Sampai saat ini, "Operasi Alpha" tak pernah diakui secara resmi oleh pemerintah Indonesia.
Indonesia pernah membeli pesawat buatan Israel, A-4 Skyhawk. Pembelian pesawat tempur itu dilakukan secara rahasia melalui perantara Amerika Serikat. Para pilot Indonesia juga dilatih langsung di Israel oleh para instruktur dan militer Israel.
Pembelian itu dilakukan ketika kunjungan Wakil Presiden Amerika Walter Mondale dalam lawatannya ke Jakarta pada Mei 1978. Mondale menawarkan Indonesia buat membeli 16 pesawat Skyhawk milik Israel.
Pembelian pesawat Skyhawk milik Israel itu memang pernah dilakukan Indonesia pada 1978 dan dilakukan dengan operasi intelijen bernama 'Operasi Alpha', dengan melibatkan Badan Intelijen ABRI (BIA).
Beny Moerdani adalah orang yang merancang operasi rahasia itu. Benny saat itu menjabat Asisten Intelijen Pertahanan dan Keamanan. Pembelian memang dilakukan secara rahasia mengingat sentimen anti-Israel masih terus berkembang sampai kini bagi negara berpenduduk muslim terbesar di dunia ini.
Alasan pembelian Skyhawk adalah pesawat tempur yang tergolong unggul menurut pertimbangan TNI Angkatan Udara saat itu. Salah satu keunggulan itu air refueling, yakni kemampuan mengisi bahan bakar saat mengudara.
Selain itu, A-4 Skyhawk bisa meluncurkan rudal anti-radiasi. Skyhawk memang dibidik buat menggantikan F-86 Sabre dan T-33 Thunderbird yang sudah berumur tua.
Selain itu, A-4 Skyhawk bisa meluncurkan rudal anti-radiasi. Skyhawk memang dibidik buat menggantikan F-86 Sabre dan T-33 Thunderbird yang sudah berumur tua.
Pesawat-pesawat tersebut dikirim ke Indonesia secara bertahap melalui jalur laut. Empat pesawat di antaranya dikirim langsung dari Israel menggunakan kapal. Untuk mengelabui pengiriman selama di perjalanan, Skyhawk dibungkus plastik bertuliskan F-5, jenis pesawat tempur buatan Amerika Serikat, sebab, di saat bersamaan, pemerintah juga membeli pesawat jenis F-5 dari Amerika Serikat.
Penerbang Indonesia Dilatih di Israel
"Operasi Alpha" menjadi satu paket pelatihan sepuluh perwira menerbangkan Skyhawk di Israel.
Djoko Poerwoko dalam biografinya, Menari di Angkasa (2007), mengisahkan keterlibatannya dalam operasi pada awal 1980 itu.
Poerwoko, bersama 9 perwira, diterbangkan melalui Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta, menuju Pangkalan Udara Paya Lebar, Singapura. Mereka menumpang pesawat Garuda. Setibanya di sana, 10 perwira sempat ditemui Benny Moerdani yang saat itu menjabat Kepala Badan Intelijen ABRI.
Mereka lanjut terbang ke Frankfurt, Jerman, untuk transit lantas menuju Tel Aviv. Poerwoko mengira saat itu ia diterbangkan ke Amerika Serikat. Apalagi misi rahasia itu semua diketahuinya untuk belajar menerbangkan F-5 E/F Tiger II, yang memang dipesan oleh pemerintah Indonesia untuk Angkatan Udara.
Mayjen Benny Moerdani yang lantas memberikan sedikit maklumat.
"Misi ini adalah misi rahasia, maka yang merasa ragu-ragu silakan kembali sekarang juga. Kalau misi ini gagal, negara tidak akan pernah mengakui kewarganegaraan kalian. Namun, kami tetap akan mengusahakan kalian semua bisa kembali dengan jalan lain. Misi ini hanya akan dianggap berhasil, apabila 'sang merpati' (A-4 Skyhawk Israel) telah hinggap," tegas Benny saat mengajak Djoko dan perwira lainnya dalam momen makan malam bersama.
Sesampainya di Tel Aviv, Poerwoko bersama sembilan koleganya sempat beristirahat semalam sebelum menempuh perjalanan darat dua hari menuju pangkalan tempur di Eilat, kota paling selatan Israel. Di sana lah para perwira itu dilatih buat menerbangkan A-4 Skyhawk.
Dalam bukunya, Poerwoko mengatakan tidak mengetahui apa nama pangkalan tempur milik angkatan udara Israel itu. Seingatnya, saat perjalanan menuju pangkalan tempur itu, mereka melewati Laut Mati, sebuah danau yang membujur antara daerah Israel, Palestina, dan Yordania.
Mereka kemudian menamai sendiri pangkalan itu dengan nama 'Arizona' sesuai tempat latihan mereka seharusnya.
Dalam buku yang ditulis Winchester, diketahui bahwa Poerwoko dilatih oleh Skuadron 141 di Etzion. Mereka berlatih mengoperasikan Skyhawk kurang lebih sekitar 4 bulan dan berakhir pada 20 Mei 1980.
Usai latihan, para perwira lantas diterbangkan ke New York, berbarengan dengan Skyhawk dikirim ke Indonesia. Tujuannya untuk menyamarkan rute kepulangan ke Indonesia.
Tanggal 4 Mei 1980, paket A-4 Skyhawk gelombang pertama, terdiri dua pesawat single seater dan dua double seater tiba di Tanjung Priok. Pesawat-pesawat tersebut diangkut dengan kapal laut langsung dari Israel, dibalut memakai plastik pembungkus, berlabel F-5.
Saat itu Indonesia juga memang memesan pesawat F-5 Tiger dari AS. Jadi seolah-olah pesawat yang diangkut kapal laut itu adalah juga pesawat F-5. Secara bergelombang, pesawat-pesawat A-4 Skyhawk terus berdatangan.
Pembelian Skyhawk sempat jadi pertanyaan kala itu. Namun, Menteri Pertahanan dan Keamanan M. Jusuf buru-buru memberi klarifikasi. Skyhawk, kata Jusuf, adalah pesawat bekas Israel yang dibeli Amerika, kemudian dijual ke Indonesia.
Pesawat A-4 Skyhawk pertama kali dipamerkan pada publik, Oktober 1980. Pesawat ini pernah dipakai dalam 'Operasi Seroja' alias pendudukan Indonesia atas Timor Timur sejak 1975.
Pada 2004, Skyahawk dipensiunkan. Jejak peninggalan kerja sama militer Indonesia dan Israel itu kini bisa dilihat di Museum Dirgantara Mandala, Yogyakarta.
Banyak rumor yang beredar, Pengadaan puluhan pesawat tempur dari Israel itu tidak terlepas dari kritikan dunia internasional terhadap Indonesia terkait masalah pelanggaran HAM di Timor Timur.
Semacam pengalihan isu, Presiden Soharto tidak ingin masalah tersebut menjadi perbincangan terutama di Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Dengan membeli pesawat dari Israel, pemerintah Indonesia mengharapkan negara itu dapat melakukan lobi-lobi di Kongres di Perserikatan Bangsa-Bangsa atau Senat Amerika Serikat.
Referensi:
Indonesia Diam-Diam Beli Pesawat dari Israel - Tirto.id
Operasi Alpha - Wikipedia Bahasa Indonesia
Kisah operasi alpha, misi pembelian pesawat TNI AU ke Israel - Merdeka.com