Laman

Sabtu, 21 Maret 2015

CIA dan Mossad adalah Aktor Dibalik ISIS, Untuk Memecah Islam

Apa itu Operation Honet’s Nest? Apa itu ISIS? Siapa yang membuatnya? Dimana mereka dilatih? Seperti biasa, kami kadang menyajikan artikel konspirasi tingkat “over top secret” kelas dunia seperti banyak artikel sebelumnya.
Masih selalu percaya dengan domain dot com yang 90% dikuasai mainstream group elite kartel website sedunia yang selalu di copy-paste dan harga domain dot com-nya hanya bayar Rp.200 ribu perak per tahun?
Keberagaman aliran pada Islam sejak ratusan tahun mulai dimanfaatkan oleh para lawan-lawannya. Apalagi setelah mulai meruncingnya perbedaan kelompok Sunni dan Syiah serta beberapa aliran lainnya yang semakin banyak. Bagi kaum zion dan satanic, hal itu justru menjadi “kartu As” , agar dapat mengadu domba diantara mereka. Maka,Grand Design pun mulai dimainkan. Bagaimana caranya?

Fakta telah membuktikan, jika ditarik sejarahnya, kelompok Mujahiddin, Taliban, Al-Qaeda, Hammas, Bako Haram, Ahmadiyyah, bahkan Islamic Brotherhood dibuat, direstui, dibesarkan dan dibiayai oleh CIA, Mossad dan Zion beserta inteligen barat lainnya, untuk mengobrak-abrik dunia Islam.
Alhasil: bukannya memerangi Zionis, namun mereka justru bergerak untuk memerangi umat Islam itu sendiri, memerangi yang justru satu kepercayaan dengan mereka. Grand Design pun berhasil. Namun sang arsitek pun tetap bermuka serius, bahkan ikut mengutuk mereka lalu memburu mereka pula.
Ketika mereka saling berperang dan saling menghancurkan, tak ada kepentingan yang berarti bagi Zion, AS dan dunia barat untuk turut campur, hingga mereka semua yang bersaudara hancur. Kalah  jadi abu, menang jadi arang. Maka berikutnya, Zion dan sekutunya, tinggal memetik hasilnya.
Semua berawal sejak “Perang Dingin” (Cold War) antara Russia vs. AS, Israel dan dunia Barat. ISIS adalah pecahan dari Al-Qaida buatan AS, dari pecahan Mujahiddin yang juga buatan AS. Mujahiddin berasal dari Pakistan yang sengaja dibuat AS lalu dibawa ke Afganistan oleh AS untuk melawan Russia pada masa perang dingin thn 80-

Namun di kubu Syiah sendiri ada perpecahan. Militan Syiah pimpinan Moktada al-Sadr membentuk kembali Tentara Mahdi, kelompok tempur paling besar dan pengalaman di Irak. Dikhawatirkan, tentara yang loyal pada Sadr akan memberontak pada pemerintah dan relawan Sistani.
Pasukan Irak kehilangan taringnya, kebanyakan mereka kabur dari serangan ISIS. Maliki mengancam para desertir akan dihukum berat. Di tengah sengkarut pertempuran di Irak, wilayah otonomi Kurdistan menyerukan merdeka. Presiden otonom Kurdistan, Barzani, meminta segera digelar referendum kemerdekaan.
“Waktunya telah tiba bagi kita untuk menentukan nasib kita sendiri, dan kita tidak perlu menunggu yang lain menentukannya untuk kita,” kata Barzani dalam pertemuan tertutup di parlemen yang kemudian disiarkan di televisi.

Militan ISIS adalah Pecahan Personel Al-Qaeda. ISIS diperkirakan terdiri dari sekitar 12.000 orang yang memiliki beragam kewarganegaraan, termasuk dari Asia seperti Indonesia dan Malaysia. Bahkan seorang mujahid ISIS bernama Ahmad Tarmimi Maliki disebut sebagai orang Malaysia pertama yang jadi pengebom bunuh diri di Irak, menewaskan 25 pasukan elit pada 26 Mei 2014 lalu di Anbar.
Menurut Kamran Bokhari, wakil presiden Timur Tengah dan Asia Selatan perusahaan intelijen Stratfor, ISIS sebenarnya lahir dari al-Qaeda yang muncul di Irak pada invasi AS 13 tahun lalu.
AS dan Arab Saudi menyerukan Maliki untuk turun dari kursi kepemimpinan dan memulai rekonsiliasi dengan memasukkan elemen Sunni di pemerintahan. Menurut pejabat pemerintah AS, Irak tidak akan damai selama Maliki masih mendiskreditkan kelompok Sunni di negara itu. Diharapkan, pemerintahan selanjutnya juga diisi orang Sunni dan Kurdish.
Menurut pejabat negara-negara Arab, Maliki dalam lima tahun terakhir memicu pemberontakan karena dianggap memberikan perlakuan yang buruk pada minoritas Sunni. Kelompok protes Sunni dipenjarakan, enggan membagi kekuasaan dan mengambil jatah besar pemerintahan untuk Syiah.
“Kami meyakini tindakan sektarianisme dan pengucilan terhadap Sunni memicu pemberontakan yang kita lihat sekarang. Dia (Maliki) telah mempersatukan ISIS dengan mantan kelompok Baath dan para pendukung Saddam Hussein,” kata pejabat Arab yang tidak disebut namanya ini.
Pemerintahan Maliki masih terus berupaya merebut kembali kota-kota di Irak dengan mengerahkan pasukan dan relawan Syiah. Maliki juga memohon bantuan dari sekutu mereka di Barat, Amerika Serikat, untuk menurunkan serangan udara.
Namun pemerintahan Barack Obama sepertinya enggan. Obama masih pikir-pikir untuk kembali berperang di Irak, negara yang telah ditinggalkan tentara mereka sejak dua tahun lalu. Paman Sam hanya menurunkan 770 marinir ke Irak, bukan untuk berperang melainkan menjaga Kedutaan dan melatih tentara setempat.
AS dan Arab Saudi menyerukan Maliki untuk turun dari kursi kepemimpinan dan memulai rekonsiliasi dengan memasukkan elemen Sunni di pemerintahan. Menurut pejabat pemerintah AS, Irak tidak akan damai selama Maliki masih mendiskreditkan kelompok Sunni di negara itu. Diharapkan, pemerintahan selanjutnya juga diisi orang Sunni dan Kurdish.
Menurut pejabat negara-negara Arab, Maliki dalam lima tahun terakhir memicu pemberontakan karena dianggap memberikan perlakuan yang buruk pada minoritas Sunni. Kelompok protes Sunni dipenjarakan, enggan membagi kekuasaan dan mengambil jatah besar pemerintahan untuk Syiah.
“Kami meyakini tindakan sektarianisme dan pengucilan terhadap Sunni memicu pemberontakan yang kita lihat sekarang. Dia (Maliki) telah mempersatukan ISIS dengan mantan kelompok Baath dan para pendukung Saddam Hussein,” kata pejabat Arab yang tidak disebut namanya ini.
Sumber: indocropcircles.wordpress.com