Laman

Rabu, 16 Januari 2019

Penyebab Kiamat Menurut Sains dan Ilmuan

Suatu hari nanti, manusia mungkin akan bisa menanggulangi dampak pertambahan penduduk, seperti kelaparan, perang dan wabah penyakit; tapi satu hal yang pasti, bumi akhirnya akan musnah dengan segala isinya.

Kiamat (ilustrasi) 
Prediksi itu begitu banyak dan bermacam-macam, dengan narasi yang terkadang jatuh dalam kategori 'di luar nalar' dan fiksi-ilmiah. Tapi, tak dipungkiri, beberapa di antara skenario itu berpotensi terjadi, masuk akal, serta selaras dengan kaidah ilmiah.

Berikut beberap penyebab Kiamat menurut Sains dan riset para ilmuwan:

1. Pemanasan Global
Selama satu abad terakhir ini permukaan laut telah naik hingga 17 sentimeter. Ketebalan es di antartika yang terus menipis sepanjang beberapa dekade ini. Data ini menunjukkan bahayanya konsekuensi yang ditimbulkan fenomena pemanasan global ini.

Es di kutub utara mencair 
Tidak sedikit ilmuwan yang meramalkan bahwa kiamat dapat terjadi karena pemanasan global. Dengan tingkat polusi dan suhu global yang semakin meninggi, dalam jangka panjang dapat memicu kerusakan ekosistem, kekeringan, bahkan kelaparan. Akhirnya tidak mustahil apabila dunia bisa menjadi tidak layak ditempati manusia lagi.

2. Meledaknya Matahari dan ukurannya menyusut hingga redup, akhirnya hilang
Para ahli mengatakan, dengan memperhitungkan komposisi saat ini serta tingkat evolusinya, diperkirakan matahari akan mati atau habis terbakar dalam serentetan ledakan gas helium yang akan menghancurkan kira-kira 40 persen bobotnya.

"Bumi masih punya waktu kira-kira 6,5 miliar tahun lagi"

Earth and Sun 
Sebelum nantinya, kehidupan di planet ini tidak bisa lagi dipertahankan. Sebab pada waktu itu, matahari akan mulai membengkak sampai akhirnya menjadi benda angkasa yang besarnya 200 kali dari sekarang.

Nantinya, matahari akan memancarkan panas yang sangat tinggi. Suhu yang tinggi itu akan menguapkan semua air di laut, sungai, dan danau. Akibatnya, suhu tinggi tersebut membunuh segala bentuk kehidupan di bumi.

Sistem tata surya kita yang sekarang, menurut para ahli, dengan satu matahari dan sembilan planet yang beredar di sekelilingnya, termasuk bumi, tercipta kira-kira 4,5 miliar tahun yang lalu.

Hasil penelitian terhadap sistem tatasurya lain menunjukkan biasanya matahari atau bintang memiliki usia 12 miliar tahun. Itu artinya, matahari yang kita lihat tiap hari sudah hampir mencapai separuh masa hidupnya.

Laporan Astrophysical Journal mengatakan, setelah matahari mencapai umur 11 miliar tahun, benda angkasa itu akan memasuki fase perkembangan berikutnya. Dalam fase selanjutnya itu, matahari digambarkan sebagai bintang raksasa yang berwarna merah.

Bintang raksasa itu terbentuk karena gas helium yang terdapat di bagian intinya meledak. Itu membuat matahari menggelembung 200 kali lebih besar dari ukurannya yang sekarang dan cahayanya-pun 2.000 kali lebih terang.

Kemudian, untuk masa 150 juta tahun berikutnya, suhu matahari akan turun lagi. Ini dikarenakan helium yang terdapat di bagian intinya sudah habis.

3. Meteor
Populasi dinosaurus dan hewan purba lainnya punah jutaan tahun yang lalu, salah satunya disebabkan oleh serangan meteor. Bencana semacam ini bisa saja terjadi kembali dan menimpa manusia. Dicontohkan melalui peristiwa jatuhnya meteor di sebuah wilayah di Rusia pada 1908 silam yang berhasil menghancurkan hutan seluas 2.000 km persegi dan juga ditambah dengan kenyataan banyaknya jumlah asteroid di ruang angkasa namun hanya sebagian yang posisinya dapat dilacak oleh para ahli astronomi.

Meteor Hit The Earth 
Maka, dapat diprediksi peristiwa semacam ini dapat terjadi lagi sewaktu-waktu.

4. Wabah Penyakit, Virus dan Bakteri
Penyakit yang terkesan tidak berbahaya seperti influenza saja ternyata pernah menjadi penyebab wabah mematikan yang menewaskan lebih dari 20 juta nyawa pada masa Perang Dunia pertama dulu. Meski perkembangan ilmu medis sudah jauh lebih canggih ketimbang di masa lalu, namun tidak menutup kemungkinan kasus yang sama dapat terjadi kembali dan bahkan bisa mengancam seluruh manusia seperti yang diramalkan oleh ilmuwan.

Wabah Penyakit karena Virus dan Bakteri 
Bisa dilihat dari beberapa kasus yang terjadi selama beberapa dekade ini seperti wabah SARS, MERS, bahkan Ebola membuktikan ancaman bahaya yang dihasilkan sebuah penyakit. Terlebih lagi dengan perkembangan globalisasi yang memudahkan seseorang bertransportasi menjadikan penyebaran sebuah penyakit dapat berlangsung lebih cepat.

Tidak cuma bakteri atau virus yang bisa memicu wabah mematikan, jamur juga memiliki bahayanya sendiri. Beberapa spesies jamur disinyalir bisa memiliki dampak mematikan hingga turut memicu kepunahan. Sekitar 250 juta tahun yang lalu pernah terjadi kepunahan massal yang menimpa berbagai spesies hewan dan tumbuhan. Peristiwa ini diduga disebabkan oleh jamur berbahaya yang menyebar luas di zaman tersebut.

Jamur Beracun 
Maka dari itu, tidak menutup kemungkinan apabila suatu saat terjadi wabah jamur berbahaya yang menimpa manusia.

5. Nuklir dan Senjata Biologi
Meledaknya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki di tahun 1945 membuktikan bahaya dari dampak penggunaan salah satu senjata pemusnah massal ini. Perjanjian internasional memang sudah dibuat untuk membatasi penyebaran dan penggunaan senjata nuklir, namun tidak dapat menjamin kalau perang nuklir tidak akan terjadi.

Senjata Kimia (ilustrasi) 
Sudah ada 16.300 senjata nuklir yang dimiliki oleh sembilan negara di dunia. Dapat dibayangkan apabila sewaktu-waktu timbul perang yang mengharuskan kesembilan negara tersebut menggunakan senjata nuklirnya, tentunya dampaknya akan sangat berbahaya.

Selain perang nuklir, penggunaan senjata biologis dalam peperangan juga dianggap berpotensi membahayakan bagi umat manusia. Senjata biologis tak lain adalah senjata yang dibuat dengan memanfaatkan patogen seperti bakteri atau virus yang telah dimodifikasi dengan tujuan untuk melumpuhkan lawan. Penyebaran senjata ini yang bisa dilakukan melalui udara menjadikan penggunaan senjata ini sangat mematikan dan apabila dimanfaatkan dalam skala yang besar, bisa mengancam banyak nyawa.

6. Erupsi Vulkanik Gunung Berapi
Tragedi erupsi gunung Krakatau di Indonesia pada tahun 1883 menjadi salah satu bencana erupsi paling mematikan sepanjang sejarah dan menghabiskan 40.000 nyawa.

Volcano Eruption (ThinkStock Foto) 
Bencana erupsi vulkanik masih dianggap sebagai ancaman yang tidak bisa diremehkan, apalagi mengingat masih ada gunung-gunung vulkanik dengan tingkat erupsi ‘super’ yang masih aktif sampai saat ini.

7. Gempa Bumi dan Tsunami
Badan Geologi Amerika Serikat (USGS) memprediksi jutaan kali gempa terjadi di seluruh dunia setiap tahunnya. Banyak di antaranya yang tak terdeteksi oleh badan-badan meteorologi dan geofisika yang tersebar di muka Bumi.

Gempa bumi terjadi karena ada pelepasan energi dari tekanan pergerakan lempeng bumi. Ketika terjadi pergerakan lempeng, timbul getaran yang disebut gelombang seismik.

Lapisan bumi mengandung 20 padatan, yaitu lapisan Litosfir (kedalaman sekira 100 km), lapisan kerak dan selubung (ketebalan 500 hingga 1 . 000 km), dan 80 persen sisanya adalah air dan magma yang panas.

Lapisan padat atau lapisan teratas Bumi bagaikan lempengan tipis yang terapung di atas lapisan magma. Sehingga lempeng ini akan selalu bergerak dan mengalami berbagai tekanan menghasilkan tabrakan, patahan, getaran maupun guncangan. Walaupun patahan hanya beberapa sentimeter saja, akan dapat menghasilkan getaran di permukaan Bumi. Gempa bumi akan terasa kuat guncangannya apabila sumber gempa dekat dengan permukaan.

Gelombang Tsunami terjadi karena adanya perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara tiba-tiba.
Perubahan permukaan laut ini bisa disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau bisa jadi karena adanya hantaman meteor di laut.

Tsunami dapat merambat ke segala arah. Selain itu, tenaga yang terkandung dalam tsunami sangat kuat dan cepat. Bahkan di laut dalam, tsunami dapat merambat dengan kecepatan 500-1.000 km per jam, sama dengan kecepatan pesawat terbang.


Gempa Bumi Chile, tahun 1960, dengan magnitudo 9,5 skala richter dengan durasi gempa 10 menit menjadi salah satu gempa terkuat di negara tersebut dalam 1 abad terakhir. Jumlah korban mencapai 5.700 orang. Gempa ini menimbulkan tsunami dan menewaskan 130 orang di Jepang dan 61 orang di Hawaii.

Sedangkan salah satu bencana gelombang tsunami yang mematikan terjadi di Aceh & Sumatera Utara pada 26 Desember 2004. Diawali dengan gempa bumi berbekuatan 9,1 richter. Episentrum (pusat) gempa terletak di  Samudra Hindia, 160 km (100 mi) di sebelah utara pulau Simeulue , lepas pantai barat Sumatera Utara.

Epicentrum Gempa Aceh 2004 
Satelit radar mencatat ketinggian gelombang tsunami tersebut mencapai 30 meter (100 ft), dengan kecepatan 2,8 kilometer per detik (1,7 mil per detik) (10000 km/h or 6200 mph) dari pesisir Aceh.

Peristiwa gempa bumi ini termasuk salah satu bencana alam terparah dalam sejarah kehidupan manusia.
Menurut US Geological Survey (USGS), gempa Aceh melepaskan energi setara dengan 23.000 bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima, Jepang.

Radius Bom Hiroshima 
Gempa 9,1 richter tersebut menyebabkan gelombang tsunami hingga Somalia, Afrika Timur. Gelombang tsunami tersebut menyapu beberapa negara di sekitar Samudera Hindia menewaskan lebih dari 170.000 orang Indonesia yang sebagian besar tinggal di provinsi Aceh. 

Korban Tewas Gempa dan Tsunami Aceh Tahun 2004
Peristiwa ini juga menewaskan sekitar 50.000 orang di negara lain, sehingga total korban jiwa ada sekitar 220.000 orang. Indonesia adalah negara yang dampaknya paling parah selain Sri Lanka, India, dan Thailand.


Referensi:

7 Skenario Kiamat Manusia yang Masuk Akal Secara Ilmiah
Liputan6.com

9 Kemungkinan yang Menyebabkan Kiamat Menurut Para Ilmuwan
IDN TIMES

Tsunami Paling Mematikan di Dunia, Berikut 5 Daftarnya Termasuk di Indonesia
TRIBUNnews.com

Kiamat Pasti Terjadi, Tapi Ilmuwan Sebut Masih 6,5 Miliar Tahun Lagi
KOMPAS.com

Inilah 11 Gempa Terbesar dan Paling Mematikan dalam 100 Tahun Terakhir
KOMPAS.com

Gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004
Wikipedia Bahasa Indonesia