Laman

Sabtu, 01 Desember 2018

Penaklukan Konstantinopel Belum Terjadi


Seorang Muslim tidak boleh menggunakan metode hanya mengambil satu ayat dalam AlQur’an atau satu Hadist lalu mengambil sebuah kesimpulan. Kita harus mengambil seluruh ayat-ayat Al Qur’an, agar mengetahui kaitan ayat satu dengan ayat lainnya, kemudian merangkainya menjadi sebuah konteks yang utuh.

Jika hanya mengambil ayat saja (secara sepotong-sepotong, tidak utuh) maka itu akan keluar dari konteks/maksud yang terkandung didalamnya. Contoh:

“Maka, celakalah orang-orang yang shalat . . ." (QS. Al-Ma’un: 4)

Padahal konteks sebenarnya (QS. Al-Ma’un: 4) bukan itu. Konteks utuhnya dapat kita temukan pada ayat selanjutnya:

“Maka, celakalah orang-orang yang shalat . . ." (QS. Al-Ma’un: 4) Yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya. Orang-orang yang berbuat riya.”(QS. Al-Ma’un: 5- 6) 



Penaklukan Konstantinopel


"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin [mu]; sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (Surah Al Maidah:51). 

Apakah Al Qur’an membicarakan seluruh orang-orang Yahudi dan Nasrani? Jawabanya ya, jika kita hanya menarik kesimpulan dari Ayat Al Maidah:51. Namun pada ayat selanjutnya, Allah SWT juga berfirman: 

"Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persabahatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya kami ini orang Nasrani”. Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu [orang-orang Nasrani] terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, [juga] karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri. (Surah Al Maidah: 82)

Alif Laam Miim (1) Telah dikalahkan bangsa Ruum,(2) (Surah Al Ruum: 1-2)

Siapakah Bangsa Ruum ini? Al Qur’an merujuk kepada Bizantium, yang memiliki ibukota di Konstantinopel (sekarang bernama Istambul, Turki). Ipmerium kristen atau Ruum terbagi menjadi dua, yaitu Bizantium (Kristen Ortodoks Timur) yang beribukota di Konstantinopel, dan Kristen Barat (Katolik) yang beribukota di Vatikan Italia.




Catatan sejarah mengatakan bahwa Ruum telah dikalahkan oleh Imperium Turki Ustmani (Ottoman) atau yang lebih dikenal Penaklukan Konstatinopel pertama (pembuka) pada tahun 1453 Masehi oleh Sultan M. Al-Fatih. 




Pada saat Ottoman menghancurkan Bizantium (Kristen Ortodoks Timur) pemimpin religius Nasrani Ortodox (Patriach) memindahkan ibukota Ruum dari Konstantinopel ke Moscow, Rusia. Jadi Bangsa Ruum yang dimaksud dalam surah Al Ruum: 1-2 adalah Rusia, sebab saat ditaklukan Ottoman, ibukota Ruum (Kristen Ortodoks Timur) berpindah tempat, dari Konstantinopel ke Moscow. Saat ini Moscow berada dalam kawasan republik Rusia.

Penaklukan Konstatinopel oleh Sultan M. Al-Fatih.


Konstatinopel (sekarang Istambul) yang saat itu merupakan ibukota Kristen Ortodoks Timur berhasil ditaklukkan pada 1453 Masehi oleh kerajaan Ottoman, yang saat itu dipimpin oleh Sultan M. Al-Fatih, bukan penaklukan Konstatinopel seperti yang dinubuatkan oleh Rasulullah SAW. 

“Sesungguhnya akan dibuka kota Konstantinopel, sebaik-baik pemimpin adalah yang memimpin saat itu, dan sebaik-baik pasukan adalah pasukan perang saat itu “ 

(HR diriwayatkan oleh Imam Ahmad 4/235, Bukhori dalam Tarikh Shoghir hal. 139, Thobroni dalam Al Kabir 1/119/2, Hakim 4/4/422, Ibnu Asakir 16/223) 

Penaklukan oleh Sultan M. Al-Fatih tersebut hanyalah pembuka, sebab umat Islam akan kembali menaklukan Konstatinopel pada perang akhir jaman.



Baca juga: Sultan Muhammad Al-Fatih, Penakluk Konstantinopel 

Tak hanya dalam Eskatologi (ilmu akhir jaman) islam saja, Eskatologi Nasrani Ortodox juga menubuahkan penaklukan Konstatinopel oleh Pasukan Nasrani Ortodox (Rusia) di Akhir Jaman.


Penaklukan Kembali Konstantinopel


Seperti yang dibahas sebelumnya, seorang Muslim tidak boleh menggunakan metode hanya mengambil satu ayat dalam AlQur’an atau satu Hadist.

Pada surah al-Maidah ayat 51, Allah SWT mengingaktan tentang persekonggolan yang akan terjadi yang dilakukan oleh (sebagian) Kristen & (sebagian) Yahudi.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi sekutu bagimu; sebahagian mereka adalah sekutu bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi sekutu, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim” (QS. Al Maidah: 51).


Siapahkah yang dimaksud dengan (sebagian) Yahudi dan (sebagian) Nasrasi pada QS. Al Maidah: 51 diatas ? Apakah persekongkkolan itu dilakukan oleh seluruh Yahudi & seluruh Nasrani ? Jika hanya mengambil ayat saja (secara sepotong-sepotong, tidak utuh) maka itu akan keluar dari konteks/maksud yang terkandung didalamnya. 

Jadi konteksnya adalah terdapat sebagian nasrani yang dilarang oleh Allah untuk bersekutu dengan mereka (QS. Al Maidah: 51), ada juga Nasrani yang diperbolehkan untuk bersekutu dengan umat islam yaitu Rum. (Surah Al Maidah: 82).

Rasullullah SAW sendiri menyampaikan dalam hadits, bahwa umat islam akan berdamai dengan Ruum.

Sedangkan bagi pengkhianat Islam yang bersekutu nasrani dan Yahudi saling bersekutu (zionis/judeo cristian aliance) maka akibatnya adalah pengkhianat islam tersebut juga termasuk dalam golongan mereka. 


Persekongkolan (sebagian) Yahudi dan (sebagian) Nasrasi pada QS. Al Maidah: 51 diatas adalah mereka (Kristen) yang menjadi sekutu Yahudi dalam sebuah gerakan yang disebut sebagai zionis, atau yang bisa disebut Judeo Cristian Aliance. 

Karena sejatinya seluruh nasrani tidak mungkin bersekutu dengan Yahudi karena Yahudi adalah kaum yang membunuh al-Masih (Yesus). Begitu juga sebaliknya, permusuhan yahudi kepada kristen ortodoks di Rusia telah dicatat dalam sejarah sampai sekarang itulah yang yang dilakukan oleh hingga kini. Kita lihat bagaimana saat ini persekongkolan Zionis itu terus menyerang Rusia, melalui NATO & PBB mereka memprofokasi agar dunia membenci Rusia. Celakanya negara timur tengah yang mayoritas penduduknya beragama muslim justru terlibat kedalam persekongkolan tersebut, seperti yang dilakukan Turki, Arab Saudi, Qatar dan lainya.


Islam Akan Berdamai Dengan Ruum, Bersatu Merebut Konstatinopel 



"Kalian (kaum muslimin) akan mengadakan perdamaian dengan Bangsa Rum dalam keadaan aman. Lalu kalian akan berperang bersama mereka melawan suatu musuh di belakang mereka. Maka kalian akan selamat dan mendapatkan harta rampasan perang. Kemudian kalian akan sampai ke sebuah padang rumput yang luas dan berbukit bukit. Maka berdirilah seorang laki laki dari kaum Rum lalu ia mengangkat tanda Salib dan berkata, ‘Salib telah menang’. Maka datanglah kepadanya seorang lelaki dari kaum muslimin, lalu ia membunuh laki laki Rum tersebut. Lalu kaum Rum berkhianat dan terjadilah peperangan, dimana mereka akan bersatu menghadapi kalian di bawah 80 bendera, dan di bawah tiap tiap bendera terdapat dua belas ribu tentara” [HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah]

Bagaimana bisa kita mengatakan Penaklukan Konstantinopel oleh Sultan M. Al-Fatih adalah pemenuhan nubuat hadist Rasulullah SAW, sementara Rasulullah SAW juga dalam hadist mengungkapkan bahwa pemaklukan Konstatinopel akan terjadi setelah kaum muslimin Perang Malhamah Al kubra (Perang Akhir Zaman). 

Lagi, Rasullullah SAW menyampaikan hadits:
“… pecahnya perang besar akan (diikuti oleh) penaklukkan Konstantinopel; dan penaklukkan Konstantinopel akan (diikuti oleh) munculnya Dajjal (Anti-Kristus)…” (Sunan, Abi Daud)
Simple. Pertanyaanya adalah apakah sebelum Sultan M. Al-Fatih berhasil menaklukan Konstantinopel pernah terjadi Perang Malhamah Al kubra (Perang Akhir Zaman) ?

Baca juga: Perang Akhir Zaman - Malhamah Al kubra 

“Makmurnya Baitul Maqdis adalah tanda kehancuran kota Madinah, hancurnya kota Madinah adalah tanda terjadinya peperangan besar (Al-malmah kubra), terjadinya peperangan besar adalah tanda dari pembukaan kota Konstantinopel, & pembukaan kota Konstantinopel adalah tanda keluarnya Dajjal. Kemudian beliau menepuk-nepuk paha orang yg beliau ceritakan tentang hadits tersebut, atau dalam riwayat lain, 'pundaknya'. Kemudian bersabda: Semua ini adalah sesuatu yg benar, sebagaimana engkau -Mu'adz bin Jabal- sekarang berada di sini adalah sesuatu yg benar”. (HR. Abu Daud)

“Kalian akan perangi jazirah Arab sehingga Allah menangkan kalian atasnya. Kemudian (kalian perangi) Persia sehingga Allah menangkan kalian atasnya. Kemudian kalian perangi Ruum sehingga Allah menangkan kalian atasnya. Kemudian kalian perangi Dajjal sehingga Allah menangkan kalian atasnya.” (HR Muslim). 

Perang al-malhamah kubra itu terjadi sebelum penaklukkan Konstantinopel sekarang sebagai rezim sekuler Turki dan perang Armageddon itu terjadi setelah penaklukkan Konstantinopel. Setelah menaklukan Konstantinopel, umat muslim akan menghadapi perang (Armageddon melawan Dajjal yang saat itu bersama pasukan Ya’juj dan Ma’juj.


Meskipun Dajjal mampu menyuruh langit, dan langitpun menurunkan hujan. Dan menyuruh bumi, lalu bumi menumbuhkan tanaman. Dan memerintahkan bumi yang kering, tandus dan hancur, lalu berkata kepadanya : ’Keluarkan simpananmu!’ Lalu keluarlah harta simpanan (tanah tersebut) seperti ratu-ratu lebah. Dan yang lebih dasyat lagi, Dajjal mampu menghidupkan seorang pemuda yang sebelumnya dia sembelih dengan pedang dan memotongnya menjadi dua seukuran tombak.

Tetapi ajal sang Dajjal akan berada di tangan Nabi Isa Al Masih. Itulah sebabnya jika dua Al Masih berkumpul, maka salah satu Al Masih pasti akan binasa.

Berbeda dengan Al Masih Ad Dajjal, Ya’juj dan Ma’juj adalah mahluk yang begitu kuat, digdaya dan amat sombong. Tak ada satupun mahkluk di bumi yang akan mempu mengalahkan mereka.
Tidak ada wilayah yang mereka lalui, kecuali telah rusak hancur dan manusia manusianya akan binasa. Bahkan dikisahkan dalam hadist shahih , mereka penyebab keringnya air danau Tiberias yang sekarang masuk wilayah pendudukan Israel. 

Nabi Isa sendiripun tidak akan mampu mengalahkan Ya’juj dan Ma’juj . Maka Allah Ta’ala memerintahkan Nabi Isa dan kaum muslimin untuk menyingkir dari setiap jalan yang akan dilalui Ya’juj dan Ma’juj dan kemudian diperintahkan untuk pergi ke Bukit Thursina, yakni salah satu bukit (atau gunung) di Baitul Maqdis.

Dalam hadits An Nawwas bin Sam’an disebutkan bahwa Allah memberitahukan kepada Isa akan keluarnya Ya’juj dan Ma’juj yang tidak ada seorang pun mampu memerangi mereka.

Hingga Allah memerintahkan Isa untuk menjauhkan kaum mukminin dari jalan yang ditempuh Ya’juj dan Ma’juj seraya berfirman : “Kumpulkan hamba hambaKu ke gunung Ath Thur .” [Asyrathu As-Sa’ah, Yusuf Al-Wabil hal. 369]

Maka Nabi Isa dan kaum muslimin menaiki bukit Thur. Dan dibukit atau gunung itulah mereka aman. Karena baik Ya’juj dan Ma’juj serta Dajjal, tidak akan mampu menaiki bukit Thursina. Allah telah memerintahkan para Malaikat untuk menjaga setiap celah di gunung Thursina dari Dajjal dan
Ya’juj Ma’juj .



Tak ada lagi makhluk bumi yang mampu menghentikan mereka. Akan tetapi mereka juga tidak mampu menaiki bukit Thursina, maka mereka bermaksud untuk membantai makhluk langit. Inilah kesombongan yang luar biasa dari Ya’juj wa Ma’juj.



“Kemudian mereka berjalan dan berakhir di Gunung Khumar, yaitu salah satu gunung di Baitul Maqdis . Kemudian mereka berkata : ‘Kita telah membantai penduduk bumi, mari kita membantai penduduk langit.’ Maka mereka melemparkan panah-panah dan tombak-tombak mereka ke langit. Maka Allah kembalikan panah dan tombak tombak mereka dalam keadaan berlumuran darah. 
(HR Muslim)

Dari atas bukit Thur, Nabi Isa memohon keselamatan pada Allah atas keganasan dan kekejiaan Ya’juj dan Ma’juj. (Hadits riwayat Ibnu Majah no. 4079. Dishahihkan Al-Albani rahimahullahu)

Allah mengirim makhlukNya yakni sejenis ulat yang menyerang leher mereka yang menyebabkan mereka binasa seluruhnya seperti kematian satu jiwa. Kemudian Nabi Isa dan para sahabatnya turun ke dataran bumi dan tidak mendapatkan sejengkal tanahpun, kecuali dipenuhi oleh bau busuk dan bangkai mereka.

Mayat-mayat bergelimpangan dan bau busuk menyengat. Untuk membersihkan itu semua, Allah ﷻ mengirim burung-burung seperti onta berleher panjang, lalu mengangkut mereka [bangkai Ya’juj dan Ma’juj] dan melemparkan mereka di tempat yang Allah ﷻ kehendaki.

Kemudian Allah ﷻ menurunkan hujan, yang tidak ada satupun rumah dari kulit domba dapat menahannya, dan tidak juga rumah batu yang kokoh, hingga mencuci permukaan bumi sampai bersih, bagaikan kaca yang berkilau.

Pengkhianat Islam

Saat nasionalis Turki sekuler (Mustafa Kemal Atatürk) menaklukkan kota itu kemudian mendirikan Republik Turki sekuler pada tahun 1923, mereka mengganti nama ‘Konstantinopel’ menjadi ‘Istanbul’ sebagai nama resmi kota dan melarang penggunaan nama atau nama-nama sebelumnya.


Baca juga: Peran Arab Saudi dan Turki dibalik Berdirinya Negara Zionis Israel

Penaklukkan oleh umat muslim pada Akhir Zaman tersebut tidak hanya akan membebaskan kota itu dari kekuasaan Turki Sekuler, tetapi juga melepaskan dan membebaskan kota itu dari genggaman PBB dan NATO Zionis.

Nabi Muhammad saw bersabda 
:“ Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan. ” (H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335) 

Bagaimana bisa kita mengatakan Penaklukan Konstantinopel oleh Sultan M. Al-Fatih adalah pemenuhan nubuat hadist  "....sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan. ” 

Sementara cara penaklukan mereka sangat jauh dari apa yang diajarkan & dicontohkan oleh Rasulullah SAW & para Sahabat. Tidak pernah dalam sejarah Islam umat muslim melakukan hal yang mempermalukan Islam dengan cara menangkap anak-anak Kristen dan memindahkan agama mereka secara paksa ke Islam, kemudian menggunakan mereka sebagai pasukan elite untuk berperang demi nama Islam. 

Ini merupakan wujud dosa, sangat memalukan dan pelanggaran langsung perintah Allah dalam al-Qur’an yang melarang perpindahan agama ke Islam secara paksa. Hasil yang dapat diprediksi adalah kebencian abadi dan permusuhan terhadap Islam dan Umat Muslim di wilayah-wilayah asal anak-anak Kristen ini diculik (efek : pembantaian muslim di Srebrenica). Wilayah Timur Kristen itu tepat adalah Rum yang Nabi ramalkan umat muslim akan bersekutu pada Akhir Waktu (yakni dengan mereka).

Ketika pasukan Ottoman membongkar pertahanan kota itu dan akhirnya berhasil memasuki kota itu sebagai penakluk, apa yang terjadi kemudian adalah “pembunuhan, perampasan, pemerkosaan, pembakaran, dan perbudakan”. Ini telah menjadi, dan masih menjadi perilaku pasukan itu saat mereka menaklukkan sebuah kota, tetapi ini bukanlah cara Islam yang menjaga kehormatan dan perlindungan bagi kehidupan dan kehormatan bagi wanita, anak-anak, orang-orang yang lebih tua dan orang-orang – seperti para pendeta – yang hidupnya didedikasikan untuk agama. 

Sesungguhnya ada bukti bahkan gereja-gereja dan biara-biara Kristen dirusak dengan amukan oleh orang-orang yang disebut pasukan Islam yang memaksa masuk kemudian memperkosa, merampas, dan membunuh bahkan sampai ke dalam gereja. Sultan mengijinkan hal ini terus berlanjut, tidak dibatasi dengan norma etika peperangan apa pun, selama tiga hari. Ottoman tidak peduli mengenai fakta bahwa Konstantinopel adalah ibu kota Kristen Bizantium (atau Rum). Perilaku pasukan Ottoman tersebut memastikan kebencian abadi terhadap Islam oleh orang-orang Bizantium.



Namun perilaku Sultan sendiri, segera setelah dia memasuki kota, sungguh tercela. Dengan memalukan dan penuh dosa, dia memerintahkan agar Katedral besar Bizantium Hagia Sophia yang telah dibangun 1000 tahun sebelumnya oleh Kaisar Justinian, dialihkan menjadi Masjid. Pengubahan Hagia Sophia menjadi Masjid oleh Sultan Ottoman bukanlah peristiwa biasa. Ini adalah gereja terbesar dan paling bagus di seluruh wilayah Kristen. Gereja ini telah mempertahankan posisi itu selama 1000 tahun. 




Dengan mengubah gereja menjadi Masjid, Sultan tidak hanya mempermalukan dunia Islam, tetapi juga menghujamkan pisau beracun ke jantung Kristen Timur Bizantium yang tidak akan pernah dilupakan. Sementara orang-orang lain mungkin mengubah gereja-gereja, biara-biara, dan bahkan masjid-masjid (contohnya seperti Cordoba), seorang Amir yang secara pribadi dipuji oleh Nabi sendiri tentu bukanlah orang dengan perilaku yang memalukan seperti itu.

Sikap yang bertolak belakang Ketika umat Muslim menaklukkan Jerusalem pada masa Khilafah Umar bin al-Khattab, Kepala Keluarga Jerusalem, Sophronius, menolak menyerahkan kota kepada orang selain Khalifah sendiri. 



Umar harus melakukan perjalanan dari Madinah ke Jerusalem untuk menerima kunci kota itu. Saat dia diantar mengunjungi gereja suci Jerusalem, waktu solat tiba dan Sang Kepala Keluarga dengan sangat ramah mengajak Umar melakukan Salat tepat di sana di dalam Gereja Kebangkitan. Umar menolak karena dia takut hal itu akan dijadikan dasar hukum sehingga umat muslim boleh mengubah gereja menjadi Masjid.

Umar bin Khattab r.a - Pembebas Al Quds, Tanah Suci Palestina, Jarusalem dari Pasukan Salib 

Hal serupa juga dilakukan oleh Shalahuddin Al-Ayyubi 4 Maret 1193, Shalahuddin menghembuskan nafasnya yang terakhir. Ketika meninggal dunia di Damaskus, Shalahuddin tidak memiliki harta benda yang berarti. Padahal beliau adalah seorang pemimpin. Tapi hal baik yang ditinggalkan oleh orang baik selalu akan menjadi bagian kehidupan selamanya. 



Kontribusinya buat Islam sungguh tidak pernah bisa diukur dengan apapun di dunia ini. Parcel untuk Musuh Banyak kisah-kisah unik dan menarik seputar Shalahuddin al-Ayyubi yang layak dijadikan teladan, terutama sikap ksatria dan kemuliaan hatinya. Di tengah suasana perang, ia berkali-kali mengirimkan es dan buah-buahan untuk Raja Richard yang saat itu jatuh sakit.


Ketika menaklukkan Kairo, ia tidak serta-merta mengusir keluarga Dinasti Fatimiyyah dari istana-istana mereka. Ia menunggu sampai raja mereka wafat, baru kemudian anggota keluarganya diantar ke tempat pengasingan mereka. Gerbang kota tempat benteng istana dibuka untuk umum. Rakyat dibolehkan tinggal di kawasan yang dahulunya khusus untuk para bangsawan Bani Fatimiyyah. Di Kairo, ia bukan hanya membangun masjid dan benteng, tapi juga sekolah, rumah-sakit dan bahkan gereja. 


Shalahuddin Al-Ayyubi - Pahlawan Islam, Pembebas Al Quds Palestina

Shalahuddin juga dikenal sebagai orang yang saleh dan wara‘. Ia tidak pernah meninggalkan salat fardu dan gemar salat berjamaah. Bahkan ketika sakit keras pun ia tetap berpuasa, walaupun dokter menasihatinya supaya berbuka. “Aku tidak tahu bila ajal akan menemuiku,” katanya. Shalahuddin amat dekat dan sangat dicintai oleh rakyatnya. Ia menetapkan hari Senin dan Selasa sebagai waktu tatap muka dan menerima siapa saja yang memerlukan bantuannya. Ia tidak nepotis atau pilih kasih. 

Pernah seorang lelaki mengadukan perihal keponakannya, Taqiyyuddin. Shalahuddin langsung memanggil anak saudaranya itu untuk dimintai keterangan. Pernah juga suatu kali ada yang membuat tuduhan kepadanya. Walaupun tuduhan tersebut terbukti tidak berdasar sama sekali, Shalahuddin tidak marah. Ia bahkan menghadiahkan orang yang menuduhnya itu sehelai jubah dan beberapa pemberian lain. Ia memang gemar menyedekahkan apa saja yang dimilikinya dan memberikan hadiah kepada orang lain, khususnya tamu-tamunya.