Kata "Langit" selalu muncul di dalam kitab-kitab suci. Yang menjadi
masalah apa arti kata langit dalam lintasan sejarah kitab suci? Apa
hikmah di balik pengungkapan langit berkali-kali bagi manusia dan apa
makna kata tujuh langit di dalam kitab suci?
Pemaknaan angka tujuh di dalam berbagai kitab tafsir berbeda satu sama lain. Ada yang mengartikan kata tujuh sebagai simbol jumlah yang tak terbatas, artinya bukan tiga sebagai standard simbol jamak di dalam hitungan Arab.
Untuk Yunani dan Romawi kuno, angka tujuh dimaknai sebagai lambang kemajmukan. Angka tujuh langit merujuk kepada ketiadaan batas atau jumlah lapis langit.
Pengertian langit itu sendiri oleh para ulama terjadi perbedaan pendapat. Umumnya ulama di masa-masa awal Islam mengesankan langit sebagai bolaraksasa yang melingkupi bintang-bintang dan planet yang seolah menempel pada dindingnya. Ada juga ulama yang mengesankan langit sepertiatap raksasa yang berada di atas bumi. Yang lainnya mereka menghubungkan dengan makna-makna mistis angka tujuh di dalam kajian makrokosmos.
Prof. Achmad Baiquni mengartikan langit sebagai ruang alam atau ruang waktu di semesta tempat planet, bintang, dan benda-benda langit lainnya bergerak. Namun Prof Baiquni juga tidak memberikan komentar terperinci tentang makna tujuh langit. Iahanya menyinggung sedikit bahwa tujuh langit yang disinggung di dalam Al-Quran ialah tujuh ruang alam. Ketujuh ruang alam ini boleh jadi tidak saling berhubungan satu dengan lainnya.
Para ilmuan belum bisa memastikan di mana letak tujuh langit itu, apakah tujuh langit dalam arti ruang alam atau tujuh bumi dalam arti ruang materi, hingga saat ini masih merupakan misteri, yang mungkin pada saatnya akan tersingkap juga.
Sampai hari ini, belum ada satu pun yang memberikan penjelasan kongkrit dan didukung oleh dalil-dalil lain tentang maknasaba samawatdalam ayat di atas.Termasuk Tafsir Sains (Tafsir al-Ayat al-Kauniyyah fi al-Quran al-Karim) karya Dr. Zaglul al-Najjar, juga tidak membahas kata tujuh langit ini.
Dalam kitab Tafsir al-Kabir, karya Imam Fakhr al-Razy, yang biasanya rajin dan secara konsisten mengemukakan makna tersirat sejumlah konsep yang tidak terurai jelas di dala kitab-kitab Tafsir.
Berbagai sumber berusaha memahami kata tujuh langit dengan menghubungkan tujuh lapisan (layers) yaitu:
1) Troposfer, lapisan yang paling dekat dengan bumi.
2) Stratosfer, lapisan di atas tropospher.
3)Ozonosfer,lapisan yang berfungsi untuk mengembalikan sinar ultraviolet dan bahaya radiasi lainnya.
4) Mesosfer, lapisan di atas Ozonospher.
5) Termosfer, lapisan di atas Mesosfer.
6) Ionosfer, lapisan di atas termosfer.
7) Eksosfer, bagian terluar dari atmosfer yang membentang sekitar 480 sampai 960 Km.
Pemaknaan angka tujuh di dalam berbagai kitab tafsir berbeda satu sama lain. Ada yang mengartikan kata tujuh sebagai simbol jumlah yang tak terbatas, artinya bukan tiga sebagai standard simbol jamak di dalam hitungan Arab.
Untuk Yunani dan Romawi kuno, angka tujuh dimaknai sebagai lambang kemajmukan. Angka tujuh langit merujuk kepada ketiadaan batas atau jumlah lapis langit.
Pengertian langit itu sendiri oleh para ulama terjadi perbedaan pendapat. Umumnya ulama di masa-masa awal Islam mengesankan langit sebagai bolaraksasa yang melingkupi bintang-bintang dan planet yang seolah menempel pada dindingnya. Ada juga ulama yang mengesankan langit sepertiatap raksasa yang berada di atas bumi. Yang lainnya mereka menghubungkan dengan makna-makna mistis angka tujuh di dalam kajian makrokosmos.
Prof. Achmad Baiquni mengartikan langit sebagai ruang alam atau ruang waktu di semesta tempat planet, bintang, dan benda-benda langit lainnya bergerak. Namun Prof Baiquni juga tidak memberikan komentar terperinci tentang makna tujuh langit. Iahanya menyinggung sedikit bahwa tujuh langit yang disinggung di dalam Al-Quran ialah tujuh ruang alam. Ketujuh ruang alam ini boleh jadi tidak saling berhubungan satu dengan lainnya.
Para ilmuan belum bisa memastikan di mana letak tujuh langit itu, apakah tujuh langit dalam arti ruang alam atau tujuh bumi dalam arti ruang materi, hingga saat ini masih merupakan misteri, yang mungkin pada saatnya akan tersingkap juga.
Sampai hari ini, belum ada satu pun yang memberikan penjelasan kongkrit dan didukung oleh dalil-dalil lain tentang maknasaba samawatdalam ayat di atas.Termasuk Tafsir Sains (Tafsir al-Ayat al-Kauniyyah fi al-Quran al-Karim) karya Dr. Zaglul al-Najjar, juga tidak membahas kata tujuh langit ini.
Dalam kitab Tafsir al-Kabir, karya Imam Fakhr al-Razy, yang biasanya rajin dan secara konsisten mengemukakan makna tersirat sejumlah konsep yang tidak terurai jelas di dala kitab-kitab Tafsir.
Berbagai sumber berusaha memahami kata tujuh langit dengan menghubungkan tujuh lapisan (layers) yaitu:
1) Troposfer, lapisan yang paling dekat dengan bumi.
2) Stratosfer, lapisan di atas tropospher.
3)Ozonosfer,lapisan yang berfungsi untuk mengembalikan sinar ultraviolet dan bahaya radiasi lainnya.
4) Mesosfer, lapisan di atas Ozonospher.
5) Termosfer, lapisan di atas Mesosfer.
6) Ionosfer, lapisan di atas termosfer.
7) Eksosfer, bagian terluar dari atmosfer yang membentang sekitar 480 sampai 960 Km.
Ulama lain menafsirkannya dengan tujuh planet, yaitu: Mars, Mercurius, Venus, Uranus, Neptunus, Saturnus, dan Jupiter.
Para ilmuan masih terus berusaha menyingkap makna lebih aktual konsep tujuh langit di dalam Al-Quran
Sumber: inilah.com
Di dalam Al-Qur'an, kata langit, khususnya "tujuh langit (sab'a samawat) juga disebutkan berulang kali, terkadang digunakan dalam bentuk singular (sama') dan kadang dalam bentuk plural (samawat).
Langit dalam Alquran atau dalam terma bahasa Arab disebut sebagai al-sama’ di mana diambil dari kata jamak: al-samawat.
Kata langit di dalam Alquran diulang sebanyak 310 kali dimana kata "langit" tersebar ke beberapa surat yang mana perinciannya dalam bentuk mufrod (al-sama’) sebanyak 120 kali, serta bentuk jamak dengan kata al-samawat diulang sebanyak 190 kali.
Kata "langit" secara umum memiliki makna sesuatu yang terbentang dan terlihatdi atas bumi. Louis Ma’luf dalam karyanya, Al-munjid memberikan definisi al-asma’ dengan pengertian: “Langit merupakan sesuatu yang dapat kita lihat berada di atas bumi layaknya atap dengan warna biru yang melingkupi bumi beserta isinya dari angkasa.
Sama halnya dengan pengertian yang dirumuskan Abdurrazaq Nouval di mana ia menulis definisi langit sebagai berikut: “Pengertianlangit menurut kaidah bahasa adalah sesuatu yang berada di atas kita yang kemudian melindungi kita. Oleh karena itu, definisi langit dalam khasanah alam layaknya atap rumah. Sementara itu, pengertian langit menurut khasanah ilmu pengetahuan merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar benda-benda, terdiri dari jutaan bintang dan kumpulan tata surya. Dengan begitu, definisi langit merupaan segala sesuatu yang meliputi bumi."Pemaknaan terhadap definisi atau pengertian langit sudah banyak dikemukakan para ilmuwan, terutama ahli astronomi. Dalam studi Islam, langit menjadi bagian dari studi Islam tentang penciptaan alam semesta di mana kata langit disebutkan dalam Alquran sebanyak 310 kali.
Sumber: Islam Cendikia.com
Isra' Mi'raj
Di dalam beberapa hadits sahih disebutkan
bahwa Nabi Muhammad SAW melakukan isra' dan mi'raj dengan menggunakan
"buraq". Di dalam hadits hanya disebutkan bahwa buraq adalah 'binatang'
berwarna putih yang langkahnyasejauh pandangan mata. Ini menunjukkan
bahwa "kendaraan" yang membawa Nabi SAW dan Malaikat Jibril mempunyai
kecepatan tinggi.Apakah buraq sesungguhnya?
Tidak ada penjelasan yang
lebih rinci. Cerita israiliyat yang menyatakan bahwa buraq itu seperti
kuda bersayap berwajah wanita sama sekali tidak ada dasarnya. Sayangnya,
gambaran ini sampai sekarang masih diikuti oleh sebagian masyarakat,
teruatama di desa-desa.Dengan buraq itu Nabi melakukan isra' dari Masjidil
Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsha (Baitul Maqdis) di Palestina.
Setelah melakukan salat dua rakaat dan meminum susu yang ditawarkan
Malaikat Jibril Nabi melanjutkan perjalanan mi'raj ke Sidratul
Muntaha.Nabi SAW dalam perjalanan mi'raj mula-mula memasuki langit
dunia. Di sana dijumpainya Nabi Adam yang dikanannya berjejer para ruh
ahli surga dan di kirinya para ruh ahli neraka. Perjalanan diteruskanke
langit ke dua sampai ke tujuh. Di langit ke dua dijumpainya Nabi Isa dan
Nabi Yahya. Di langit ke tiga ada Nabi Yusuf. Nabi Idris dijumpai di
langit ke empat. Lalu Nabi SAW bertemu dengan Nabi Harun di langit ke
lima, Nabi Musa di langit ke enam, dan Nabi Ibrahim di langit ke tujuh.
Di langit ke tujuh dilihatnya baitul Ma'mur, tempat 70.000 malaikat
salat tiap harinya, setiap malaikat hanya sekali memasukinya dan tak akan
pernah masuk lagi.
Perjalanan dilanjutkan ke Sidratul Muntaha. Dari
Sidratul Muntaha didengarnya kalam-kalam ('pena'). Dari sidratul muntaha
dilihatnya pula empat sungai, dua sungai non-fisik (bathin) di surga,
dua sungai fisik (dhahir) di dunia: sungai Efrat di Iraq dan sungai Nil
di Mesir.Jibril juga mengajak Nabi melihat surga yang indah. Inilah yang
dijelaskan pula dalam Al-Qur'an surat An-Najm. Di Sidratul Muntaha itu
pula Nabi melihat wujud Jibril yang sebenarnya. Puncak dari perjalanan
itu adalah diterimanya perintah salat wajib.
Mulanya diwajibkan salat
lima puluh kali sehari-semalam. Atas saran Nabi Musa, Nabi SAW meminta
keringan dan diberinyapengurangan sepuluh-sepuluh setiap meminta.
Akhirnya diwajibkan lima kali sehari semalam.
Nabi enggan meminta
keringanan lagi, "Saya telah meminta keringan kepada Tuhanku, kini saya
rela dan menyerah." Maka Allah berfirman,"Itulah fardlu-Ku dan Aku telah
meringankannya atas hamba-Ku."Di manakah Tujuh LangitKonsep tujuh lapis
langit sering disalahartikan. Tidak jarang orang membayangkan langit
berlapis-lapis dan berjumlah tujuh.
Kisah isra' mi'raj dan sebutan
"sab'ah samawat" (tujuh langit) di dalam Al-Qur'an sering dijadikan
alasan untuk mendukung pendapat adanya tujuh lapis langit itu.Ada tiga
hal yang perlu dikaji dalam masalah ini. Dari segi sejarah, segi
makna"tujuh langit", dan hakikat langit dalam kisah Isra' mi'raj.Sejarah
Tujuh LangitDari segi sejarah, orang-orang dahulu -jauh sebelum Al
Qur'an diturunkan-- memang berpendapat adanya tujuh lapis langit.
Ini
berkaitan dengan pengetahuan mereka bahwa ada tujuh benda langit utama
yang jaraknya berbeda-beda. Kesimpulan ini berdasarkan pengamatan mereka
atas gerakan benda-benda langit. Benda-benda langit yang lebih cepat
geraknya di langit dianggap lebih dekat jaraknya. Lalu ada gambaran
seolah-olah benda-benda langit itu berada pada lapisan langit yang
berbeda-beda.Di langit pertama ada bulan, benda langit yang bergerak
tercepat sehingga disimpulkan sebagai yang paling dekat. Langit ke dua
ditempati Merkurius (bintangUtarid). Venus (bintang kejora) berada di
langit ke tiga. Sedangkan matahari ada di langit ke empat. Di langit ke
lima ada Mars (bintang Marikh). Di langit ke enam ada Jupiter (bintang
Musytari). Langit ke tujuh ditempati Saturnus (bintang Siarah/Zuhal).Itu
keyakinan lama yang menganggap bumi sebagai pusat alam
semesta.
Orang-orang dahulu juga percaya bahwa ke tujuh benda-benda
langit itu mempengaruhi kehidupan di bumi. Pengaruhnya bergantian dari
jam ke jam dengan urutan mulai dari yang terjauh, Saturnus, sampai yang
terdekat, bulan. Karena itu hari pertama itu disebut Saturday (hari
Saturnus) dalam bahasa Inggris atau Doyoubi (hari Saturnus/Dosei)dalam
bahasa Jepang. Dalam bahasa Indonesia Saturday adalah Sabtu. Ternyata,
kalau kita menghitung hari mundur sampai tahun 1 Masehi, tanggal 1
Januari tahun 1 memang jatuh pada hari Sabtu.Hari-hari yang lain
dipengaruhi oleh benda-benda langit yang lain. Secara berurutan
hari-hari itu menjadi Hari Matahari (Sunday, Ahad), Hari Bulan (Monday,
Senin), Hari Mars (Selasa), Hari Merkurius (Rabu), Hari Jupiter (Kamis),
danHari Venus (Jum'at).
Itulah asal mula satu pekan menjadi tujuh
hari.Jumlah tujuh hari itu diambil juga oleh orang-orang Arab. Dalam
bahasa Arab nama-nama hari disebut berdasarkan urutan: satu, dua, tiga,
..., sampai tujuh, yakni ahad, itsnaan, tsalatsah, arba'ah, khamsah,
sittah, dan sab'ah. Bahasa Indonesia mengikuti penamaan Arab ini
sehingga menjadi Ahad, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum'at, dan Sabtu.
Hari ke enam disebut secara khusus, Jum'at, karena itulah penamaan yang
diberikan Allah di dalam Al-Qur'an yang menunjukkan adanya kewajiban
salat Jum'at berjamaah.
Penamaan Minggu berasal dari bahasa Portugis
Dominggo yang berarti hari Tuhan. Ini berdasarkan kepercayaan Kristen
bahwa pada hari itu Yesus bangkit.Tetapi orang Islam tidak mempercayai
hal itu, karenanya lebih menyukai pemakaian"Ahad" daripada
"Minggu".Makna Tujuh Langit Langit (samaa' atau samawat) di dalam
Al-Qur'an berarti segala yang ada di atas kita, yang berarti pula
angkasa luar, yang berisi galaksi, bintang, planet, batuan, debu dan gas
yang bertebaran. Dan lapisan-lapisan yang melukiskan tempat kedudukan
benda-benda langit sama sekali tidak ada. Sedangkan warna biru bukanlah
warna langit sesungguhnya.
Warna biru dihasilkan dari hamburan cahaya
biru dari matahari oleh atmosfer bumi.Di dalam Al-Qur'an ungkapan
'tujuh' atau 'tujuh puluh' sering mengacu pada jumlah yang tak
terhitung. Misalnya, di dalam Q.S. Al-Baqarah:261 Allah
menjanjikan:Siapa yang menafkahkan hartanya di jalan Allah ibarat
menanam sebiji benih yang menumbuhkan TUJUH tangkai yang
masing-masingnya berbuah seratus butir. Allah MELIPAT GANDAKAN pahala
orang-orang yang dikehendakinya....Juga di dalam Q.S. Luqman:27:
Jika
seandainya semua pohon di bumi dijadikan sebagai pena dan lautan
menjaditintanya dan ditambahkan TUJUH lautan lagi, maka tak akan habis
Kalimat Allah....Jadi 'tujuh langit' semestinya difahami pula sebagai
tatanan benda-benda langit yang tak terhitung banyaknya, bukan sebagai
lapisan-lapisan langit.Tujuh langit pada Mi'rajKisah Isra' Mi'raj sejak
lama telah minimbulkan perdebatan soal tanggal pastinya dan apakah Nabi
melakukannya dengan jasad dan ruhnya atau ruhnya saja.
Demikian juga
dengan hakikat langit. Muhammad Al Banna dari Mesir menyatakan bahwa
beberapa ahli tafsir berpendapat Sidratul Muntaha itu adalah Bintang
Syi'ra. Tetapi sebagian lainnya, seperti Muhammad Rasyid Ridha dari
Mesir, berpendapat bahwa tujuh langit dalam kisah isra' mi'raj adalah
langit ghaib.Dalam kisah mi'raj itu peristiwa lahiriyah bercampur dengan
peristiwa ghaib. Misalnya pertemuan dengan ruh para Nabi,melihat dua
sungai di surga dan dua sungai di bumi, serta melihat Baitur Makmur,
tempat ibadah para malaikat. Jadi, nampaknya pengertian langit dalam
kisah mi'raj itu memang bukan langit lahiriyah yang berisi
bintang-bintang, tetapi langit ghaib.
Sumber: