Laman

Sabtu, 02 Februari 2019

Sejarah Yugoslavia

Konflik Yugoslavia membuat harga barang naik dua kali lipat setiap 34 jam sekali. Krisis ekonomi dan inflasi tidak terhindarkan. 


Yugoslavia (Slavia Selatan) merupakan sebuah negara di kawasan Balkan, yang eksis dari tahun 1943 - 1992. Awalnya, Yugoslavia adalah sebuah kerajaan (tahun 1918). Kemudian berubah menjadi Negara Federal Demokratik Yugoslavia (tahun 1943 -1946). Kembali, negara Yugoslavia berubah menjadi Republik Rakyat Federal Yugoslavia (1946 - 1992). Negara ini beribukota di Beogoard.

Beogoard City 
Penduduk Yugoslavia terdiri dari beberapa suku atau etnis yaitu Bosnia-Herzegovina, Serbia, Montenegro, Kroasia, Slovenia dan Macedonia.


Latar Belakang Konflik Yugoslavia
Pembentukan Yugoslavia sebenarnya bukanlah sebuah ide yang bagus, karena setelah pembentukan negara tersebut,  konflik antar suku, ras, bahkah konflik antar agama sering terjadi.


Beragam perbedaan tersebut antara lain: Bosnia yang beragama Islam, Kroasia dan Slovenia yang beragama Katolik Roma menggunakan huruf latin, Serbia, sedangkan Montenegro yang merupakan pemeluk agama kristen ortodoks menggunakan huruf cyrilik.

Pembentukan negara Yugoslavia digagas dan diinisiasi oleh Joseph Broz Tito, sehingga saat negara federasi tersebut resmi berdiri, Joseph Broz Tito kemudia menjadi pemimpin Yugoslavia. Selama dibawah kepemimpinan Joseph Broz Tito, konflik antar suku dan ras terjadi berulang kali, namun masih bisa diredam. Konflik yang pecah selalu berakhir dengan perjanjian damai.

Joseph Broz Tito
Kestabilan Yugoslavia tidak lepas dari tangan dingin Joseph Tito yang menerapkan kebijakan berupa sistem politik hanya satu partai. Sedangkan dalam sistem ekonomi, Joseph Tito menggunkan sistem sentralistik. Kebijakan-kebijakan tersebut didukung oleh kekuatan militer nasional. Sehingga keinginan beberapa negara federal (negara bagian) dikawasan Yugoslavia untuk merdeka dan memisahkan diri dari Yogoslavia bisa dicegah.

Namun setelah Joseph Broz Tito wafat (tahun 1980), menjadi awal dari segala malapetaka yang melanda Yugoslavia.

Konflik terus menerus terjadi, bahkan dengan tensi yang semakin memanas. Bukan lagi sekedar konflik antar etnis saja, namun juga merupakan konflik antar agama. Setiap etnik dan agama menginginkan kekuasaan sendiri dengan cara ingin membebaskan diri dari Yugoslavia dan berdiri sebagai negara merdeka, perpecahan pun tidak dapat terelakkan.

Konflik antar etnis dan suku-suku tersebut terjadi di masyarakat yang mendiami Republik Federal Sosialis Yugoslavia seperti Suku Slovenia, Suku Kroasia ,Suku Bosnia ,Suku Serbia, Suku Montenegro, dan Suku Albania.

Pada tahun 1980-an, penduduk etnis Albania di Kosovo mulai menuntut agar provinsi otonomi mereka diberi status republik anggota, dimulai dari protes pada tahun 1981. Ketegangan antara etnis Albania dan Serbia yang tidak mereda sepanjang dasawarsa, yang mana mengakibatkan penyebaran etnis Serbia ke seluruh Yugoslavia, dan sistem perundingan yang tidak efektif di tingkat federal dianggap sebagai penghambat oleh etnis Serbia yang menyaksikan semakin tingginya otonomi provinsi-provinsi di Serbia.

Pembantaian mulai dilakukan, terutama oleh Serbia yang memiliki dominasi kekuasaan dibandingkan bangsa lainnya. Serbia merasa hak-haknya dikurangi ketika bergabung dengan Yugoslavia, sehingga mereka memperkuat diri dan ingin menguasai negara bagian lainya. Serbia tidak ingin Bosnia yang didominasi agama Islam berdiri sendiri.


Hal ini yang menjadi pemicu konflik antar agama, karena Serbia menyerang bangsa lain yang memiliki agama berbeda. Dampak konflik agama yang terjadi di Bosnia telah memicu marahnya negara-negara dan kerajaan Islam, terutama kerajaan Islam Utsmani Turki (Ottoman), sehingga negara tersebut mengirimkan pasukannya untuk membantu Bosnia. Serbia sendiri lebih banyak mendapat dukungan dari negara-negara barat.

Muslim Bosnia 
Dukungan, intervensi dan profokasi negara lain semakin memperparah eskalasi konflik. Ada tiga negara yang memiliki kepentingan di Yugoslavia, yaitu Inggris, Jerman, dan Amerika Serikat.

Inggris menjatuhkan sanksi terhadap Yugoslavia berupa sanksi ekonomi dan embargo (penyitaan sementara) senjata.

Jerman ingin mengambil alih seluruhnya pasar di Slovenia dan Kroasia sebagai negara Yugoslavia dengan kapasitas ekonomi terbesar.

Ketika perang dingin terjadi,  Yugoslavia, India, Indonesia dan lebih dari 100 negara lainnya memutuskan untuk netral (non blok), tidak memihak kepada Uni Soviet atau Amerika Serikat yang saat itu terlibat perang dingin.

Amerika Serikat, “senang” karena Yugoslavia tidak berpihak pada Uni Soviet dan akhirnya memberikan bantuan militer dan finansial kepada Yugoslavia, yang menyebabkan melesatnya perekonomian Yugoslavia. Akibat bantuan yang diberikan tersebut, Amerika Serikat memiliki kepentingan yang besar dalam rangka penguatan pengaruhnya di kawasan Eropa Timur untuk menandingi Uni Soviet dan terkadang merasa mengontrol Yugoslavia.

Embargo Inggris dan pengambil-alihan Jerman konflik yang semakin parah membuat kondisi ekonomi Yugoslavia diterjang hiperinflasi parah. Hal tersebut menyeret Yugoslavia ke ambang kehancuran. Tingkat inflasi
hariannya mencapai 65 persen. Harga-harga barang naik dua kali lipat setiap 34 jam sekali.


Sejumlah stasiun pengisian bahan bakar banyak yang tutup, dan hanya tersedia di beberapa titik tertentu. Saking mahalnya harga bahan bakar saat itu, banyak pemilik mobil yang memutuskan untuk menggunakan transportasi umum. Tapi 1.200 bus umum yang biasanya beroperasi hanya tersisa 500 unit. Bus yang ada tidak bisa memenuhi kapasitas penumpang yang tersedia. Tak hanya kendaraan pribadi, truk pengiriman, ambulan, mobil pemadam kebakaran dan mobil pemungut sampah juga tidak mendapatkan bahan bakar.

Banyak perusahaan tutup, tingkat pengangguran meningkat 30 persen. Para pensiun juga telantar karena tidak mendapatkan dana pensiun.

Banyaknya pengangguran membuat perbuatan kriminalitas semakin banyak dan masif. Para perampok mencuri di rumah sakit dan klinik, di tempat umum manapun.

Ketegangan di Yugoslavia yang terus meningkat tak hanya berdampak pada sektor ekonomi saja. Di tengah kesulitan ekonomi, Yugoslavia menghadapi berbagai gerakan yang menginginkan untuk memisahkan diri dari Yugoslavia.


April tahun 1990, pemilu yang dilangsungkan di Slovenia dan Kroasia, partai yang pro kemerdekaan menang. Sedangkan di Serbia dan Montenegro, pemilu dimenangkan oleh partai berhaluan Komunis.

25 Juni 1991, Slovenia dan Kroasia memproklamasikan kemerdekaan. Tentara Federal (terutama beranggotakan orang Serbia) mengintervensi. Hal tersebut memicu konflik, namun perang di Slovenia tersebut hanya berlangsung 7 hari, karena penduduk di sana nyaris homogen sehingga tidak ada kepentingan warga Serbia yang terancam. Berbeda dengan situasi perang di Kroasia yang berlangsung sangat sengit dengan durasi yang lama, serta kejam.

8 September 1991, Republik Makedonia memproklamasikan kemerdekaan.

Tahun 1992, penduduk muslim Bosnia dan Kroasia di Bosnia-Herzegovina juga memilih untuk merdeka dan mendeklarasikan negara Bosnia-Herzegovina. Penduduk Serbia Bosnia menolak hasil tersebut dan berusaha membentuk negara terpisah dengan bantuan Tentara Federal Yoguslavia, yaitu Republik Serbia Bosnia dan Herzegovina yang kemudian menjadi Republik Srpska.

Hal tersebut menyebabkan perang di Bosnia-Herzegovina yang berlangsung sengit dan kejam, pertempuran tersebut terjadi hingga tahun 1995.

Pada perang ini, terjadi genosida oleh tentara Republika Srpska terhadap 8.000 pria dan 30.000 sipil kaum muslim Bosnia. Perjanjian Dayton mengakhiri perang di Bosnia-Herzegovina (1995).


Tahun 1999, terjadi pemberontakan orang Albania di Kosovo. Upaya memadamkan pemberontakan tersebut oleh Serbia menyebabkan banjirnya kaum pengungsi Albania ke wilayah tetangga. NATO tanpa persetujuan dan mandat dari United Nation (PBB) melancarkan serangan ke Serbia.

NATO attack Serbia (1999) 
Slobodan Milosevic menyerah dan Kosovo diserahkan kepada pengawasan internasional. Hal tersebut membuat penduduk Serbia dibersihkan secara etnis oleh Kosovo Liberation Army (KLA). Kelompok gerilyawan ini juga menghancurkan banyak peninggalan budaya Serbia di Kosovo dengan motif menghapus jejak-jejak historis orang Serbia di sana.

Kosovo Liberation Army (KLA)
Tujuan utama KLA sendiri adalah menggabungkan Kosovo dan berbagai wilayah Balkan lainnya agar dihuni orang Albania, dengan harapan agar menjadi negara "Albania Raya".


Pemberontakan KLA dan orang-orang Albania terus meluas, hingga ke Makedonia. Padahal Makedonia dengan tangan terbuka menerima pengungsi Albania dari Kosovo.

Bulan Oktober tahun 2000, Slobodan Milosevic mundur setelah Vojislav Kostunica menang pemilu. Tahun 2001, Milosevic diserahkan kepada Pengadilan Internasional.

Slobodan Milosevic
Pemerintah Serbia dan Montenegro sepakat untuk membuat uni yang lebih bebas, pada tahun 2002. Namun, pada 4 Februari tahun 2003, Republik Federal Yugoslavia dibentuk ulang sehingga menjadi Uni Negara Serbia dan Montenegro.

Vojislav Kostunica 
Dengan ini, berakhirlah perjalanan panjang negara Yugoslavia, yang pecah menjadi Slovenia, Kroasia, Makedonia, Bosnia-Herzegovina, Montenegro,
Serbia dan Kosovo.


Referensi:

The Breakup ofYugoslavia, 1990–1992 - Office of the Historian
history.state.gov

Yugoslavia: History, Map, Breakup, & Facts
Encyclopædia Britannica Britannica.com

History- World Wars:Yugoslavia: 1918 - 2003
BBC News UK

[PDF] The collapse of Yugoslavia
Parliament of Australia
www.aph.gov.au

[PDF] The Reasons for the Collapse of Yugoslavia
eprints.ugd.edu.mk

Rural-urban differences and the break-up of Yugoslavia
journals.openedition.org

YUGOSLAVIA FACING ECONOMIC COLLAPSE
Washingtonpost.com

Multi-Ethnic Conflict: Yugoslavia
Encyclopedia.com

The World's Greatest Unreported Hyperinflation
www.cato.org

Peristiwa Kontemporer Dunia: Berpisahnya Negara-Negara Yugoslavia
RuangGuru.com

Latar Belakang Yugoslavia dan Alasan Terjadinya Perpecahan
Hukamnas.com 

Harga Barang di Yugoslavia Pernah Naik Hingga Triliunan Persen
Liputan6.com 

Yugoslavia 
Wikipedia.org 

Perang Yugoslavia 
Wikipedia.org 

Disintegrasi Yugoslavia 
Wikipedia.org