul Kudus tidak memiliki peran apa pun dalam pembentukan dan proses penciptaan.
Sekali lagi, Tuhan Bapak sendirilah sebagaimana telah diberitahukan kepada kita, yang telah membentuk
manusia dari tanah dengan tangan-tangan-Nya sendiri. Saya tidak pernah membaca di mana pun pada tulisan-tulisan Kristen bahwa kedua tangan tersebut adalah milik Yesus dan Ruhul Kudus.
manusia dari tanah dengan tangan-tangan-Nya sendiri. Saya tidak pernah membaca di mana pun pada tulisan-tulisan Kristen bahwa kedua tangan tersebut adalah milik Yesus dan Ruhul Kudus.
Sebab, Tuhan telah menciptakan segala sesuatu tanpa pertolongan sedikit pun atau keikut-sertaan dari Yesus maupun Ruhul Kudus. Apakah mereka [berdua] merupakan pengamat pasif yang secara umum setuju terhadap apa saja yang sedang dilakukan oleh Tuhan saat itu, atau apakah mereka benar-benar ikut serta?
Jika pilihan terakhir lebih dapat diterima oleh para theolog Kristen, maka langsung saja muncul pertanyaan apakah masing-masing mereka secara individu mampu menciptakan, tanpa bantuan dari pihak lain, atau apakah mereka hanya mampu bila mereka bersatu?
Kemudian, jika mereka bertiga secara mutlak diperlukan menghimpun kemampuan mereka bersama untuk melakukan penciptaan, maka apakah jatah mereka sama rata atau apakah ada yang memiliki jatah pekerjaan yang lebih besar dalam proses Penciptaan?
Apakah ketiga oknum [tuhan] itu memiliki kekuatan-kekuatan yang berbeda dalam hal kehebatan maupun jenis, atau apakah mereka memiliki kekuatan-kekuatan mereka itu sama rata? Orang harus mengakui, pilihan mana pun yang diambil setiap unsur Trinitas menjadi tidak mampu menciptakan apa pun secara masing-masing.
Jika dalil yang sama ditetapkan pada kemampuan-kemampuan lain milik Tuhan, pertanyaan yang sama akan terus melanda para theolog Kristen. Pada akhirnya orang-orang Kristen akan mengakui bahwa mereka tidak mempercayai satu wujud kesatuan Tuhan yang sederhana, dengan tiga aspek dan ekspresi dari satu kekuatan dan keagungan utama.
Namun, mereka lebih percaya kepada tiga unsur Tuhan yang saling melengkapi, yakni tiga bagian dalam raga Tuhan. Masalah sama atau tidak sama akan dianggap sebagai suatu hal yang relatif kecil.
Misalnya, kita perhatikan sifat Adil dan Pengampun. Sang Anak tampak lebih pengasih, sedangkan Tuhan Bapak tampil kurang adil dibandingkan Ruhul Kudus yang tidak memainkan peran apa pun dalam hal ketidak-adilan yang
dilakukan oleh Tuhan Bapak.
dilakukan oleh Tuhan Bapak.
Kemungkinan kedua yang telah kami paparkan adalah, Yesus dan Ruhul Kudus telah memainkan suatu peran pasif dalam proses penciptaan dan pengaturan hukum-hukum alam.
Dengan demikian, hal itu menimbulkan banyak pertanyaan lain. Pertama-tama peran apa yang telah ditetapkan bagi kedua partner Tuhan dalam melepaskan fungsi-fungsi Ketuhanan mereka?
Jika mereka merupakan penganut-penganut bisu yang pasif, seperti partner-partner yang tertidur, maka mereka secara otomatis telah turun ke posisi kedua yang lebih rendah di mana mereka tampil bersama Tuhan tetapi secara fungsi, mereka tidak menikmati kekuatan-kekuatan-Nya.
Konsep ini yang menyatakan
bahwa Tuhan memiliki dua unsur ekstra yang tidak berfungsi - sangat ganjil. Saya heran, akal siapa yang dapat dipuaskan oleh konsep ini?
bahwa Tuhan memiliki dua unsur ekstra yang tidak berfungsi - sangat ganjil. Saya heran, akal siapa yang dapat dipuaskan oleh konsep ini?
Secara rasional, sudah tentu hal
ini tidak dapat diterima dan tidak serasi dengan konsep Kristen tentang "Tiga dalam Satu (Tri Tunggal)" atau "Satu dalam Tiga."
ini tidak dapat diterima dan tidak serasi dengan konsep Kristen tentang "Tiga dalam Satu (Tri Tunggal)" atau "Satu dalam Tiga."
Kesatuan dalam tiga [oknum] tidak dapat tercapai dan terbayangkan sama sekali tanpa ketiga oknum tersebut melakukan penyatuan kehendak, kekuatan atau pengalaman hidup apa pun secara total yang dapat dinisbahkan pada satu wujud tunggal yang hidup
Dalam masalah Ruhul Kudus, sebagai suatu oknum terpisah, kecuali oknum tersebut menyatu secara total dan permanen, kehilangan seluruh identitas dirinya dalam kedua oknum lain, tetap tidak ada harapan ke depan bagi tampilnya satu dewa berkepala banyak dengan satu pemikiran, satu kehendak, dan satu raga.
Misteri ataukah Hal yang Bertentangan Secara Mendasar
Dapat dimaklumi bila seseorang mempercayai sesuatu yang tidak sepenuhnya dia pahami karena adanya beberapa bukti yang tidak terbantahkan mengenai hal tersebut.
Dapat dimaklumi bila seseorang mempercayai sesuatu yang tidak sepenuhnya dia pahami karena adanya beberapa bukti yang tidak terbantahkan mengenai hal tersebut.
Misalnya, banyak orang tidak mengerti fenomena/kejadian yang secara kolektif memungkinkan terciptanya transmisi radio dan perangkat penerima dan juga transmisi pulsa audio video elektrik yang diubah menjadi gambar-gambar dan suara yang ditayangkan jarak jauh. Namun, tetap saja hampir seluruh orang yang tidak terpelajar mempercayai realita radio dan televisi.
Demikian pula, kebanyakan kita tidak mengerti bagaimana komputer-komputer bekerja, tetapi sangat sedikit orang pada zaman sekarang ini yang berani mengingkari keberadaan komputer-komputer hanya karena
alasan ini. Beberapa kasus demikian dapat saja dinyatakan sebagai misteri, tetapi tidak ada alasan untuk mengingkari keberadaan mereka atau mencemoohkan orang-orang yang
mempercayai hal-hal tersebut, saja tentudengan syarat bahwa hal-hal tersebut didukung sepenuhnya oleh bukti-bukti yang tidak terbantahkan.
alasan ini. Beberapa kasus demikian dapat saja dinyatakan sebagai misteri, tetapi tidak ada alasan untuk mengingkari keberadaan mereka atau mencemoohkan orang-orang yang
mempercayai hal-hal tersebut, saja tentudengan syarat bahwa hal-hal tersebut didukung sepenuhnya oleh bukti-bukti yang tidak terbantahkan.
Kita juga mengakui bahwa suatu sikap yang lebih lunak dapat dilakukan dan sedang dilakukan terhadap banyak misteri yang tampil dalam bentuk ajaran-ajaran agama.
Sangat banyak manusia yang mempercayai ajaran-ajaran tersebut tanpa mampu memahami ataupun menjelaskannya. Mereka tampaknya menerima doktrin-doktrin semacam itu sebagai warisan dari generasi ke generasi dan menuntut perlakuan yang patut terhadap mereka.
Namun, apabila unsur-unsur kontradiksi dan paradoks (hal yang bertentangan secara mendasar) timbul dalam dogma-dogma agama, tidak ada dalih yang dapat diterima untuk mendukung pernyataan bahwa mempercayai misteri-misteri yang membingungkan berarti juga
pembenaran bagi paradoks.
pembenaran bagi paradoks.
Di sinilah masalahnya menjadi
rumit. Saya dapat mempercayai sesuatu yang tidak saya pahami, tetapi saya tidak dapat mempercayai sesuatu yang di dalamnya terdapat kontradiksi, dan tidak pula–saya harap orang lain dalam pertimbangan-pertimbangannya.
rumit. Saya dapat mempercayai sesuatu yang tidak saya pahami, tetapi saya tidak dapat mempercayai sesuatu yang di dalamnya terdapat kontradiksi, dan tidak pula–saya harap orang lain dalam pertimbangan-pertimbangannya.
Misalnya, saya tida k dapat memahami bagaimana jam tangan dibuat; ini tidak mengapa, tetapi saya tidak punya hak untuk mempercayai bahwa sebuah jam tangan itu adalah juga seekor anjing hidup yang menyalak dan menendang-menendang.
Ini bukanlah suatu dogma/ajaran yang mengandung misteri, tetapi jelas suatu kontradiksi nyata.
Apabila terjadi kontradiksi antara dua sifat Tuhan atau lebih atau bila terdapat ketidak-selarasan antara firman Tuhan dengan perbuatan Tuhan, maka batas-batas misteri
telah dilanggar dalam skala besar dan orang akan menemukan dirinya hanyut dari alam misteri masuk ke dalam dunia fantasi/khayal.
Apabila telah terbukti demikian, adalah suatu hal yang alami untuk mengharapkan agar orang-orang yang percaya terhadap hal-hal yang bertentangan itu memperbaiki kepercayaan-kepercayaan mereka dan melakukan perbaikan dalam keimanan mereka.
Sayangnya, dalam dialog-dialog kami dengan beberapa pendeta Kristen, kami mendapatkan mereka memegang teguh pemahaman bahwa mempercayai Yesus sebagai Tuhan dan sekaligus seorang manusia bukanlah suatu hal yang berlawanan.
Tidak pula hal ini tampil bertentangan bagi mereka, yakni satu wujud dapat merupakan tiga oknum secara beriringan tanpa perbedaan kecil sedikit pun dalam sifat mereka.
Mereka berkeras bahwa mempercayai tiga oknum tuhan berkepala tiga, yang terdiri dari Tuhan, Ruhul Kudus dan Tuhan Anak, bukanlah suatu paradoks (hal yang bertentangan secara mendasar), melainkan suatu misteri.
Mereka menutup mata mereka terhadap kontradiksi-kontradiksi dalam pengakuan mereka bahwa Tuhan tetap merupakan satu wujud kesatuan tunggal walaupun pada kenyataannya oknum Tuhan, Sang Bapak, benar-benar berbeda dari oknum Yesus, Sang Anak, dan Ruhul Kudus.
Ketika kita menujukkan kepada mereka, dengan terheran-heran, yakni ketika kita berbicara tentang tiga oknum, dan bukan tentang aspek-aspek, kehendak-kehendak dan sifat-
sifat yang berbeda dari satu oknum, dan tentang Tuhan yang merupakan "Satu dalam Tiga" serta "Tiga dalam Satu" bukanlah suatu misteri melainkan sebuah kontradiksi yang
nyata, mereka mengangguk-anggukkan kepala mereka.
sifat yang berbeda dari satu oknum, dan tentang Tuhan yang merupakan "Satu dalam Tiga" serta "Tiga dalam Satu" bukanlah suatu misteri melainkan sebuah kontradiksi yang
nyata, mereka mengangguk-anggukkan kepala mereka.
sebagai rasa simpati terhadap kita, dan dengan sopan mereka meminta kita beralih dari kontradiksi-kontradiksi tersebut ke masalah-masalah diskusi lainnya. Mereka meminta kita untuk pertama-tama mempercayai hal-hal yang tidak dapat dipercaya, kemudian dari situ berkembang membangun
suatu keimanan dalam kontradiksi-kontradiksi, atau misteri-misteri seperti yang lebih suka mereka sebutkan.
suatu keimanan dalam kontradiksi-kontradiksi, atau misteri-misteri seperti yang lebih suka mereka sebutkan.
Seorang yang bukan Kristen, oleh karena itu tidak dapat memahami
kontradiksi-kontradiksi dogma-dogma Kristen dan tidak dapat memahami apa-apa yang tidak dapat dia percayai [yakni] dia harus percaya tanpa mengerti. Inilah dunia fantasi/khayal Kristen yang ke dalamnyalah kita warga non-Kristen dimintakan untuk masuk.
kontradiksi-kontradiksi dogma-dogma Kristen dan tidak dapat memahami apa-apa yang tidak dapat dia percayai [yakni] dia harus percaya tanpa mengerti. Inilah dunia fantasi/khayal Kristen yang ke dalamnyalah kita warga non-Kristen dimintakan untuk masuk.
Namun, karpet-terbang ajaib fantasi ini menolak terbang jika seorang yang tidak percaya (pengingkar) naik di atasnya.
Disalin dari buku:
Christianity: A Journey from Facts to Fiction
Penulis:
Mirzha T.A
Mirzha T.A
Pencetak:
Raqeem Press, Tilford, Surrey, UK
Raqeem Press, Tilford, Surrey, UK
Penerbit:
Islam International Publication Limited, Islamabad, Sheephatch Lane. Tilford, Surrey GU 10 ZAQ. UK (Inggris)
Islam International Publication Limited, Islamabad, Sheephatch Lane. Tilford, Surrey GU 10 ZAQ. UK (Inggris)
Tahun: 1994
ISBN : 185372 551 X
Alih bahasa:
Abu Thavryiba (1998)
Abu Thavryiba (1998)