Tulisan ini tidak bermaksud mendeskreditkan atau mendistorsi cerita dan legenda Minang, Sumatra Barat. Jika ada pihak yang merasa tersinggung atau keberatan, saya mohon maaf. Tujuan tulisan ini hanya untuk menjelaskan fakta sejarah sesungguhnya yang selama ini masih simpang siur karena banyaknya versi cerita yang berbeda-beda.
Terlepas dari persoalan asli atau tidaknya Batu Malin Kundang tersebut, yang terpenting adalah hikmah dan pelajaran apa yang bisa dipetik dari cerita tersebut.
Dilansir dari Wikipedia, "Batu Malin Kundang" adalah relief batu berupa pecahan kapal dan seseorang yang disebutkan sebagai Malin Kundang tertelungkup di pesisir Pantai Air Manis, Kota Padang, Sumatera Barat. Bongkahan batu menggambarkan akhir hidup tokoh Malin Kundang, saudagar yang saat kedatangannya ke kampung halaman mendapat kutukan karena menolak mengakui ibunya."
Artikel Wikepedia dengan judul "Batu Malin Kundang" tersebut juga menjelaskan;
"Batu Malin Kundang tidak terjadi secara alami tapi merupakan karya relief batu yang dibuat oleh Dasril Bayras dan Ibenzani Usman tahun 1980."
"......itulah kreatifnya orang Minang dalam menjual objek wisatanya. Sehingga, wisatawan yang datang ke pantai tersebut tidak hanya ingin menikmati keindahan alamnya, tapi yang terutama adalah 'menziarahi' si Malin Kundang."
"Guna makin menghidupkan legenda tersebut, dibentuklah batu itu sedemikian rupa, sehingga benar-benar mirip tubuh manusia. Di sekitarnya pun ditata batu-batu lain - ada yang mirip rantai, patahan tiang, dan pecahan geladak untuk memberi kesan bahwa itulah kapal si Malin Kundang yang pecah setelah anak durhaka itu dikutuk sang ibu" tulis laman Republika.
Referensi:
Batu Malin Kundang - Wikipedia Bahasa Indonesia
Menggelitik Ketiak Malin Kundang - Republika.co.id
Misteri dan Fakta Malin Kundang, Ternyata Belum Banyak Yang Tahu