Laman

Senin, 29 Juni 2015

HARUN YAHYA - Mengklaim Dirinya Adalah "Imam Al Mahdi"


Harun Yahya menjadi korban Zionis seperti dinyatakan Sheikh Imran Hossein, sayangya saudara tidak memberikan link terkait hal tersebut. Tentu ini menjadi sulit untuk diklarifikasi lebih jauh.Akan tetapi, bahwa Sheikh imran Hossein pernah mengkritik Harun Yahya, fakta itu memang benar adanya. Hal ini terkait tulisan dan perkataan di situs milik Harun Yahya yang terkesan menggiring pengklaiman diri sebagai Al Mahdi. Selain, Syeikh Imran Hossein, Bilal Philips juga mengecam Harun Yahya dan menuding Harun Yahya memiliki agenda tersembunyi.


Memang ketika diwawancara Al Jazeera, Harun Yahya menampiknya. Ia mengatakan hanya menulis sebuah buku tentang Imam Mahdi yang merujuk kepada Hadis Nabi. Dari beberapa hadis itu terlihat beberapa kesan yang akhirnya menggambarkan Al Mahdi dalam rupa dirinya. Namun anehnya, ketika saya cross check lebih jauh hadis-hadis yang diambil oleh Harun Yahya tidak sedikit yang itu bukanlah hadis, bahkan beberapa perkataan Tokoh Agama maupun Ulama ia masukkan walaupun dalam judul besar dikatakan sebuah hadis. Apakah ini kesengajaan? Ataukah ini kekhilafan dari sebuah tokoh yang sudah banyak menulis tentang akhir zaman? Wallahua'lam.

Salah satu butir kontroversial di situs Harun Yahya tersebut adalah sebuah pernyataan yang ia katakan bahwa tahun 1956 adalah tahun yang sangat penting di akhir zaman.“The significance of the year 1956 in terms of the end times.”Tahun 1956 adalah tanda dunia akan menuju sebuah tatanan yang adil.
 
Kita ketahui bersama bahwa tahun 1956 adalah tahun dimana Harun Yahya lahir. Meski disitus tersebut pernyataan ini dikatakan sebagai sebuah hadis, anehnya tidak ada riwayat satupun yang tertera. Situs tersebut hanya menukil perkataan Said Nursi dan Adendum Emirdag yang mengotak-atik numerologi ayat Qur'an dan mengatakan bahwa tahun 1956 sebagai tahun runtuhnya sistem kemunafikan di seluruh dunia. Apakah betul seperti itu? Nyatanya hingga tahun 2011, jangankan seluruh dunia, Turki pun dalam pandangan saya belum bisa lepas dari kemunafikan.
 
Situs Harun Yahya tersebut juga mengatakan bahwa Al Mahdi sebenarnya lahir di sebuah kota besar yang kelak menjadi Istanbul. Dalam situs tersebut ditulis,“Hazrat Mahdi (as) will apear from Turkey and will never leave until the end of his struggle”.“Hazrat Mahdi (as) will spiritually capture Istanbul”
 
Kita ketahui Harun Yahya sendiri besar di Turki. Pertanyaannya adalah betulkah ada hadis yang mengatakan Al Mahdi muncul di Turki? Sebagai umat muslim kita hanya bisa menjawab jika merujuk kepada hadis Rasulullah SAW yang bersabda:
“Akan terjadi perselisihan setelah wafatnya seorang pemimpin, maka keluarlah seorang lelaki dari penduduk Madinah mencari perlindungan ke Mekkah, lalu datanglah kepada lelaki ini beberapa orang dari penduduk Mekkah, lalu mereka membai’at Imam Mahdi secara paksa, maka ia dibai’at di antara Rukun dengan Maqam Ibrahim (di depan Ka’bah). Kemudian diutuslah sepasukan manusia dari penduduk Syam, maka mereka dibenamkan di sebuah daerah bernama Al-Baida yang berada di antara Mekkah dan Madinah.” (HR Abu Dawud 3737)
Anehnya awaitedmahdi.com, juga mengatakan bahwa Al Mahdi ketika muncul tidak bisa berbahasa Arab. "Hazrat Mahdi (as) will not speak Arabic very well, but he will bear a close moral resemblance to our prphet (saas)".Padahal Al Mahdi jelas-jelas muncul di Madinah dan ia masih keturunan Rasulullah SAW. Al Mahdi pun akan menjadi kholifah umat muslim di akhir Zaman. Secara logika, bagaimana mungkin seorang Kholifah tidak bisa berbahasa Arab? Apakah ini masih terklait dengan Harun Yahya yang memang tidak terampil berbahasa Arab? Allahua’lam.
Imam Al Mahdi, Tapi Kok Tidak Bisa Berbahasa Arab ? 
Dalam wawancaranya dengan Al Jazeera, Harun Yahya juga meragukan keakuratan bahwa nama Al Mahdi sebenarnya adalah Ahmad atau Muhammad. Selanjutnya ia menekankan bahwa nama aseli Al Mahdi adalah Adnan. Kita ketahui bersama Harun Yahya selama ini hanyalah nama pena. Sedangkan nama aseli beliau adalah Adnan Oktar. Inilah yang dikecam Syeikh Imran, beliau mengatakan Islam tidak menegnal nama pena atau samaran. Hal itu haruslah dihindari setiap sarjana Islam agar apa yang dikatakannya sesuai apa yang ia tulis.
 
 
Maka marilah kita merujuk kepada Hadis Nabi tentang perkara nama Al Mahdi. Rasulullah SAW, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan:  
“Namanya sesuai dengan namaku, dan nama ayahnya sesuai dengan nama ayahku. Dia dari keturunan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, di mana disebutkan dalam riwayat: “Dari ahli baitku.” (HR. Abu Dawud, no. 4282 dan 4283). 
Dalam riwayat lain: “Dari keluarga terdekatku (‘itrah-ku).” (HR. Abu Dawud, no. 4284). 
Dalam riwayat lain: “Dariku.” (HR. Abu Dawud no. 4285) dari jalur perkawinan ‘Ali bin Abu Thalib dan Fathimah bintu Rasulillah. Sebagaimana dalam hadits yang lalu dikatakan: “Seseorang dari keluargaku” dan “dari anak keturunan Fathimah.” (HR. Abu Dawud no. 4284)
Oleh karenanya, Ibnu Katsir rahimahullahu mengatakan: “Dia adalah Muhammad bin Abdillah Al-‘Alawi (keturunan Ali) Al-Fathimi (keturunan Fathimah) Al-Hasani (keturunan Al-Hasan). Allah Subhanahu wa Ta’ala memperbaikinya dalam satu malam yakni memberinya taubat, taufik, memberinya pemahaman serta bimbingan padahal sebelumnya tidak seperti itu.” (An-Nihayah fil Malahim wal Fitan, 1/17, Program Maktabah Syamilah)
 
Sebelumnya sosok Harun Yahya, dengan segala kelebihannya juga tidak lepas dari kritik. Harun Yahya sampai kini tidak menganggap Syiah keluar dari Islam. Hal ini dipertegas olehnya, saat melakukan wawancara dengan wartawan Al Jazeera di Istanbul 6/08/2007. Ia mengatakan,“I love all Muslims in Turkey and worldwide, and I make no distinction on the basis of school or sect. I respect them all.There is no difference between Sunni and Shia. The same applies to the Ihvan-i Muslim. They are also my brothers. I regard them as totally sincere. We all pray in the same direction. We share the same Book. These elements all make us one.”
Maka tak heran dalam menjelaskan ciri-ciri Al Mahdi, beliau banyak menukil dari riwayat Imam Jafar As Sadiq yang banyak diselewengkan oleh Syiah. Salah satunya ialah penjelasan bahwa umat Islam nanti akan bisa mendengarkan perkataan Al Mahdi lewat sebuah terjemahan.
“Jaffar Sadik said that people all over the world would be able to listen to Hazrat Mahdi's (as) words instantaneously through simultaneous translations”
Padahal jelas sekali, Syiah sudah berbeda akidah dengan agama Islam. Kita tidak bisa menyebut mereka sebagai salah satu aliran dalam Islam. Dan itu baru satu kasus. Allah jelas sekali menjaga akidah dan perkataan Al Mahdi yang selaras dengan akidah Islam. Bukan Al Mahdi yang masih mengganggap orang yang menghina Sahabat Nabi dan menganggap Al Qur’an itu palsu sebagai bagian dari Islam.
Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Aku kabarkan berita gembira mengenai Al-Mahdi yang diutus Allah ke tengah ummatku ketika banyak terjadi perselisihan antar-manusia dan gempa-gempa. Ia akan memenuhi bumi dgn keadilan dan kejujuran sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kesewenang-wenangan dan kezaliman.” (HR Ahmad 10898).
Jadi, kalaulah memang Harun Yahya menampik diri sebagai Al Mahdi, kenapa penjelasan sesat tentang Al Mahdi masih saja nangkring di situsnya dan belum juga turun meski beberapa ulama seperti Bilal Philips dan Syeikh Imran Hossein sudah mengkritiknya berkali-kali.
 
Masih banyak sebenarnya data-data keliru yang dijadikan indikasi atau penjelasan sosok Al Mahdi dalam situs tersebut. Seperti pernyataannya yang mengatakan Al Mahdi berasal dari Kaukasus. "Hazrat Mahdi (as) will come from the Caucasus".Kita ketahui bersama Harun Yahya alias Adnan Oktar adalahseorang keturunan sayyid atau habib yang bermigrasi ke Kaukasus selama invasi Hulagu. Asal-usul Beslen Arslan Kasayev, kakek Omer Bey, kakek Mr. Oktar, kembali ke dinasti Nogay.Keluarga ini juga dikenal sebagai Arslanogullari (anak-anak Arslan) dan merupakan salah satu dari dua puluh satu keluarga sayyid yang namanya muncul dalam dokumen yang disiapkan untuk gubernur Kaukasus pada 1827.