Laman

Minggu, 30 Desember 2018

Letusan Gunung Krakatau Tahun 1883, 416 Masehi dan 535 Masehi

Eerupsi dahsyat gunung api Krakatau pada 26-27 Agustus 1883 diikuti oleh gelombang tsunami dengan ketinggian hingga 30 meter. Suara dentumannya terdengar sampai Australia. Menimbulkan gelombang tsunami yang mencapai Samudera Pasifik hingga ke Amerika Selatan, pesisir Afrika Selatan dan Selat Channel yang membelah inggris dan Prancis.


Erupsi Gunung Krakatau pada Agustus 1883 tersebut dimulai pada 26 Agustus dan mencapai puncaknya serta berhenti 20 jam kemudian. 60 juta ton lava dan magma dimuntahkan dari mulut Gunung Krakatau, kaldera (kawah vulkanik) berukuran 4x8 km, dan aliran wedus gembel (awan panas) sejauh 40 km dari titik letusan. 


Saat itu wilayah Nusantara di bawah penguasaan pemerintah kolonial Hindia Belanda. Catatan pemerintah kolonial Belanda, menyebutkan, lebih dari 36.400 orang tewas akibat erupsi Gunung Krakatau ini. Referensi lain bahkan mengklaim jumlah korban jiwa jauh lebih besar, hingga 120.000 orang. 

Simon Winchester dalam bukunya "Krakatoa, The Day The World" Explode, yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, situasi mencekam juga terjadi di Jakarta. Batavia berjarak 133 km dari pusat letusan jika ditarik garis lurus. Pada saat letusan itu, Hari Senin 27 Agustus 1883, ombak tinggi juga sampai ke Batavia. Ombak datang pukul 12.36 atau 2,5 jam setelah letusan. 

Ombak tinggi juga masuk ke kanal-kanal air Batavia yang saat itu tertata rapi. 


Pedagang dan penduduk setempat berlarian menyelamatkan diri. Yang mengherankan, hari itu cuaca sangat dingin. Langit setengah gelap dan muram meskipun siang hari. Wajar karena langit Batavia tertutup jutaan ton debu letusan Krakatau. Udara penuh dengan abu yang menyusup ke rambut, mata dan gigi setiap orang. Trem-trem penuh dengan orang yang berangkat kerja. Kereta kuda memenuhi alun-alun raksasa sekarang Monas. Semua orang memperbincangkan musibah besar yang baru terjadi. 

Dilaporkan, ombak tsunami di Batavia saat itu mencapai ketinggian sekitar 2 meter menyapu garis pantai. Beberapa saat kemudian, permukaan laut anjlok sekitar tiga meter dari normal kemudian naik lagi dengan tajam. Baru pada pukul 17.05 riak dan ombak tinggi menghilang. Selasa keesokan harinya, atau 28 Agustus persis 130 tahun lalu, air menjadi tenang. Korban dilaporkan berjatuhan terutama di kawasan pantai meski tidak ada data resmi. 


Erupsi tersebut mempengaruhi meteran gas di pabrik gas Batavia. Catatan pada meteran itu sampai sekarang masih digunakan para ilmuwan untuk mempelajari letusan itu.

Meteran gas itu memberikan catatan akurat menit demi menit tentang gelombang tekanan udara besar-besaran yang dipancarkan Krakatau saat meledak. Ledakan yang paling besar tercatat terjadi pada pukul 10.02. Ledakan itu mengakibatkan lonjakan merkuri lebih dari dua setengah inci, suatu kondisi yang tidak pernah terjadi sebelumnya. 

Pada pukul 17.00 suasana gelap pekat melanda ibu kota. Pada waktu itu butiran-butiran besar batu apung berjatuhan. Keadaan begitu mencekam hingga pagi datang keesokan harinya ketika situasi tidak segenting hari letusan.   


Letusan besar Gunung Krakatau tahun 1883 menghancurkan sekitar 60 persen dari tubuh gunung itu. Di bekas berdirinya Krakatau, tersisa kaldera purba yang sama dengan kejadian pasca-erupsi Gunung Krakatau Purba pada abad ke-5. 

Dari area kawah besar yang masih aktif itu, lahir lagi gunung baru yang mulai terlihat sejak 1927 atau empat dekade setelah erupsi Gunung Krakatau tahun 1883. Gunung terbaru inilah yang kemudian dinamakan Gunung Anak Krakatau.  


Film Krakatoa The Last Days

Meletusnya Gunung Krakatau 1883 divisualkan melalui film dokumenter yang dirilis oleh BBC berjudul "Krakatoa The Last Days". 


Film ini dirilis tahun 2006, disutradarai oleh Sam Miller. 


Letusan Gunung Krakatau Memisahkan Pulau Jawa dan Sumatra 

Sebelumnya, Krakatau pernah meletus tahun 416 Masehi atau 535 Masehi dan implikasinya terhadap terjadinya perubahan peradaban dunia secara global. 


Tahun 416 Krakatau Purba menghilang menyisakan pulau-pulai kecil dan secepatnya disusul oleh gelombang laut yang tinggi, tsunami menghantam pesisir Lampung dan Jawa Barat. 

Sebuah teks Jawa kuno berjudul 'Pustaka Raja Purwa’ yang bila diterjemahkan bertuliskan: "Ada suara guntur yang menggelegar berasal dari Gunung Batuwara. Ada goncangan Bumi yang menakutkan, kegelapan total, petir dan kilat. Lalu datanglah badai angin dan hujan yang mengerikan dan seluruh badai menggelapkan seluruh dunia. Sebuah banjir besar datang dari Gunung Batuwara dan mengalir ke timur menuju Gunung Kamula. Ketika air menenggelamkannya, pulau Jawa terpisah menjadi dua, menciptakan pulau Sumatra. Itulah mengakibatkan terpisahnya pulau Jawa dan Sumatera. 


Catatan tentang letusan yang Krakatau yang terjadi 535 Masehi didokumentasiakan oleh Pemuka agama Suriah, John dari Efesus, menulis sebuah kronik di antara tahun 535 – 536 Masehi. 

Adapun isi dari kronik yang tercatat adalah: "Ada tanda-tanda dari Matahari, tanda-tanda yang belum pernah dilihat ataudilaporkan sebelumnya. Matahari menjadi gelap, dan kegelapannya berlangsung selama 18 bulan.

Setiap harinya hanya terlihat selama empat jam, itu pun samar-samar. Setiap orang mengatakan bahwa Matahari tak akan pernah mendapatkan terangnya lagi. 

Dokumen lainnya dari Dinasti Tiongkok mencatat: "suara guntur yang sangat keras terdengar ribuan miljauhnya ke barat daya China. 

Catatan sejarah tersebut, selanjutnya divalidasi dengan data hasil penelitian Krakatau Purba dari Berend George Escher dan Verbeek juga didukung beragam dokumen sejarah dari Nusantara, Suriah, dan China tentang sebuah bencana yang sangat dahsyat terjadi di Abad ke- 5 atau 6 Masehi dan mengakibatkan Abad Kegelapan di seluruh dunia. 

Inti es (ice cores) di lapisan es Antartika dan Greenland juga mencatat jejak ion sulfat vulkanik berumur 535- 540 M dan diperkirakan kiriman bencana dahsyat Gunung Purna Krakatau.

Jejak-jejak belerang gunung api Krakatau pun tersebar di kedua belahan Bumi selatan dan utara.

Berdasarkan informasi tersebut di atas, maka Keys mengajukan sebuah hipotesis bahwa Krakatau pernah meletus pada tahun 535 M dan letusan itu menghasilkan dampak bencana yang dirasakan di seluruh dunia sebagai peristiwa tragedi besar yang mampu merubah bentuk fisik alam dengan terbentuknya Selat Sunda dan terjadinya perubahan peradaban secara global. 

Selanjutnya Keys menyusun sebuah rangkaian kejadian letusan Krakatau tahun 535 M, sebagai berikut: 

1. Gempa bumi. Tanda awal reaksi gunung api. Tanda awal ini sudah dirasakan sampai Batavia (Jakarta);

2. Letusan bak guntur yang menggelegar. Letusan ini menghasilkan suara hingga terdengar sampai Australia. Letusan ini juga menghasilan gelombang kedap udara yang lazim terjadi pada ledakan bom sehingga menghasilkan korban jiwa; 

3. Letusan yang dihasilkan dari pecahnya kaldera melontarkan ribuan kubik material (pijar) ke lapisan Stratosfer. Fragmen bebatuan panas ini kemudian ditemukan pada bongkahan es Greenland dan Antartika; 

4. Ledakan yang besar itu mengguncang tanah sehingga ambles dan memisahkan daratan Jawa dan Sumatra dan terbentuklah selat Sunda; 

5. Bebatuan berbagai ukuran, debu, pasir, krikil, hingga bom, yang terlontar ke stratosfer menjadikan hampir seluruh langit bumi gelap dan menutupi cahaya matahari. Suhu udara di bumi turun mencapai 10 derajat di ekuator. Turunnya suhu dan minimnya matahari menjadikan Bumi tak ubahnya planet Venus. Komponen vegetasi di bumi rusak sehingga cadangan makanan menjadi minim. Kejadian itu selanjutnya mengakibatkan pergolakan sosial dalam memperebutkan cadangan makanan.


Referensi:

Cerita di Batavia saat Krakatau meletus - Merdeka.com 

Letusan Krakatau 1883 Picu Tsunami hingga Amerika Selatan - Detik News
Sejarah Lahirnya Gunung Anak Krakatau: Mewarisi Erupsi & Tsunami - Tirto.id 

Film Krakatoa The Last Days Kisahkan Gunung Krakatau Meletus 1883, Letusan Dahsyat Sebelum Tsunami - TRIBUNnews.com 

Membelah Jawa dan Sumatera. Ini 6 Fakta Dahsyatnya Letusan Nenek Moyang Krakatau - Liputan6.com 

Mengerikan! Ternyata Begini Proses Terpisahnya Pulau Jawa Dan Sumatera - Baca Berita Id