Laman

Sabtu, 17 November 2018

Peta Alam Semesta - Bentuk Alam Semesta Seperti Terompet ?


Pada 1925 , astronom Amerika Serikat bernama Edwin Hubble mengemukakan bukti hasil pengamatannya bahwa semua galaksi akan saling menjauh mundur antara satu dengan yang lain . Ini menyiratkan bahwa alam semesta terus berkembang.


Dengam menggunakan teleskop raksasanya, Hubble menemukan fakta bahwa cahaya sejumlah bintang bergeser ke arah ujung merah spektrum , dan pergeseran itu sangat berkaitan dengan jarak antara bintang- bintang tersebut dengan Bumi.



Hubble menemukan fakta bahwa cahaya sejumlah bintang bergeser ke arah ujung merah spektrum , dan pergeseran itu sangat berkaitan dengan jarak antara bintang- bintang tersebut dengan Bumi. Edwin Hubble juga mengungkapkan bahwa benda- benda luar angkasa tidak hanya menjauh dari Bumi saja, melainkan juga saling menjauhi antara benda yang satu dengan yang lainnya. 



Dari penelitiannya ini disimpulkan bahwa sesuatu yang saling menjauh berarti alam semesta ini terus mengembang.

Peta Alam Semesta

Alam semesta sangat luas sehingga hampir tidak mungkin bisa dibayangkan bagaimana melihatnya dalam satu gambar. 



Akan tetapi, seseorang menciptakan sebuah gambar yang menunjukkan alam semesta dalam satu gambar. Pablo Carlos Budassi, seorang musisi menggabungkan apa yang tampak sebagai objek alam semesta dalam satu bidang pandang. Ia melibatkan peta logaritmik alam semesta dari Princeton serta gambar dari NASA.



Pablo Carlos Budassi membuat sebuah gambar yang memperlihatkan alam semesta yang dapat diamati dalam satu cakram . Dalam gambar itu , matahari dan tata surya berada di pusat gambar, diikuti oleh cincin luar galaksi Bima Sakti , lengan Perseus dari Bima Sakti , cincin dari galaksi terdekat seperti Andromeda.


Selain itu , ada pula sisa dari kosmik, kosmis radiasi latar belakang microwave sisa dari 'big bang ' dan akhirnya cincin plasma juga dihasilkan oleh big bang .Logaritma membantu manusia memahami jumlah yang besar , dan dalam kasus ini , jarak yang sangat jauh. Alih -alih menunjukkan semua bagian alam semesta pada skala linier, masing - masing potongan lingkaran mewakili bidang pandang.



Itulah sebabnya seluruh alam semesta yang bisa diamati bisa muat di dalam lingkaran . Budassi kabarnya mendapatkan ide ini setelah membuat 'hexaflexagons' untuk anaknya yang berulang tahun.

Peta 3D Alam Semesta

Para ilmuwan membuat peta semesta tiga dimensi yang memuat informasi paling detail tentang angkasa dengan 400.000 galaksi. Peta yang dibuat sebagai bagian dari Sloan Digital Sky Survey III (SDSS III) itu memuat hampir sejuta galaksi hingga jarak 12 miliar tahun cahaya dari Bumi serta mampu mengukur jarak antargalaksi.



Pembuatan peta menggunakan data yang diperoleh dari Apache Point Observatory in New Mexico. Salah seorang imuan yang berpartisipasi dalam riset tersebut adalah Daniel Eisenstein, astronom dari Harvard Smithsonian Center for Astrophysics di Cambridge, Massachusetts, Amerika  Serikat.



Daniel Eisenstein mengatakan, dengan memetakan galaksi di citra 3D, efek energi gelap yang mengubah semesta sepanjang sejarahnya bisa diketahui.


Berdasarkan analisis para ilmuwan, jarak antara kluster galaksi yang terdapat di peta sesuai dengan model semesta yang mengikutsertakan energi gelap sebagai salah satu komponennya. Lewat pengukuran secara akurat, Eisenstein dan rekannya memetakan kluster galaksi selebar ratusan ribu tahun cahaya. Hasil pengukuran memberi petunjuk rupa semesta pada awal pembentukannya.



Pada masa awal kelahiran semesta, massa jenis materi yang menyusun galaksi saat ini tidak merata. Karena efek gravitasi, materi dengan massa jenis tinggi akan bergabung dengan materi massa jenis tinggi lainnya. Seiring waktu, pengelompokan berdasarkan massa jenis semakin jelas, membentuk pola kluster yang dilihat astronom saat ini.

Bentuk Alam Semesta Seperti Terompet

Tahun 2001, Satelit atau probe bernama Wilkinson Microwave Anisotropy Probe (WMAP ) berhasil menangkap citra bentuk alam semesta. Temuan itu dirilis Badan antariksa Amerika Serikat, NASA.


Selain menemukan bahwa alam semesta memiliki bentuk menyerupai terompet sangkakala , website science.nasa. gov melaporkan bahwa WMAP menemukan bahwa alam semesta mempunyai usia sekira 13,8 miliar tahun.


WMAP juga menemukan bahwa alam semesta terbuat dari 72 persen Dark Energy, 23 persen Dark Matter dan hanya 4 ,6 persen atom. NASA menjelaskan bahwa WMAP menggunakan radiometer gelombang mikro yang mengukur perbedaan temperatur antara dua titik di langit.







Referensi:

Peta 3D Alam Semesta Terbesar Memuat 400.000 Galaksi - Kompas.com

Menakjubkan! Inikah Wujud Alam Semesta Terlihat dalam Satu Gambar - Okezone.com

Inikah Wujud Terompet Sangkakala Tanda Kiamat - Kompas.com