Laman

Rabu, 10 Juni 2015

Arab Saudi Aktor Dibalik Konflik & Perang Saudara di Yaman

Misi utama Arab Saudi & para sekutu, adalah melumpuhkan gerakan revolusi rakyat dan memecah belah Yaman. Krisis Yaman saat ini juga melibatkan aktor asing, selain pemain dalam negeri. Arab Saudi dan negara-negara Arab lainnya di kawasan Teluk Persia merupakan aktor luar negeri yang paling berperan dalam transformasi Yaman saat ini.


 Yaman adalah negara Arab yang terletak dibarat daya Asia dan selatan Arab Saudi. Negara dengan luas sekitar 528 kilometer persegi ini dihuni oleh 25 juta orang. Dari jumlah tersebut, 42 persen penduduknya adalah orang-orang Syiah. Dari populasi Syiah Yaman, 32 persen adalah penganut Zaidiyah, dan 10 persennya adalah Imamiyah atau 12 Imam.Ibukota Yaman terletak di Sanaa. Setelah kota ini, Ma'rib, Saadah dan Aden menjadi tiga kota terpenting di negara Arab itu. Warga Yaman merupakan etnis Sami dan Arab Qahtani, tapi tidak semua warga Yaman adalah orang-orang Arab. Mayoritas warga Yaman yang tinggal di wilayah utara adalah orang-orang Arab. Tapi di wilayah selatan, selama bertahun-tahun menjadi tempat bagi kelompok imigran yang datang dari India, Pakistan, Somalia dan Ethopia.

Kehidupan sosial di Yaman berdasarkan hukum adat. Berbagai suku hidup di Yaman dan pemimpin mereka disebut sebagai Syeikh. Hingga kini, suku terbesar di Yaman adalah suku Hashid dan Bakil. Saking pentingnya peran kepala suku dalam kehidupan sosial di Yaman, suku adat menjadi salah satu penentu stabilitasnegara. Mereka menjadi negara dalam negara. 

Oleh karena itu, salah satu faktor pemicu instabilitas dan kekacauan politik di Yaman adalah peran sesepuh/kepala suku. Geografi politik Yaman memiliki posisi dan kedudukan penting. Betapa tidak, negara ini diapit oleh dua laut penting, yaitu laut Merah dan samudera India. Selat strategis Bab el- Mandeb terletak di bagian barat laut dan timur laut Yaman. Berdekatan dengan negara ini, terletak Tanduk Afrika yang menunjukkan posisi strategis Yaman. Negara ini juga berbatasan daratan dengan Arab Saudi. Selain friksi perbatasan, Riyadh dan Sanaa berselisih mengenai penyulingan minyak di perbatasan bersama kedua negara yang acapkali memicu bentrokan. Tidak hanya itu, panjangnya teluk di laut Merah dan Laut Arab serta adanya bandara dan pelabuhan penting seperti Aden, Hadid dan Faha'.Yaman termasuk empat negara Arab yang dilanda protes rakyat menentang rezim diktator.

Kini, Yaman menghadapi transisi kekuasaan. Salah satu karakteristik dari periode ini adalah lepasnya peran interventif Arab Saudi dalam urusan internal yang membuat Yaman berada dalam sebuah dilema yang krusial. Perseteruan antar kubu baik yang mempengaruhi dinamika politik domestik dan regional.Salah satu pemain berpengaruh dalam transformasi Yaman saat ini adalah Ansarullah, yang merupakan perwakilan dari komunitas Syiah dalam transformasi terbaru di negara Arab itu. Tujuan Ansarullah adalah menghilangkan diskriminasi yang diterapkan selama bertahun-tahun oleh rezim sebelumnya, dan penegakan keadilan bagi seluruh warga Yaman. Sunni termasuk kekuatan yang berpengaruh di Yaman. Berkaitan dengan transformasi Yaman.

Sunni terbagi menjadi menjadi beberapa kubu. Formasi pertama merupakan mayoritas adalah orang-orang yang tidak puas terhadap pemerintahan korup dan despotik Ali Abdullah Saleh dan Abd Rabbuh Mansur Hadi. Oleh karena itu, mereka mendukung langkah yang dilakukan Ansarullah untuk melakukan perbaikan.

Sebagian dari mereka meskipun tidak mendukung, tapi tidak menyatakan penolakan terhadap perjuangan Ansarullah. Salah satu tuntutan mereka adalah menjaga independensi Yaman. Dengan demikian, ketika prinsip tersebut disuarakan Ansarullah, kubu mayoritas Sunni tidak menolak gerakan reformasi yang dilakukan Houthi. Formasi kedua Sunni Yaman adalah orang-orang yang terprovokasi kelompok Salafi, dan kubu yang berafiliasi dengan Wahabisme. Mereka menjadi kubu yang terus-menerus memperuncing perbedaan antara Sunni dan Syiah untuk menyelewengkan revolusi rakyat Yaman kearah perang sektarian. Kelompok ini didukung penuh oleh negara-negara Arab yang dipimpin oleh Arab Saudi. 


Yaman menjadi korban konspirasi yang dilancarkan Riyadh dengan lampu hijau Washington. Arab Saudi berupaya menekan gerakan rakyat Ansarullah dan omisi rakyat Yamansupaya mengamini dikte Riyadh dengan menyerahkan tampuk kekuasaan kepada Mansur Hadi. Rezim Al Saud yang didukung Dewan Kerjasama Teluk Persia berupaya membajak revolusi rakyat demi menjaga kepentingannya di Yaman. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, anggota Dewan Kerjasama Teluk Persia tengah berunding dengan anggota Dewan Keamanan PBB supaya organisasi internasional tersebut mengeluarkan resolusi terhadap Ansarullah.


Sejumlah analis politik berkeyakinan bahwa tujuan agresi militer Saudi di Yaman untuk menghancurkan persatuan bangsa Yaman, dan menyiapkan serangan selanjutnya. Tidak menutup kemungkinan manuver berbahaya Riyadh terhadap Yaman bertujuan menyulut perang saudara berkobar di negara Arab itu. Sebab, Riyadh senantiasa menghendaki negara tetangganya itu tidak bersatu, tidakstabil dan bergantung kepada Arab Saudi. Faktanya, selama lebih dari seperempat abad, rezim Al Saud terus-menerus menyulut friksi sektarian di Yaman supaya negara tetangganya itu lemah.Skenario ketiga adalah menjadikan Sanaa sebagai boneka Riyadh yang selalu bergantung kepada Arab Saudi. 

Dengan cara itu, Arab Saudi yang didukung Barat bisa meminjam tangan Yaman untuk kepentingan Riyadh di kawasan.Tapi, Ansarullah Yaman tidak akan tinggal diam. Gerakan rakyat Yaman ini tidak akan membiarkan negara ini terpecah-belah, sebagaimana sebelumnya. Pemimpin Ansarullah menyatakan, bangsa Yaman bukan target jinak, dan agresor akan menebus sepak terjangnya dengan harga mahal. Abdul Malek al-Houthi mengancam, jika serangan jet tempur Arab Saudi terus berlanjut, maka seluruh opsi ada di atas meja. Rakyat Yaman akan menjadikan negara itu sebagai kuburan bagi para agresor asing.

Arab Saudi selama bertahun-tahun melancarkan berbagai aksi untuk membatasi dan menekan orang-orang Syiah di Yaman. Seiring kemenangan Ansarullah yang didukung rakyat Yaman, Riyadh melakukan berbagai cara untuk menjaga pengaruhnya yang semakin memudar di Yaman dengan menyingkirkan Houthi dari arena politik negara tetangganya itu.


Tampaknya, ketergantungan perekonomian Yaman terhadap Saudi menjadi sarana bagi Riyadh untuk melancarkan agenda sanksi ekonomi demimenekan revolusi rakyat Yaman. Selain itu,rezim Al Saud juga menyiapkan skenario menyulut perang saudara dan mendukung separatisme di wilayah selatan Yaman untuk memisahkan diri dari pemerintah pusat Sanaa. Saat ini wilayah selatan merupakan pusat gerakan takfiri al-Qaeda dan kelompok teroris di negara Arab itu.

Selain itu, Amerika Serikat menjadi pemain asing lainnya yang memainkan peran penting dalam transformasi Yaman demi kepentingan geopolitik dan ekonomi Washington, terutama mengamankan selatBab El-Mandeb. Jalur perairan strategis inimenghubungkan perdagangan Asia, Eropa dan Afrika. Betapa tidak, dua pertiga jalur perdagangan dunia melalui Bab El-Mandeb. Ketika instabilitas meningkat, maupun naiknya kelompok esktrem, maka potensi munculnya fenomena perompak diperairan Yaman atau Somalia semakin meningkat. Tampaknya, Washington kebingungan menghadapi gerakan Houthi dan strategi yang mereka gunakan dalam memobilisasi perlawanan rakyat Yaman terhadap rezim despotik dan korup.Transformasi Yaman, terutama "Suksesi pemerintahan secara halus dan bertahap","Klaim Perlawanan terhadap al-Qaeda","pertimbangan geopolitik","ketidakmampuan AS mengarahkan transformasi dalam negeri Yaman" menyebabkan Washington dihadapkan dua opsi penting. Dalam perang menghadapi takfiri, Houthi merupakan kekuatan paling penting di Yaman. 

Oleh karena itu Washinton mendukung Houthi.Tapi, di sisi lain, AS adalah sekutu utama negara-negara Arab Anggota Dewan Kerjasama Teluk Persia (P-GCC).Berdasarkan faktor-faktor tersebut, tampaknya ada lima kemungkinan skenario yang akan diterapkan AS.

Pertama, menerima realitas terjadinya transformasi baru di Yaman, tapi kemungkinan ini lemah. Keduaberlanjutnya kondisi untuk "men-Suriah-kan" Yaman. Kemungkinan ini 50-50.Ketiga, intervensi militer langsung AS, amun kemungkinan ini kecil.Keempat menjadikan Yaman terpecah dua negara sebagaimana perang dingin atau variabel yang sejenis dengan skenario kedua. Tampaknya kemungkinan ini besar. Kelima, dibentuknya solusi konstruktif antara Irandan negara-negara Arab yang sejenis dengan model yang diterapkan di Lebanon. Tapi kemungkinan ini masih 50-5Selain kelima skenario tersebut, ada solusilain yaitu manajemen geografi-politik Yaman sebagaimana pembentukan enam wilayah federal. Skenario ini telah disampaikan oleh Inggris di tahun 2012, tetapi Houthi hanya menganggap semua itu hanyalah angin lalu.