Laman

Minggu, 30 Desember 2018

Letusan Gunung Tambora 1815 Berdampak Hingga Eropa dan Amerika Utara - Cuaca Ekstrim Mengakibatkan Gagal Panen & Kelaparan, Mereka Terpaksa Makan Kucing dan Tikus

Letusan Gunung Tambora dimulai pada 5 April 1815. Suara dentuman & gemuruh terdengar hingga Jakarta selama 15 menit dan berlangsung sampai hari-hari berikutnya.


Puncak erupsi terjadi pada 10 April. Pukul tujuh pagi hampir seluruh isi perut gunung dimuntahkan, yakni magma, abu yang memancar, dan batuan cair yang menembak ke segala arah. Berlangsung sekira satu jam, begitu banyak abu dan debu terlempar berada di uadara hingga menutupi pandangan terhadap gunung. Suara dentuman Erupsi gunung Tambora tanggal 10 April 1815 ini terdengar hingga radius 2.600 km, mencapai ke Pulau Andalas (Sumatera). 


Letusan Tambora saat itu menempati  VEI 7 atau tertinggi kedua dari puncak VEI 8 dalam skala kekuatan erupsi gunung berapi, Volcanic Explosivity Index (VEI). 


Sekitar 50 sampai 150 kilometer kubik magma keluar dari perut bumi melalui Tambora yang menghasilkan kubah kolosal setinggi hampir 40 sampai 50 kilometer itu membawa abu dalam jumlah besar di angkasa. 

Gunung Tambora yang awalnya memiliki tinggi 4.300 meter dari permukaan laut menjadi terpangkas sampai tersisa setinggi 2.772 meter dari permukaan laut. 

Di hari puncak letusan yang terjadi pada 10 April itu, tsunami juga menerjang berbagai pulau di Indonesia sebagai dampak dari letusan Tambora. Tercatat, di wilayah Sanggar tsunami menerjang setinggi 4 meter, di Besuki Jawa Timur tsunami setinggi 2 meter terjadi sebelum tengah malam, juga di Kepulauan Maluku. U.S. Geological Survey mencatat korban tewas diperkirakan sebanyak 4.600 jiwa.

Erupsi Gunung Tambora Berdampak Perubahan Iklim Global 


Dampak letusan gunung api ini terasa hingga daratan Eropa dan Amerika Utara. Puluhan ribu orang tewas akibat wabah penyakit dan kelaparan. 


Material vulkanis yang dikeluarkan saat Gunung Tambora meletus mencapai lebih dari 100 km kubik atau 100 milliar meter kubik. Sulfur dioksida yang keluar dari Tambora mencapai lapisan stratosfer. 


Musim semi tahun 1815 menjadi terganggu karena debu-debu dan kandungan yang dibawa tertiup angin bergeser ke langit Eropa, Amerika, dan lainnya. Hal ini terus berlanjut hingga musim panas 1815. 

Di belahan bumi utara, terjadi kondisi cuaca ekstrem dan membuat benua Eropa menjadi gelap selama 1 tahun
Cahaya matahari yang terhalang membuat suhu global menurun sekitar 0,4 sampai 0,7 derajat celsius akibat kabut kering yang menyelimuti bumi. 


Pertanian yang seharusnya mendapat paparan sinar matahari di musim semi menjadi gagal panen di India dan timbul wabah kolera di Bengal pada 1816. Tifus menyerang wilayah Eropa tenggara dan timur Mediterania antara 1816 sampai 1819. 

Paceklik (gagal panen) akibat suhu dingin dan hujan lebat melanda Inggris dan Irlandia. Kelaparan merata di utara dan barat daya Irlandia karena gagal panen gandum, oat, dan kentang. 


Jerman dilanda krisis: harga pangan meningkat akibat kelangkaan. Demonstrasi menjadi pemandangan umum di depan pasar dan toko roti, diikuti kerusuhan, pembakaran, dan penjarahan yang menjadikan kelaparan terburuk di Eropa pada abad ke 19. Korban tewas di seluruh dunia mencapai 71.000 jiwa, sebagai dampak tidak langsung Erupsi gunung Tambora.

“Orang-orang terpaksa makan kucing dan tikus,”

kata Stephen Self, ahli vulkanologi di Universitas California, Berkeley, seperti dikutip Livescience, Jumat (10/4). Self juga merupakan pakar dalam studi soal letusan Tambora pada 1815.

Erupsi tambora memusnahkan tiga kerajaan yang terletak di lereng Tambora,  yaitu Kerajaan Tambora, Kerajaan Sanggar, dan Kerajaan Pekat yang semuanya musnah. Kerajaan Bima sendiri turut mencatat peristiwa mahadahsyat ini seperti tertuang dalam naskah kuno Bo Sangaji Kai. 


Pukul 19.00 malam pada 10 April 1815, tepat hari ini 203 tahun lalu, dari Sanggar terlihat tiga kolom api keluar dari puncak Tambora dan menyebar ke segala penjuru. 

Hujan batu yang lebat mulai turun di Sanggar bercampur dengan debu. Batunya sebesar dua gumpal, disusul dengan angin berputar yang sangat dahsyat yang merobohkan hampir seluruh rumah. Bunyi dentuman sangat riuh tanpa hentinya hingga malam tanggal 11. Setelah itu ledakan berkurang, tetapi sampai 15 Juli masih saja terdengar letupan-letupan.

Peristiwa letusan Tambora tahun 1815 oleh Khatib Lukman menulis sedetail mungkin kejadian yang terjadi sejak awal letusan hingga kelaparan terjadi di sekitar Kesultanan Bima, seperti dalam bait ke 12 – 13 menceritakan dimana letusan Tambora membakar semua sawah.


Pada tahun jim awal mulanya
Diturunkan bala kepada hambanya
Tanah Bima hangus semua padinya
Laparlah orang sekalian isinya

Lapar itu terlalu sangat
Rupanya negeri tiada bersemangat
Serasa dunia bekas kiamat
Sukarlah gerangan baiknya bangat

Kemudian di bait ke 22 – 24 di tulis kejadian lanjutan letusan Tambora di hari berikutnya dimana hujan pasir mulai turun saat subuh, semua orang terkejut dengan apa yang mereka lihat dari kejauhan Tambora.

Ayam berkokok haripun siang
Undurlah orang daripada sembahyang
Turunlah pasir bagai dikarang
Habislah terkejut sekalian orang 

Pasir di sangka hujan yang titik
Jatuh di atap bunyinya mengeritik
Hari yang terang kelam berbalik
Air yang hilir menjadi mudik

Tiadalah beberapa lamanya selang
Turunlah abu bagai dituang
Geger gempar sekalian orang
Terkejut melihat sekalian tercengang

Hari berikutnya setelah letusan, Khatib Lukman menceritakan suasana krisis pangan di pulau Sumbawa, banyak berbagai kapal dagang dari Sulawesi, Jawa dan Maluku datang untuk menjajakan dagangan mereka pada masyarakat yang kelaparan. Dimana itu termuat dalam bait 68- 70 melukiskan kelaparan yang sangat parah hingga harta benda habis untuk dijual. 

Dagang yang datang berbagai jenis
Jawa Melayu Mengkasar Bugis
Membawa beras padi gula manis
Berpuluh perahu jua yang habis

Semuanya dagang datang terhimpun
Ada dari ternate ada dari Ambon
Ada Bonerate adalah Buton
Membawa sagu jagung bersusun

Datangnya dagang bertindih-tindih
Ada yang dari Sulu ada dari Ende
Membawa jagung kacang kedelai
Ditukarlah dengan cawan dan cindai 


Referensi: 

"The Weather of the Waterloo Campaign 16 to 18 June 1815: Did it Change the Course of History?"
By John Lewis  

"Napoleon, The Tambora Eruption and Waterloo"
by John Tarttelin 

Report "Tambora Erupts in 1815 and Changes World History"
by William & Nicholas Klingaman 

"Volcanic Explosivity Index (VEI)"
Volcano Discovery 

"Climatic, Environmental and Human Consequences of the Largest known Historic Eruption: Tambora Volcano (Indonesia) 1815"
writer: Clive Oppenheimer 

"Handboek der Land-en Volkenkunde, Geschied-, Taal-, Aardrijks en Staatkunde van Nederlandsch Indie volume II (1841)"
writter: Philippus Pieter Roorda van Eysinga

"Nusantara: Silang Bahari" yang dimuat di buku Panggung Sejarah: Persembahan Kepada Prof. Dr. Denys Lombard" (2011)
penulis: A.B. Lapian

Menelusuri jejak letusan Gunung Tambora dua abad lalu - BBC News Indonesia 

Tambora Meletus, Orang Eropa Terpaksa Makan Kucing dan Tikus - CNN Indonesia

Meletusnya Gunung Tambora dan Akibatnya Terhadap Dunia - Tirto.id

Letusan Gunung Tambora, Kerajaan yang Hilang, dan Kalahnya Napoleon - Tirto.id 

Letusan Gunung Krakatau Tahun 1883, 416 Masehi dan 535 Masehi

Eerupsi dahsyat gunung api Krakatau pada 26-27 Agustus 1883 diikuti oleh gelombang tsunami dengan ketinggian hingga 30 meter. Suara dentumannya terdengar sampai Australia. Menimbulkan gelombang tsunami yang mencapai Samudera Pasifik hingga ke Amerika Selatan, pesisir Afrika Selatan dan Selat Channel yang membelah inggris dan Prancis.


Erupsi Gunung Krakatau pada Agustus 1883 tersebut dimulai pada 26 Agustus dan mencapai puncaknya serta berhenti 20 jam kemudian. 60 juta ton lava dan magma dimuntahkan dari mulut Gunung Krakatau, kaldera (kawah vulkanik) berukuran 4x8 km, dan aliran wedus gembel (awan panas) sejauh 40 km dari titik letusan. 


Saat itu wilayah Nusantara di bawah penguasaan pemerintah kolonial Hindia Belanda. Catatan pemerintah kolonial Belanda, menyebutkan, lebih dari 36.400 orang tewas akibat erupsi Gunung Krakatau ini. Referensi lain bahkan mengklaim jumlah korban jiwa jauh lebih besar, hingga 120.000 orang. 

Simon Winchester dalam bukunya "Krakatoa, The Day The World" Explode, yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, situasi mencekam juga terjadi di Jakarta. Batavia berjarak 133 km dari pusat letusan jika ditarik garis lurus. Pada saat letusan itu, Hari Senin 27 Agustus 1883, ombak tinggi juga sampai ke Batavia. Ombak datang pukul 12.36 atau 2,5 jam setelah letusan. 

Ombak tinggi juga masuk ke kanal-kanal air Batavia yang saat itu tertata rapi. 


Pedagang dan penduduk setempat berlarian menyelamatkan diri. Yang mengherankan, hari itu cuaca sangat dingin. Langit setengah gelap dan muram meskipun siang hari. Wajar karena langit Batavia tertutup jutaan ton debu letusan Krakatau. Udara penuh dengan abu yang menyusup ke rambut, mata dan gigi setiap orang. Trem-trem penuh dengan orang yang berangkat kerja. Kereta kuda memenuhi alun-alun raksasa sekarang Monas. Semua orang memperbincangkan musibah besar yang baru terjadi. 

Dilaporkan, ombak tsunami di Batavia saat itu mencapai ketinggian sekitar 2 meter menyapu garis pantai. Beberapa saat kemudian, permukaan laut anjlok sekitar tiga meter dari normal kemudian naik lagi dengan tajam. Baru pada pukul 17.05 riak dan ombak tinggi menghilang. Selasa keesokan harinya, atau 28 Agustus persis 130 tahun lalu, air menjadi tenang. Korban dilaporkan berjatuhan terutama di kawasan pantai meski tidak ada data resmi. 


Erupsi tersebut mempengaruhi meteran gas di pabrik gas Batavia. Catatan pada meteran itu sampai sekarang masih digunakan para ilmuwan untuk mempelajari letusan itu.

Meteran gas itu memberikan catatan akurat menit demi menit tentang gelombang tekanan udara besar-besaran yang dipancarkan Krakatau saat meledak. Ledakan yang paling besar tercatat terjadi pada pukul 10.02. Ledakan itu mengakibatkan lonjakan merkuri lebih dari dua setengah inci, suatu kondisi yang tidak pernah terjadi sebelumnya. 

Pada pukul 17.00 suasana gelap pekat melanda ibu kota. Pada waktu itu butiran-butiran besar batu apung berjatuhan. Keadaan begitu mencekam hingga pagi datang keesokan harinya ketika situasi tidak segenting hari letusan.   


Letusan besar Gunung Krakatau tahun 1883 menghancurkan sekitar 60 persen dari tubuh gunung itu. Di bekas berdirinya Krakatau, tersisa kaldera purba yang sama dengan kejadian pasca-erupsi Gunung Krakatau Purba pada abad ke-5. 

Dari area kawah besar yang masih aktif itu, lahir lagi gunung baru yang mulai terlihat sejak 1927 atau empat dekade setelah erupsi Gunung Krakatau tahun 1883. Gunung terbaru inilah yang kemudian dinamakan Gunung Anak Krakatau.  


Film Krakatoa The Last Days

Meletusnya Gunung Krakatau 1883 divisualkan melalui film dokumenter yang dirilis oleh BBC berjudul "Krakatoa The Last Days". 


Film ini dirilis tahun 2006, disutradarai oleh Sam Miller. 


Letusan Gunung Krakatau Memisahkan Pulau Jawa dan Sumatra 

Sebelumnya, Krakatau pernah meletus tahun 416 Masehi atau 535 Masehi dan implikasinya terhadap terjadinya perubahan peradaban dunia secara global. 


Tahun 416 Krakatau Purba menghilang menyisakan pulau-pulai kecil dan secepatnya disusul oleh gelombang laut yang tinggi, tsunami menghantam pesisir Lampung dan Jawa Barat. 

Sebuah teks Jawa kuno berjudul 'Pustaka Raja Purwa’ yang bila diterjemahkan bertuliskan: "Ada suara guntur yang menggelegar berasal dari Gunung Batuwara. Ada goncangan Bumi yang menakutkan, kegelapan total, petir dan kilat. Lalu datanglah badai angin dan hujan yang mengerikan dan seluruh badai menggelapkan seluruh dunia. Sebuah banjir besar datang dari Gunung Batuwara dan mengalir ke timur menuju Gunung Kamula. Ketika air menenggelamkannya, pulau Jawa terpisah menjadi dua, menciptakan pulau Sumatra. Itulah mengakibatkan terpisahnya pulau Jawa dan Sumatera. 


Catatan tentang letusan yang Krakatau yang terjadi 535 Masehi didokumentasiakan oleh Pemuka agama Suriah, John dari Efesus, menulis sebuah kronik di antara tahun 535 – 536 Masehi. 

Adapun isi dari kronik yang tercatat adalah: "Ada tanda-tanda dari Matahari, tanda-tanda yang belum pernah dilihat ataudilaporkan sebelumnya. Matahari menjadi gelap, dan kegelapannya berlangsung selama 18 bulan.

Setiap harinya hanya terlihat selama empat jam, itu pun samar-samar. Setiap orang mengatakan bahwa Matahari tak akan pernah mendapatkan terangnya lagi. 

Dokumen lainnya dari Dinasti Tiongkok mencatat: "suara guntur yang sangat keras terdengar ribuan miljauhnya ke barat daya China. 

Catatan sejarah tersebut, selanjutnya divalidasi dengan data hasil penelitian Krakatau Purba dari Berend George Escher dan Verbeek juga didukung beragam dokumen sejarah dari Nusantara, Suriah, dan China tentang sebuah bencana yang sangat dahsyat terjadi di Abad ke- 5 atau 6 Masehi dan mengakibatkan Abad Kegelapan di seluruh dunia. 

Inti es (ice cores) di lapisan es Antartika dan Greenland juga mencatat jejak ion sulfat vulkanik berumur 535- 540 M dan diperkirakan kiriman bencana dahsyat Gunung Purna Krakatau.

Jejak-jejak belerang gunung api Krakatau pun tersebar di kedua belahan Bumi selatan dan utara.

Berdasarkan informasi tersebut di atas, maka Keys mengajukan sebuah hipotesis bahwa Krakatau pernah meletus pada tahun 535 M dan letusan itu menghasilkan dampak bencana yang dirasakan di seluruh dunia sebagai peristiwa tragedi besar yang mampu merubah bentuk fisik alam dengan terbentuknya Selat Sunda dan terjadinya perubahan peradaban secara global. 

Selanjutnya Keys menyusun sebuah rangkaian kejadian letusan Krakatau tahun 535 M, sebagai berikut: 

1. Gempa bumi. Tanda awal reaksi gunung api. Tanda awal ini sudah dirasakan sampai Batavia (Jakarta);

2. Letusan bak guntur yang menggelegar. Letusan ini menghasilkan suara hingga terdengar sampai Australia. Letusan ini juga menghasilan gelombang kedap udara yang lazim terjadi pada ledakan bom sehingga menghasilkan korban jiwa; 

3. Letusan yang dihasilkan dari pecahnya kaldera melontarkan ribuan kubik material (pijar) ke lapisan Stratosfer. Fragmen bebatuan panas ini kemudian ditemukan pada bongkahan es Greenland dan Antartika; 

4. Ledakan yang besar itu mengguncang tanah sehingga ambles dan memisahkan daratan Jawa dan Sumatra dan terbentuklah selat Sunda; 

5. Bebatuan berbagai ukuran, debu, pasir, krikil, hingga bom, yang terlontar ke stratosfer menjadikan hampir seluruh langit bumi gelap dan menutupi cahaya matahari. Suhu udara di bumi turun mencapai 10 derajat di ekuator. Turunnya suhu dan minimnya matahari menjadikan Bumi tak ubahnya planet Venus. Komponen vegetasi di bumi rusak sehingga cadangan makanan menjadi minim. Kejadian itu selanjutnya mengakibatkan pergolakan sosial dalam memperebutkan cadangan makanan.


Referensi:

Cerita di Batavia saat Krakatau meletus - Merdeka.com 

Letusan Krakatau 1883 Picu Tsunami hingga Amerika Selatan - Detik News
Sejarah Lahirnya Gunung Anak Krakatau: Mewarisi Erupsi & Tsunami - Tirto.id 

Film Krakatoa The Last Days Kisahkan Gunung Krakatau Meletus 1883, Letusan Dahsyat Sebelum Tsunami - TRIBUNnews.com 

Membelah Jawa dan Sumatera. Ini 6 Fakta Dahsyatnya Letusan Nenek Moyang Krakatau - Liputan6.com 

Mengerikan! Ternyata Begini Proses Terpisahnya Pulau Jawa Dan Sumatera - Baca Berita Id

Sabtu, 29 Desember 2018

Terjawab, Mengapa Arab Saudi Tidak Membela Palestina dan Mendukung Israel


625 tahun berkuasa, Kekhalifahan Islam Ottoman (Utsmani) yang beribukota di Konstatinopel (sekarang Istambul) harus berakhir pada 1 Nobember 1922. Majelis Nasional Agung dalam sidang sejak Februari 1922 memutuskan untuk menghapus sistem khilafah Islam di Konstantinopel (sekarang Turki) dengan sistem republik yang sekuler.


Lemahnya penguasa, perilaku korup & dzolim, perekonomian yang semakin terpuruk akibat perang & banyaknya kekalahan menyebabkan Kemunduran Kekhalifahan Islam Ottoman (Utsmani).


Keadaan ini diperparah dengan memunculan sentimen nasionalisme Arab yang semakin marak, maka cikal bakal perlawanan bangsa Arab kepada Ottoman pun kian tak terbendung.


Benih-benih permusuhan bangsa Arab terhadap Turki Ottoman muncul sejak 1915. Pada bulan Maret tahun itu, Sharif Hussein yang merupakan penguasa Hejaz saat itu mengirimkan anaknya yang bernama Faisal untuk bergabung dengan Jami’yah Arabiyah Fatat. Ini adalah gerakan di Suriah yang bertujuan menggalang kekuatan untuk melawan kerajaa Turki Ottoman. Sharif Hussein sendiri diangkat sebagai Emir (atau Gubernur) Mekkah oleh Turki pada 1909.


Perang saudara sesama muslim tersebut pun tidak disia-siakan oleh Inggris. Mereka menyusupkan agen intelejen mereka yang bernama Thomas Edward Lawrence untuk melobi dan mengajak Sharif Hussein untuk bekerjasama.


Baca juga: Peran Thomas Edward Lawrence (orang) Inggris Dibalik Lahirnya Arab Saudi dan Runtuhnya Kekhalifahan Islam Turki Utsmani 

Hal itu rupanya adalah strategi lain dari Inggris. Iming-iming untuk Sharif Hussein itu sebenarnya cuma akal bulus belaka supaya Inggris memperoleh tambahan kekuatan untuk melawan Turki Ottoman saat perang dunia 1.

Hal itu terbukti melalui surat-surat yang menunjukkan negosiasi ini disebut Korespondensi McMahon-Hussein, karena Sharif Hussein berbalas pesan dengan Komisaris Tinggi Inggris di Mesir, Sir Henry McMahon.


Pasukan berkuda Arab dipimpin oleh Pangeran Faishal bin Syarif Husain dan agen intelijen Inggris, Lawrence of Arabia, menyerbu pasukan Turki Utsmani di wilayah Jabal Druz, Baklabak, dan Ma’an. Musthafa Kamal Pasha, Panglima Pasukan Divisi VII Turki Utsmani, telah menjalin kesepakatan rahasia dengan Inggris


Pasukan Turki Utsmani yang kelaparan dan kehabisan amunisi di kota Gaza dan Ma’an kewalahan menghadapi serbuan pasukan Arab. Pasukan Turki Utsmani terpaksa ditarik mundur, sehingga kota Gaza dan Ma’an jatuh ke tangan pasukan Arab.


Kemenangan pasukan Arab itu merupakan kesuksesan dan keuntungan besar bagi Inggris. Sebab, selain Palestina jatuh ke tangan Inggris, disisi lain Inggris tidak perlu repot-repot berperang melawan pasukan Utsmani, sebab pasukan Utsmani tahluk ditangan pasukan Arab.


Para pembelot Arab ini berhasil mengambil alih beberapa kota besar dari Ottoman. Hal itu semakin membuat Inggris terus bergerak menuju Palestina dan Iraq. inggris berhasil mengambil alih kota-kota yang kala itu masih dalam genggaman Ottoman, yakni Aqaba, Baghdad dan Yerusalem.


Inggris menepati janjinya. Sharif Hussein akhirnya berkuasa penuh di Hejaz dan tidak lagi menjadi bawahan Turki. Setelah meninggal pada 1924, ia digantikan oleh anak tertuanya Pangeran Ali . Sedangkan Pangeran Faisal menjadi penguasa di Irak dan Suriah (dikenal dengan nama Faisal I of Iraqi) dan anaknya yang lain, Pangeran Abdullah , menjadi penguasa di Jordan (terkenal dengan nama Abdullah I of Jordan).


Namun Inggris tidak membiarkan Syarif Husain berlama-lama menikmati kue empuk hasil kerja kerasnya. Inggris secara diam-diam juga menjalin kesepakatan dengan penguasa Riyadh dan pemimpin politik gerakan dakwah tauhid Nejed, Abdul Aziz ibnu Saud, yang kelak menjadi raja sebuah Negara Monarki, Arab Saudi.


Pasukan Syarif Husain mengalami kekalahan telak dalam pertempuran di wilayah Turbah melawan pasukan Abdul Aziz ibnu Saud. Dengan dukungan Inggris, pasukan Abdul Aziz bin Abdurrahman Al-Saud mengalahkan pasukan Syarif Husain pada perang tahun 1343 H. Syarif Husain akhirnya lengser dan menyerahkan tahta kerajaannya kepada putranya, Syarif Ali bin Syarif Husain.

Kekalahan mengakibatkan kota Makkah jatuh ke tangan Abdul Aziz bin Abdurrahman Al-Saud. Hal itu berarti Khilafah Arabiyah Makkah tumbang. Syarif Ali bin Syarif Husain mundur ke kota Jeddah. Namun pasukan Abdul Aziz mengejarnya dan mengepung kota Jeddah selama satu tahun penuh. Selain itu, pasukan pemimpin Nejed itu juga menyerang dan mengepung kota Madinah.

Madinah menyerah sepenuhnya ke tangan Abdul Aziz bin Abdurrahman Al-Saud setelah dikepung selama 10 bulan. Begitupula dengan Jeddah, takluk setelah tercapai pengepungan setahun penuh.


Berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak, Jeddah menjadi wilayah kekuasaan Abdul Aziz bin Abdurrahman Al-Saud, sementara Syarif Ali dan keluarganya diberi jaminan untuk bergabung dengan saudaranya, Syarif Faishal bin Syarif Husain di Irak.


Syarif Husain sendiri dibuang ke Cyprus sebagai tahanan politik dan meninggal di pembuangan pada tahun 1350 H. Makkah, Madinah, Jeddah, dan Riyadh disatukan oleh Abdul Aziz bin Abdurrahman Al-Saud, lalu ia mendirikan Kerajaan Alu Sa’ud. Revolusi Arab yang dipimpin Syarif Husain pada akhirnya berperan menjatuhkan Palestina ke tangan Inggris dan Yahudi.

Baca juga: Deklarasi Balfour 1917 Peran Inggris Dibalik Berdirinya Negara Zionis Israel

Dalam sebuah dokumen resmi, ditemukan hubungan surat menyurat (korespondensi) antara Raja Abdul Aziz Ibnu Saud dengan pemerintah Inggris pada tahun 30-an, yang memyatakan bahwa Kerajaan arab Saudi tidak diperbolehkan menentang sikap Inggris yang memberikan kedaulatan kepada Israel untuk mendirikan sebuah negara di kawasan Palestina. Bahkan, sikap Raja Abdul Aziz tersebut disahkan dalam sebuah fatwa keagamaan yang merupakan sikap resmi kerajaan pada tahun 90-an bahwa diperkenankan berdamai dengan Israel.



Kerajaan Arab Saudi dengan bangga mengklaim sebagai sebuah Negara Islam. Padahal apa yang mereka lakukan justru mengkhianati Islam. Arab Saudi adalah negara monarki. Kekuasaan hanya boleh digantikan oleh para putra atau keluarga kerajaan.


Maka dari itu, tidak aneh jika melihat sikap Arab Saudi saat ini terkait dengan kebijakan Amerika Serikat dan penjajahan Israel di Tanah Palestina yang cenderung lunak dan halus terhadap isu-isu Palestina dapat dilacak dari sejarah yang panjang. Apalagi kedaulatan dan kemerdekaan Arab Saudi merupakan "hadiah" dari Inggris.




Referensi:

Buku : Dinasti Bush Dinasti Saud (2004).
By Craig Unger
(mantan deputi director New York Observer).

Buku: Library of Middle East History , Volume 10, 2006:15.
By Weldon Matthews.

Buku: The Saudi Enigma: A History, 2005:81.
By Pascal Menoret

Buku: A Companion to International History, 2008:134.
By Gordon Martel

Buku: Timur Tengah di Tengah Kancah Dunia.(1992)
By George Lenczowski
(diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia).

Artikel “Lawrence of Arabia was a Zionist” dimuat Jerusalem Post edisi 22 Februari 2007.
Penulis: Martin Gilbert 

Bencana Alam, Maksiat dan Azab Ala Media Islam Haus Sensasi

Terima kasih dan selamat kepada media islam yang konsisten menulis hal-hal yang bersifat simpatik selama kurun waktu bencana alam dan musibah yang terjadi di Indonesia setahun 2018 ini. Islami.co adalah media Islam yang paling konsisten.

Sedikit media Islam yang memegang teguh perspektif jurnalisme bencana dan simpatik kepada korban yang tengah berduka. Media Islam, sejak zaman cetak dalam bentuk buletin dan majalah hingga kini bertransformasi dalam bentuk digital, kerapkali membingkai peristiwa bencana alam sebagai azab atau pembalasan atas orang-orang yang gemar maksiat.

Gempa Lombok dengan jumlah 555 korban meninggal, disebut sebagai balasan pulau pusat hiburan. Gempa dan tsunami Palu yang mengakibatkan lebih dari 2000 orang korban meninggal, diisukan sebagai azab tempat yang digunakan untuk pesta LGBT. Tsunami Anyer, yang menutup duka 2018 dengan hampir 500 orang korban meninggal, disebut azab tempat maksiat.


Setelah bencana, biasanya beredar foto sebuah masjid yang selamat dari sapuan gelombang lautan atau getaran bumi yang mahadahsyat. Sebagian orang Islam kemudian percaya bahwa Tuhan terbukti melindungi rumah ibadah mereka. Kali lain, bangunan yang utuh pada peristiwa gempa Palu-Donggala adalah sebuah gereja. Ternyata sama saja, pesan instan yang beredar lewat grup-grup percakapan pada gawai adalah kepercayaan orang Kristen, bahwa Tuhan ternyata melindungi rumah ibadah pemeluk Kristen. Lalu, Tuhan siapa yang benar-benar menjaga?

Pada tsunami Anyer, video sebuah lokasi Quran Camp yang selamat dari terjangan tsunami diunggah beberapa orang di linimasa Facebook saya, termasuk oleh seseorang dengan gelar doktoral. Orang-orang lalu mengontraskan video tersebut dengan video lain, yakni video pertunjukan band dan video joget dangdut berlokasi di pinggir pantai yang habis tersapu tsunami. Video itu tentu menyebar di grup-grup Whatsapp . Ia dirayakan dengan kebanggaan para pemeluk agama yang merasa selamat karena mereka tengah mengagungkan Tuhan ketika bencana terjadi.


Media yang mengklaim "Media Islam" mem- framing berita bencana dengan cara semacam itu. Selalu ada kalimat khas, "Padahal, beberapa meter dari lokasi Quran Camp semuanya luluh lantak."

Faktanya, lokasi camp itu tidak pas di bibir pantai Tanjung Lesung. Vila berlokasi agak tinggi. Sedangkan rumah-rumah yang hancur pada musibah Tanjung Lesung dan Lampung Selatan adalah rumah-rumah yang nyaris 0 mdpl. Gelombang tsunami Banten dan Lampung ini berketinggian antara 2 - 5 meter.

Lagipula, tentu saja ada banyak masjid-masjid di bibir pantai yang toh tak selamat juga. Yang lebih penting dari semua klenik itu adalah fakta hampir ratusan orang meninggal dunia, ribuan orang luka-luka, ratusan orang dinyatakan hilang, dan belasan ribu orang masih mengungsi dalam keadaan berduka. Mengglorifikasi kadar keimanan yang merasa lebih sama saja dengan menyetujui bahwa ribuan orang yang tengah berduka tak lebih beriman dari golongan yang selamat.

Kepercayaan bahwa bencana adalah sesuatu yang terkait pembalasan dan sebaliknya bukan sesuatu yang bersifat siklus alam ini tampaknya terkait dengan pola keberagamaan yang lebih luas. Pada awal 2000-an, Majalah Hidayah yang berisi kisah-kisah manusia pendosa kemudian ditampakkan secara langsung keburukannya di dunia, sebagian besar ketika meninggal, laris manis di pasaran. Tayangan berseri yang awalnya muncul sepanjang bulan Ramadan, akhirnya menjadi tayangan harian di televisi.

Yang mengherankan, pada 2018, sinetron serupa dengan judul "azab" dan "zolim" gencar sekali. Indosiar, MNC TV, dan SCTV adalah saluran televisi yang menayangkan genre siaran tersebut pada prime time , bahkan sampai tiga judul dalam sehari sebagai bukti bahwa tayangan ini menguntungkan secara bisnis dan diminati masyarakat.


Sebelum era cerita Hidayah , media Islam juga pernah mempopulerkan pohon yang bersujud menghadap kiblat, juga ikan yang bersisik asma Allah. Media Islam juga pernah mempopulerkan "Dakwah dari Dalam Kubur" untuk meyakinkan pembaca dan pemirsa bahwa siksa kubur itu nyata. Alih-alih mencerdaskan masyarakat, genre-genre ini justru menempatkan Islam sebagai agama yang menakutkan, klenik, bahkan menempatkan Tuhan sebagai entitas yang bersifat karikatural. Lihat saja misalnya, judul tayangan TV Penjual Ayam Tiren Mati di Kandang Ayam dan Keranda Jenazahnya Terbakar Sengatan Listrik.


Tetapi, minat masyarakat tentu saja bisa diarahkan. Media Islam, khususnya, punya tanggung jawab lebih dalam hal ini. Al Quran, adalah kitab pengetahuan yang menyeru manusia untuk memahami fenomena dan mempelajari tanda-tanda. Manusia bertanggung jawab untuk menciptakan rekayasa teknologi modern untuk meminimalisir siklus bumi yang mutlak dan dapat dibaca.

Islam pada abad pertengahan, ketika menginspirasi lahirnya renaisans Eropa, adalah sebuah agama yang memiliki instrumen lengkap sebagai filsafat. Bahasa Arab menjadi bahasa yang paling kuat dalam kebudayaan dunia karena menulis berbagai cabang ilmu pengetahuan. Islam bukan agama yang terdiri dari Pengazab dan Terazab.

Pemeluk Islam meyakini kitab Al Quran selalu sahih pada tiap zaman dan tempat. Hal tersebut dapat benar-benar sahih apabila pemeluk Islam membuat tesis itu menjadi sahih. Pada setiap zaman dan tempat, muslimin dan muslimat seharusnya dapat menempatkan Islam sebagai filsafat hidup yang dekat dengan alam dan kehidupan. Interpretasi pada ayat-ayat Al Quran dapat diturunkan sampai level praktik, bahkan aplikatif dan produktif siap pakai dalam bentuknya sebagai produk-produk teori dan produk-produk teknologi. Dengan begitu, Islam hidup dan relevan.

Jurnalisme Islam, seperti produk jurnalistik secara umum memiliki tujuan yang sama, yakni memenuhi hak-hak masyarakat yang seringkali dikaburkan oleh berbagai macam kepentingan. Dalam tradisi jurnalistik Islami yang mengambil prinsip dari syariat, pemenuhan hak-hak masyarakat ini berorientasi kepada bahasa yang dikenali oleh Al Quran, yakni keadilan. Tugas mulia menciptakan keadilan ini tak akan selesai dengan kredo jurnalisme penghakiman moral atau "dukunisme" syariah yang digemari pasar. Media Islam harus kembali pada marwah yang mulia sebagai pengabar kebenaran.

Ada banyak topik yang bisa dipilih untuk ditulis oleh media Islam, seperti kenapa seismograf lagi-lagi mati? Kenapa BMKG terkesan sering salah prediksi? Bagaimana mitigasi, kesiapan, tanggapan dan penormalan kembali pascabencana?

Media Islam tidak selayaknya selalu bernuansa "cocoklogi". Mengambil sebuah kebetulan, mengglorifikasi secara acak, mencocokkan sebuah ayat, lalu dirayakan secara politis. Islam boleh ditulis bersama dengan fakta dan mengambil tanggung jawab terhadap fenomena.


Oleh:

Kalis Mardiasih


Periset dan tim media kreatif Jaringan Nasional Gusdurian dalam menyampaikan pesan-pesan toleransi dan kampanye #IndonesiaRumahBersama. Dapat disapa lewat @mardiasih

Kolom Penulis - Detik News
Jumat 28 Desember 2018 
14:26 WIB

Jumat, 28 Desember 2018

Yang Terjadi pada Tubuh Manusia saat Pesawat Jatuh


Dilansir dari laman Live Science, gaya gravitasi atau G-force merupakan istilah yang dipakai untuk mendeskripsikan percepatan atau akselerasi sebuah objek terkait gravitasi bumi. Lebih lanjut, G-force adalah gaya gravitasi yang mengenai benda atau orang sebagai efek dari percepatan atau akselerasi.

Ketika seseorang berdiri atau duduk di atas kursi maka gaya gravitasi yang bekerja adalah 1G. Angka ini merupakan jumlah standar yang bisa diadaptasi dengan normal oleh manusia. Ketika besaran gaya gravitasi meningkat atau menurun dengan cepat maka tubuh juga akan terpengaruh.


Federal Aviation Administration lewat brosur yang dipublikasikan di Internet (PDF) menjelaskan bahwa ada tiga tipe akselerasi yang terjadi saat pesawat sedang terbang, yakni linear, radial, dan angular.


Akselerasi Linear menunjukkan perubahan kecepatan dalam garis lurus. Akselerasi ini terjadi ketika pesawat lepas landas, mendarat, atau ketika pengaturan throttle diubah ketika terbang.

Akselerasi Radial muncul karena perubahan arah akibat aksi pilot yang membelok tajam dan menukik ke atas atau bawah.

Sedangkan Akselerasi Angular terjadi akibat pergantian kecepatan dan arah saat pesawat berputar atau belok menanjak.


Kombinasi percepatan di atas, menurut Federal Aviation Administration, menghasilkan jenis gaya gravitasi Gx, Gy , dan Gz. Gx merupakan gaya yang terjadi pada dada hingga punggung saat lepas landas atau mendarat sedangkan Gy dirasakan pada bahu ketika pesawat melakukan putaran kemudi guling (aileron). Lebih lanjut, Gz memberikan efek pada bagian vertikal badan—pengaruh gaya gravitasi ini paling berbahaya bagi tubuh.


Efek gaya gravitasi yang terjadi bisa berupa Tunnel vision, Gray Out, Black Out, dan G-Induced Loss of Consciousness (GLOC). Hal ini muncul saat terjadi gaya Gz positif di mana aliran darah meninggalkan otak dan justru menuju ke kaki ketika pesawat menukik ke atas.


Tunnel vision ditandai dengan hilangnya pandangan periferi seseorang, sehingga pemandangan di sisi kanan dan kiri mata kabur.

Sementara itu, Gray Out dan Black Out adalah kondisi di mana penglihatan berubah menjadi abu-abu atau gelap sama sekali karena menurunnya aliran darah ke otak.


Induced Loss of Consciousness (GLOC) adalah kehilangan kesadaran yang diakibatkan oleh kurangnya asupan aliran darah ke otak sehingga asupan oksigen menipis. Apabila gaya gravitasi terus terjadi saat seseorang mengalami GLOC, maka nyawa orang itu bisa tak tertolong.


Gz positif, gaya gravitasi Gz negatif juga menimbulkan efek seperti Red Out dan pingsan. Sebab, G-force jenis ini memicu aliran darah dari kaki menuju ke otak.

Menurut Encyclopædia Britannica, Red Out adalah keadaan di mana penglihatan berubah menjadi merah atau hilang sama sekali akibat pembengkakan pembuluh darah. Orang bisa kehilangan kesadaran sebab mengalami kebingungan mental akibat akselerasi kecepatan yang tinggi.

Federasi Aviation Administration mengatakan bahwa gaya gravitasi Gz negatif biasa terjadi saat pesawat menukik ke bawah.


Berdasarkan studi yang dilakukan Profesor Aeronautika Massachusetts Institute of Technology John Hansman, penumpang atau kru yang duduk di bangku depan, tengah, dan belakang mengalami gaya gravitasi berbeda saat pesawat jatuh dan mengalami kecelakaan.

Gaya gravitasi yang terjadi di bagian depan pesawat mencapai 12 G dan 8 G di bagian tengah. Sebaliknya, G-force pesawat bagian belakang lebih kecil daripada yang lain, yakni 6 G. Tapi, karena manusia hanya bisa beradaptasi dengan G-force sebesar 1 G maka gaya gravitasi yang terjadi lebih besar dari itu bisa memunculkan masalah-masalah fisiologis seperti di atas.


Laman Plane Crash Info menganalisis 1.104 kecelakaan fatal dari tahun 1960 hingga 2015 menyimpulkan kesalahan pilot sebagai faktor penyebab kecelakaan pesawat paling besar, yakni sekitar 59 persen. Faktor kedua adalah masalah teknis berupa kerusakan mesin sebanyak 17 persen, faktor cuaca 17 persen.

Tiga besar faktor kecelakaan masih sama seperti laman Plane Crash Info: pilot, mesin, dan cuaca. Kegagalan peralatan & sistem komputerisasi memiliki andil sebanyak 23 persen. Sisanya adalah faktor cuaca 10 persen, terorisme 4 persen, tubrukan dengan benda lain di udara 2 persen, kontrol lalu lintas udara 1 persen, kesalahan awak pesawat ground /kabin 1 persen, dan lain-lain 19 persen.

Masih dari laman Plane Crash Info, peluang kecelakaan pesawat saat melakukan persiapan terbang, 12 persen, sama besar risikonya saat lepas landas ( take off ) 12 persen. Ketika pesawat mulai tahap awal naik ke udara, risikonya menjadi 8 persen, sementara tahap naik untuk terbang stabil memiliki risiko 10 persen.

Ketika pesawat berada di ketinggian tetap, risiko kecelakaan berada di angka 8 persen. Lalu saat ia memulai turun, risikonya jadi 4 persen, tahap penurunan kedua memiliki risiko 10 persen, dan tahap penurunan akhir risikonya 11 persen. Sementara pendaratan memiliki risiko paling besar sebanyak 25 persen.

Cara Bertahan Hidup Saat Kecelakaan Pesawat Terbang

Dilansir dari laman Thelegraph, ada beberapa cara yang dapat diterapkan untuk semaksimal mungkin bertahan hidup saat terjadi kecelakaan penerbangan, diantaranya adalah:

Pertama, dengarkan baik-baik petunjuk keselamatan yang diperagakan awak pesawat dan ingat untuk membaca kartu keselamatan.


Poin ini seringkali dianggap remeh oleh penumpang padahal sangat membantu dalam upaya penyelamatan.


Anda harus mengingat pintu keluar terdekat, termasuk jarak dari baris tempat duduk ke pintu keluar.


Kemampuan mengingat ini diperlukan karena Anda dapat terjebak dalam keadaan gelap atau asap tebal di dalam pesawat. Info penyelamatan ketika terjadi kecelakaan udara penting diketahui sebagai dasar bertahan hidup.

Kedua, beberapa penelitian secara implisit juga mendorong penumpang memilih kursi deretan belakang supaya lebih aman.

“Mereka yang duduk enam baris dari pintu keluar, lebih kecil kemungkinannya untuk bertahan hidup,” 
ungkap hasil studi Universitas Greenwich


Ketiga, tempatkan tubuh serendah mungkin (posisi brace) untuk mengurangi efek benturan dan risiko terhirup asap. Posisikan kaki di belakang lutut, letakkan tas tangan di bawah kursi depan, dan pergunakan sebagai pelindung tambahan kepala.


Singkirkan benda-benda berbahaya di sekitar seperti pensil, pulpen, atau gigi palsu. Pertahankan posisi ini sampai pesawat berhenti.

Keempat, kenakan sabuk pengaman dengan benar dan pelajari cara melepasnya di saat yang tepat. Pada saat panik, orang cenderung bingung melepas sabuk pengaman.


Kelima, jika terjebak dalam kondisi  kabin yang berasap, sebisa mungkin cari penutup hidung, basahi dulu dengan air.


Asap dapat menyebabkan kesadaran hilang, sehingga perlu mengurangi kadar hirupan asap menggunakan kain basah. Lalu ingatlah untuk meninggalkan barang karena benda-benda tersebut akan membatasi gerak untuk menyelamatkan diri dan proses evakuasi.

Terakhir, meski sulit, usahakan tetap tenang, mendengarkan, dan mengikuti instruksi awak pesawat pesawat. Pemerhati penerbangan, Saman Phartaonan, mengatakan pilot dilatih untuk mengatasi prosedur darurat. Mereka akan memberikan informasi keputusan kepada Air Traffic Services (pelayanan lalu lintas udara) yang sedang berjalan.

Ketika kondisi sudah genting mereka dapat menggunakan Frequency Emergency 121.50. Semua lalu lintas pesawat dapat mendengarkan informasi yang disampaikan pilot.


Namun apabila awak pesawat ikut panik atau tertegun saat harus memandu, maka penumpang diperbolehkan membuat keputusan penyelamatan mandiri.


Momentum (priode) emas untuk menyelamatkan diri hanya berlangsung sekitar dua menit Anda harus segera keluar dengan cepat.


Referensi:

Yang Terjadi Pada Tubuh Saat Pesawat Jatuh - Tirto.id 

Bagaimana Cara Bertahan Hidup dalam Kecelakaan Pesawat Terbang?