Laut Mati terletak di antara Yordania, Israel, dan Tepi Barat Palestina. Laut mati terbentuk akibat retakan di Lembah Sungai Yordania (Jordan Rift Valley). Danau yang terbentuk sekitar tiga juta tahun lalu ini juga dikenal dengan berbagai macam nama. Perjanjian Lama menyebutnya “Sea of the Plains”. Sedangkan, orang Arab menyebutnya “Laut Lot”. Laut mati mempunyai panjang 48 mil atau sekitar 77 kilometer dan lebar antara lima hingga 16 kilometer. Dalamnya sekitar 400 meter.
Pada 1947, terdapat penemuan arkeologi penting abad ke-20 di gua tersebut, yaitu Gulungan Laut Mati (Dead Sea Scrolls).
Gulungan itu ditemukan oleh seorang gembala suku Badui. Seorang gembala bersama kawannya mencari kambingnya yang hilang hingga ke sebuah gua di atas tebing di barat laut Qumran. Di dalam gua, mereka menemukan beberapa guci dan gulungan. Mereka kemudian membawa gulungan tersebut ke Yerusalem. Seseorang di sana menyadari bahwa keduanya telah menemukan sesuatu yang berharga.
Penemuan itu memicu pencarian massal di sekitar wilayah Laut Mati. Hasilnya, ribuan fragmen dari gulungan yang sama berhasil ditemukan. Ada sebuah plakat tembaga yang digulung, tetapi sebagian besar gulungan yang ditemukan terbuat dari kulit dan papirus. Kenyataan bahwa gulungan-gulungan itu hanya dibiarkan tergeletak di tanah dan bisa diselamatkan adalah suatu keajaiban. Jika bukan karena keadaan di gua yang sangat kering, mustahil gulungan itu masih bisa bertahan.
Para ahli kemudian memutuskan untuk menggali situs reruntuhan kuno di Qumran atau satu-satunya reruntuhan yang ada di dekat gua. Reruntuhan itu merupakan sisa benteng Romawi. Penggalian menunjukkan sebuah bangunan berskala besar dengan banyak kamar, kamar mandi, tangki air, tempat pembakaran batu bata, dan sebuah menara.
Para arkeolog juga menemukan koin, lebih banyak fragmen dari gulungan, dan dua wadah tinta. Wadah tinta tersebut ditemukan di sebuah ruangan yang disebut dengan “scriptorium”.
Di ruangan inilah kitab atau gulungan tersebut ditulis dan disalin. Dari berbagai temuan itu dan isi dalam gulungan, para arkeolog akhirnya menyimpulkan gulungan-gulungan itu dibuat dan disalin oleh sebuah sekte kecil Yahudi bernama Essenes.
Sekte Essenes adalah selompok Bani Iarael di Qumran pada masa pemerintahan Imam Besar Yahudi dan penguasa yang disebut John Hyrcanus I. Ia berkuasa antara 135 dan 104 sebelum Masehi.
Setelah gempa bumi hebat (yang terjadi pada waktu itu), sekte Essenes memutuskan bahwa mereka telah menerima perintah dari Tuhan untuk pergi ke pengasingan dan akhirnya beremigrasi. Cukup masuk akal, karena jelas dari bukti arkeologi situs itu tidak lagi berpenghuni.
Masyarakat tinggal dan membangun kembali tempat itu sekitar empat Masehi. Pada tahun 68 atau 69, selama pemberontakan Yahudi pertama, pasukan Romawi yang kuat memulihkan ketertiban di Qumran. Saat itu, hanya setahun sebelum penghancuran Yerusalem oleh Titus.
Sekte Essenes dengan segera menyembunyikan gulungan-gulungan di tempat persembunyian di dekat mereka, yaitu di gua. Kemudian, mereka melarikan diri atau ada kemungkinan mereka dibantai. Permukiman mereka kemudian dihancurkan. Bangsa Romawi yang tidak mengetahui adanya gulungan atau acuh tak acuh terhadap gulungan itu meninggalkannya di gua-gua. Hingga akhirnya datanglah seorang gembala penasaran 1.900 tahun kemudian.
Para teolog Nasrani jelas tidak bisa menutup mata terhadap penemuan penting ini. Setelah mempelajari karakteristik dan beberapa doktrin keyakinan sekte Essenes, komunitas ini diidentifikasikan sebagai pengikut Yohanes Pembaptis (Nabi Yahya), putra Nabi Zakariya.
Yohanes Sang Pembaptis atau Nabi Yahya hidup sezaman dengan Nabi Isa. Menurut Ahmad Osman (2004), penelitian terhadap manuskrip Laut Mati berhasil mengungkap bahwa Nabi Isa diperkirakan lahir pada tahun 4 Sebelum Masehi (SM). Perkiraan tahun ini jauh lebih akurat ketimbang dugaan kaum Nasrani yang meyakini bahwa kelahiran Nabi Isa bertepatan dengan tanggal 25 Desember tahun pertama Masehi yang hingga kini setiap tahun dirayakan sebagai hari Natal. Waktu kelahirannya telah dijadikan sebagai patokan dalam pembuatan Kalender Masehi.
Namun, lewat penelitian sejarah dengan bukti-bukti arkeologis yang cukup mendukung, ternyata kelahiran Nabi Isa diperkirakan pada tahun 4 Sebelum Masehi. Dia sezaman dengan Nabi Yahya, pemimpin sekte Essenes.
Setelah melewati pengkajian yang cukup penting ini, sekte Essenes diketahui memiliki tradisi yang unik. Misalnya, dalam hal pengelolaan harta benda, ritual peribadatan, etos kerja, dan etika bermusyawarah. Dalam “Kitab Para Murid” dijelaskan bahwa seorang anggota sekte menyerahkan semua harta pribadinya sehingga menjadi milik bersama.
Ritual peribadatan dilakukan secara berjamaah. Sikap disiplin dan hidup keras menjadi ciri khas sekte ini. Seseorang tidak boleh seenaknya angkat bicara, memotong pembicaraan orang lain sewaktu bermusyawarah.
Informasi yang cukup menarik berdasarkan naskah Laut Mati adalah bahwa sekte Essenes mengenal penyembahan terhadap Tuhan Yang Tunggal, memiliki tradisi bersuci terlebih dahulu sebelum melakukan ritual berdoa (sembahyang), melaksanakan puasa dan melakukan penyembelihan hewan kurban.
Menurut sejarawan Abbas Mahmud Al-Aqqad, para pengikut Nabi Yahya merupakan komunitas Yahudi konservatif yang berjuang mempertahankan hukum para nabi. Ketika para rahib Yahudi di Jerusalem banyak melakukan penyelewengan terhadap ajaran Taurat dan mereka memanfaatkan status kerahiban mereka demi memupuk kekayaan pribadi, sekte Essenes melakukan pemberontakan dengan cara melakukan pengasingan & mengisolasi diri.
Oleh institusi kerahiban di Jerusalem, komunitas ini dianggap sebagai sparatis dan pembangkang. Menurut Abbas Mahmud Al-Aqqad, komunitas ini kemudian dianggap sebagai kelompok Bani Israel yang paling bersih dari perbuatan dosa dan hawa nafsu. Mereka menyatakan beriman pada hari kiamat, dan kerasulan Isa Al-Masih, sang Nabi Juru Selamat.
Untuk ulasan lengkapnya, silahkan download dan baca buku "Misteri Naskah Laut Mati" karya Ahmad Osman yang telah diterjemahkan ke Bahasa Indonesia.
Download Buku Misteri Naskah Laut Mati - Ahmad Osman Pdf
Nama File: Misteri Naskah Laut Mati.
Penulis: Ahmad Osman (1994).
Penerbit: Bima Rodheta.
Tahun: 2004 (Cetakan Pertama).
Alih Bahasa: Salim Rusdyi Hartono.Lc dan Amanullah Halim.
Penyunting: Zainul Muttaqin.
Tipe File: Pdf (Ebook/Adobe Acrobat).
Ukuran: 775 Kb (86 halaman).
Pada 1947, terdapat penemuan arkeologi penting abad ke-20 di gua tersebut, yaitu Gulungan Laut Mati (Dead Sea Scrolls).
Gulungan itu ditemukan oleh seorang gembala suku Badui. Seorang gembala bersama kawannya mencari kambingnya yang hilang hingga ke sebuah gua di atas tebing di barat laut Qumran. Di dalam gua, mereka menemukan beberapa guci dan gulungan. Mereka kemudian membawa gulungan tersebut ke Yerusalem. Seseorang di sana menyadari bahwa keduanya telah menemukan sesuatu yang berharga.
Penemuan itu memicu pencarian massal di sekitar wilayah Laut Mati. Hasilnya, ribuan fragmen dari gulungan yang sama berhasil ditemukan. Ada sebuah plakat tembaga yang digulung, tetapi sebagian besar gulungan yang ditemukan terbuat dari kulit dan papirus. Kenyataan bahwa gulungan-gulungan itu hanya dibiarkan tergeletak di tanah dan bisa diselamatkan adalah suatu keajaiban. Jika bukan karena keadaan di gua yang sangat kering, mustahil gulungan itu masih bisa bertahan.
Para ahli kemudian memutuskan untuk menggali situs reruntuhan kuno di Qumran atau satu-satunya reruntuhan yang ada di dekat gua. Reruntuhan itu merupakan sisa benteng Romawi. Penggalian menunjukkan sebuah bangunan berskala besar dengan banyak kamar, kamar mandi, tangki air, tempat pembakaran batu bata, dan sebuah menara.
Para arkeolog juga menemukan koin, lebih banyak fragmen dari gulungan, dan dua wadah tinta. Wadah tinta tersebut ditemukan di sebuah ruangan yang disebut dengan “scriptorium”.
Di ruangan inilah kitab atau gulungan tersebut ditulis dan disalin. Dari berbagai temuan itu dan isi dalam gulungan, para arkeolog akhirnya menyimpulkan gulungan-gulungan itu dibuat dan disalin oleh sebuah sekte kecil Yahudi bernama Essenes.
Sekte Essenes adalah selompok Bani Iarael di Qumran pada masa pemerintahan Imam Besar Yahudi dan penguasa yang disebut John Hyrcanus I. Ia berkuasa antara 135 dan 104 sebelum Masehi.
Setelah gempa bumi hebat (yang terjadi pada waktu itu), sekte Essenes memutuskan bahwa mereka telah menerima perintah dari Tuhan untuk pergi ke pengasingan dan akhirnya beremigrasi. Cukup masuk akal, karena jelas dari bukti arkeologi situs itu tidak lagi berpenghuni.
Masyarakat tinggal dan membangun kembali tempat itu sekitar empat Masehi. Pada tahun 68 atau 69, selama pemberontakan Yahudi pertama, pasukan Romawi yang kuat memulihkan ketertiban di Qumran. Saat itu, hanya setahun sebelum penghancuran Yerusalem oleh Titus.
Sekte Essenes dengan segera menyembunyikan gulungan-gulungan di tempat persembunyian di dekat mereka, yaitu di gua. Kemudian, mereka melarikan diri atau ada kemungkinan mereka dibantai. Permukiman mereka kemudian dihancurkan. Bangsa Romawi yang tidak mengetahui adanya gulungan atau acuh tak acuh terhadap gulungan itu meninggalkannya di gua-gua. Hingga akhirnya datanglah seorang gembala penasaran 1.900 tahun kemudian.
Para teolog Nasrani jelas tidak bisa menutup mata terhadap penemuan penting ini. Setelah mempelajari karakteristik dan beberapa doktrin keyakinan sekte Essenes, komunitas ini diidentifikasikan sebagai pengikut Yohanes Pembaptis (Nabi Yahya), putra Nabi Zakariya.
Yohanes Sang Pembaptis atau Nabi Yahya hidup sezaman dengan Nabi Isa. Menurut Ahmad Osman (2004), penelitian terhadap manuskrip Laut Mati berhasil mengungkap bahwa Nabi Isa diperkirakan lahir pada tahun 4 Sebelum Masehi (SM). Perkiraan tahun ini jauh lebih akurat ketimbang dugaan kaum Nasrani yang meyakini bahwa kelahiran Nabi Isa bertepatan dengan tanggal 25 Desember tahun pertama Masehi yang hingga kini setiap tahun dirayakan sebagai hari Natal. Waktu kelahirannya telah dijadikan sebagai patokan dalam pembuatan Kalender Masehi.
Namun, lewat penelitian sejarah dengan bukti-bukti arkeologis yang cukup mendukung, ternyata kelahiran Nabi Isa diperkirakan pada tahun 4 Sebelum Masehi. Dia sezaman dengan Nabi Yahya, pemimpin sekte Essenes.
Setelah melewati pengkajian yang cukup penting ini, sekte Essenes diketahui memiliki tradisi yang unik. Misalnya, dalam hal pengelolaan harta benda, ritual peribadatan, etos kerja, dan etika bermusyawarah. Dalam “Kitab Para Murid” dijelaskan bahwa seorang anggota sekte menyerahkan semua harta pribadinya sehingga menjadi milik bersama.
Ritual peribadatan dilakukan secara berjamaah. Sikap disiplin dan hidup keras menjadi ciri khas sekte ini. Seseorang tidak boleh seenaknya angkat bicara, memotong pembicaraan orang lain sewaktu bermusyawarah.
Informasi yang cukup menarik berdasarkan naskah Laut Mati adalah bahwa sekte Essenes mengenal penyembahan terhadap Tuhan Yang Tunggal, memiliki tradisi bersuci terlebih dahulu sebelum melakukan ritual berdoa (sembahyang), melaksanakan puasa dan melakukan penyembelihan hewan kurban.
Menurut sejarawan Abbas Mahmud Al-Aqqad, para pengikut Nabi Yahya merupakan komunitas Yahudi konservatif yang berjuang mempertahankan hukum para nabi. Ketika para rahib Yahudi di Jerusalem banyak melakukan penyelewengan terhadap ajaran Taurat dan mereka memanfaatkan status kerahiban mereka demi memupuk kekayaan pribadi, sekte Essenes melakukan pemberontakan dengan cara melakukan pengasingan & mengisolasi diri.
Oleh institusi kerahiban di Jerusalem, komunitas ini dianggap sebagai sparatis dan pembangkang. Menurut Abbas Mahmud Al-Aqqad, komunitas ini kemudian dianggap sebagai kelompok Bani Israel yang paling bersih dari perbuatan dosa dan hawa nafsu. Mereka menyatakan beriman pada hari kiamat, dan kerasulan Isa Al-Masih, sang Nabi Juru Selamat.
Untuk ulasan lengkapnya, silahkan download dan baca buku "Misteri Naskah Laut Mati" karya Ahmad Osman yang telah diterjemahkan ke Bahasa Indonesia.
Download Buku Misteri Naskah Laut Mati - Ahmad Osman Pdf
Nama File: Misteri Naskah Laut Mati.
Penulis: Ahmad Osman (1994).
Penerbit: Bima Rodheta.
Tahun: 2004 (Cetakan Pertama).
Alih Bahasa: Salim Rusdyi Hartono.Lc dan Amanullah Halim.
Penyunting: Zainul Muttaqin.
Tipe File: Pdf (Ebook/Adobe Acrobat).
Ukuran: 775 Kb (86 halaman).