Laman

Minggu, 16 Desember 2018

Nabi Danial (Daniel) as

Dalam agama Islam, nama Nabi Daniel tidak termasuk salah satu dari 25 nabi yang wajib diketahui.


Namun demikian, para Ulama dan ahli sejarah mengatakan, beliau adalah seorang Nabi yang diutus kepada bani Israel. Nabi Daniel termasuk di antara keturunan Nabi Daud as. Kisah Nabi Daniel juga dituliskan dalam Alkitab Nasrani di Kitab Perjanjian Lama dan Yahudi.

Imam ats-Tsa’laby sebagaimana dikutip oleh Muhammad bin Iyas Abul Barakat al-Hifny dalam bukunya Bada’iuz Zuhur fi Waqai’ ad-Duhur (hal.192-194) menuturkan, pada jaman dahulu, terdapat seorang raja Babil (Babilonia) yang terkenal jahat & bengis, raja itu bernama Bakhtashir (Nebukadnezar).

Ketika Bakhtashir (Nebukadnezar) datang ke Yerusalem, dia membunuh orang-orang Bani Israil dan merebut secara paksa Baitul Maqdis serta menawan banyak orang dari mereka. Di antara mereka yang ditawan adalah Nabi Danial.

Tertangkapnya Nabi Danial tidak lepas dari peran dan pengkhianatan kaumnya yang mendustakan risalah dan dakwahnya.

Setelah berhasil menangkap Nabi Danial, Raja Bakhtashir (Nebukadnezar) memerintahkan prajuritnya agar melemparkan Nabi Danial kesebuah lubang besar dan dalam (menyerupai sebuah gua) yang berisikan beberapa ekor singa yang sengaja dibuat lapar.

Allah mencegah mulut-mulut singa itu untuk memangsanya bahkan sampai Danial berdiri dengan kedua kakinya di atas kepala singa-singa yang sudah tunduk dan tidak lagi membahayakan itu. Kemudian Allah ta’ala mengirim Nabi Irmiya (Yeremia) untuk mengeluarkan Danial dari lubang tersebut, sehingga Nabi Danial dapat terbebas dari kesulitan ini dan menumpas orang yang ingin membinasakan dirinya.

Dari Abdullah bin Abi al-Hudail, dia berkata, “Nebukadnezar telah melatih dua singa untuk berburu dan meletakkannya di dalam sebuah sumur. Kemudian dia menggiring Danial dan melemparkannya pada binatang tersebut. Tetapi kedua singa itu tidak menerkamnya. Maka Danial tinggal di dalam sumur dalam jangka waktu yang dikehendaki Allah. Lalu dia ingin makan dan minum sebagaimana manusia lainnya.

Maka Allah ta’ala memerintahkan melalui wahyu kepada Nabi Irmiya (Yeremia) untuk menyediakan makanan dan minuman untuk Danial.

Maka dia berkata, ‘Ya Rabbi, aku sekarang berada di tanah suci (Baitul Maqdis, Yerusalem), sementara Danial berada di kota Babilonia di tanah Irak.’

Lalu Allah mewahyukan lagi kepadanya, ‘Siapkanlah apa yang telah Aku perintahkan kepadamu; karena Aku akan kirim utusan yang akan membawamu ke sana beserta apa yang kau persiapkan.’

Akhirnya Yeremia pun melaksanakan perintah tersebut dan Allah mengirim utusan yang membawanya serta makanan yang dipersiapkannya, hingga dia sampai di depan mulut sumur tersebut.


Yeremia berkata, 'Wahai Danial, Apakah engkau dapat mendengar suaraku ini?'

Lalu Danial berkata, Siapa engkau?’

Yeremia menjawab, ‘Aku Irmiya.’

Danial berkata, ‘Kenapa kau datang kemari?’

Irmiya menjawab, ‘Aku diutus oleh Tuhanmu untuk menemuimu.’

Danial berkata, “Apakah Dia menyebut namaku?”

Irmiya menjawab, ‘Ya.’

Danial berkata, ‘Segala puji bagi Allah yang tidak melupakan orang yang mengingatNya. Segala puji bagi Allah yang tidak pernah mengecewakan orang yang berharap kepadaNya. Segala puji bagi Allah yang barangsiapa bertawakal kepadaNya, niscaya Dia akan memberi kecukupan kepadanya. Segala puji bagi Allah yang barangsiapa menaruh kepercayaan penuh kepadaNya, niscaya tidak akan Dia pasrahkan urusannya pada yang lain. Segala puji bagi Allah yang telah membalas kebaikan dengan kebaikan dan membalas keburukan dengan ampunan. Segala puji bagi Allah yang telah membalas kesabaran dengan keselamatan. Segala puji bagi Allah yang telah menyingkap kesulitan kita setelah ditimpa musibah. Segala puji bagi Allah, Dia-lah yang kami percayai, ketika kami berprasangka buruk atas amalan-amalan kami. Segala puji bagi Allah, Dia-lah harapan kami, ketika semua cara tertutup di hadapan kami.”

Daniel (bahasa Ibrani : דָּנִיּאֵל, Modern Daniyyel Tiberias Dāniyyêl ; "Allah adalah hakimku"; Arab: ﺩﺍﻧﻴﺎﻝ,
Dâniyal atau Danial ) adalah seorang nabi dari Bani Israel.

Menurut al-Hifny dalam kitab Badai’uz Zuhurnya (hal 194, 195), Jasad Nabi Danial ditemukan di era kekhalifahan Umar bin Khattab.

Jasad Nabi Daniel ditemukan oleh sahabat khalifah Umar bin Khattab yang bernama Abu Musa Al-Asy’ariy, ketika berjihad melawan bangsa Tartar di daerah Hurmuzan

Setelah Bangsa Tartar berhasil dilumpuhkan, Amer bin Ash, Amer dan para tentara melihat ada tempat bersembunyi yang dikunci dengan gembok besi. Kemudian mereka membukanya, dan ternyata di dalamnya ada lobang kecil yang ditutup dengan marmer berwarna hijau yang ditutup dengan marmer berwarna hijau lainnya. Begitu dibuka, ternyata di dalamnya ada jenazah seorang laki-laki dengan kain kafan yang ditenun benang emas, dengan badan yang sangat besar.

Abu Khalid Ibnu Dinar yang mendapatkan informasi dari Abul Aalia yang mengatakan jasad tersebut telah meninggal 300 tahun yang lalu, akan tetapi jasadnya masih utuh dan tidak membusuk sedikit pun, padahal sebelumnya daerah tersebut kerap dilanda banjir besar.

Kejadian itu dilaporkan kepada Khalifah Umar. Sebagai seorang Amirul mukminin, Umar bin Khattab memerintahkan Abu Musa Al-Asy’ariy untuk memyembunyikam kuburan tersebut.


Khalifah Umar tidak ingin orang-orang menjadi musrik, lalu berdoa kepada kuburan tersebut.

Umar segera memerintahkan Amr bin Ash untuk mengkafani kembali jenazah tadi, dan meminta untuk dikuburkan disebuah tempat yang tidak dapat dijangkau oleh orang-orang.

Diriwayatkan oleh Ibu Abi Syaibah dengan dari sahabat Anas,
“Tatkala mereka (Abu Musa Al-Asy’Ariy) menaklukan tustur, mereka menemukan jasad seseorang yang hidungnya panjang. Penduduk Hurmuzan ber-isti’anah (minta bantuan) dan meminta hujan dengan perantara jasad tersebut. Abu Musa segera menulis surat kepada Umar bin Khattab. Umar membalas surat: ‘Sesungguhnya ini (jasad tersebut) adalah nabi di antara para nabi. Api tidak akan membakar jasad para Nabi dan bumi tidak akan merusaknya. Hendaklah engkau dan salah seorang sahabatmu menguburkannya di tempat yang tidak ada serorang pun yang mengetahuinya kecuali kalian berdua’. Kemudian aku dan Abu Musa pergi untuk menguburkannya.”

Cara menyembunyikan kubur tersebut yakni mengali 13 lubang kubur di sungai (airnya dibendung sementara) lalu menguburkannya pada salah satu lubang di malam hari sehingga tidak ada yang mengetahui di mana kubur beliau.

Diriwayatkan Al-Baihaqy dalam Dala-ilun Nubuwwah,
“Dari Khalid bin Dinar dari Abu ‘Aliyah, “Aku berkata kepada Abu Aliyah, ‘Apa yang kalian lakukan pada jasad nabi tersebut?’. Abu ‘Aliyah berkata, kami menggali di sungai (airnya dibendung sementara) sebanyak 13 lubang kubur yang terpisah-pisah. Pada saat malam hari, kami menguburkannya dan kami ratakan semua kubur tersebut agar manusia tidak mengetahui dan tidak menggalinya kembali.”

Ibnu Katsir juga menjelaskan bahwa jasad tersebut adalah nabi Daniel karena bisa diperkirakan dari waktu kematiannya dan kabar mengenai kapan masa hidupnya.

“Waktunya dekat dengan waktu kehidupan nabi Daniel. Apabila pasti nabi Daniel mala ini sesuai dengan perkaranya (Lama meninggal dan waktu ditemukan jasadnya).”

Setelah situasi dirasa cukup aman, Amr bin Ash lalu membuatkan kuburan lagi di kota Iskandariyah (Alexandria, Mesir). di tempat itulah jasad tersebut dikebumikan. Pada lokasi itu, dibangun sebuah masjid yang diberi nama, Masjid Nabi Daniel.



Ada juga pendapat lain yang menyatakan lokasi Masjid Daniel, diantaranya adalah:

1. Susa dan Mala Amir di Iran.
2. Babilonia Kirkuk.
3. Muqdadiyah di Irak.
4. Samarkand Uzbekistan.

Wallahu A ’ lam