Laman

Sabtu, 28 Februari 2015

Kronologis Lengkap Jatuhnya Air Asia QZ 8501 mulai Take Off hingga jatuh di Selat Karimata


Menteri Perhubungan Ignasius Jonan telah mengeluarkan keterangan kronologi jatuhnya pesawat Airbus A320 milik maskapai Indonesia AirAsia nomor penerbangan QZ8501 pada Rabu (21/1). Keterangan yang diberikan oleh Ignasius Jonan berdasarkan data dari Kemenhub tersebut kemudian dibuat grafis kronologi kejadiannya oleh situs berita Reuters pada Kamis (22/1).

Info grafis tersebut menerangkan kejadian enam menit terakhir yang dialami oleh QZ8501 pada Minggu (28/12). Berikut kronologi menit-menit perjalanan terakhir pesawat AirAsia PK-AXC, seperti dirangkum dari Reuters dan berbagai sumber lain: 

05.20 WIB, Airbus A320 Indonesia AirAsia registrasi PK-AXC dengan nomor penerbangan QZ8501 rute Surabaya-Singapura dijadwalkan lepas landas (take-off) dari Bandara Juanda, Surabaya.

05.35 WIB, terlambat tinggal landas QZ8501 take-off 15 menit lebih lambat dari jadwal yang telah ditentukan. Pesawat take-off menuju waypoint RAMPY di sebelah utara Bandara Juanda, Surabaya, kemudian mengikuti koridor airways M635 menuju Tanjung Pinang (VOR TPG) dengan ketinggian jelajah awal FL320 (32.000 kaki di atas permukaan laut)

06.12 WIB, pilot minta naik ketinggian Sekitar 40 menit setelah take-off , saat melewati waypoint TAVIP di atas Selat Karimata, QZ8501 meminta izin kepada petugas lalu lintas udara (ATC) Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, untuk menaikkan ketinggian jelajah dari FL320 (32.000 kaki) ke FL380 (38.000 kaki). ATC Soekarno-Hatta meminta QZ8501 untuk menunggu sembari ATC memastikan bahwa ketinggian jelajah tersebut aman untuk digunakan karena saat itu ada beberapa pesawat lain berada di jalur yang sama.


06.14 WIB, panggilan ATC tidak dibalas ATC Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, memberikan izin kepada QZ8501 ke ketinggian jelajah FL340 (34.000 kaki), tetapi tidak ada respons balasan dari QZ8501. Seharusnya, setelah mendapatkan clearance (izin) dari ATC, pilot/kopilot membalas ( readback) izin yang diberikan.

06.17 WIB, dihubungi 8 kali. Petugas ATC Bandara Soekarno-Hatta kehilangan kontak dengan QZ8501 dan mencoba menghubungi pesawat tersebut sebanyak delapan kali. ATC juga meminta bantuan kepada beberapa pesawat yang ada di sekitarnya untuk menghubungi QZ8501.


06.17.09 WIB. Berdasar data ADS-B dari pesawat QZ8501 yang beredar, pada mulanya pesawat terdeteksi menanjak secara normal dengan kecepatan 300 kaki dalam enam detik.

06.17.24 WIB, QZ8501 menanjak secara tak lazim, Pesawat kemudian terus menanjak dengan kecepatan vertikal yang bertambah lebih tinggi, bahkan ketinggian jelajah QZ8501 bertambah 1.700 kaki hanya dalam waktu enam detik. Menurut rekaman data ADS-B, rate of climb (penambahan ketinggian) QZ8501 bahkan mencapai 6.000 hingga 9.000 kaki per menit. Tingkat kenaikan seperti itu tergolong tidak lazim dilakukan oleh sebuah pesawat penumpang saat berada di ketinggian jelajah.


06.17.54 WIB, mulai jatuh. QZ8501 akhirnya mencapai puncak ketinggian 37.600 kaki sebelum akhirnya mulai kehilangan ketinggian. Data ADS-B yang didapat, kecepatan pesawat yang terekam saat itu tergolong sangat lambat pada ketinggian tersebut, yaitu sekitar 119 hingga 169 knots. Pada ketinggian 37.000 kaki, dengan kecepatan seperti itu, pesawat pada umumnya akan mengalami stall (kehilangan daya angkat). Namun, hal ini belum dikonfirmasi secara resmi, apakah QZ8501 benar mengalami stall atau tidak.

06.18.00 WIB, jatuh berputar Airbus A320 PK-AXC nomor penerbangan QZ8501 mulai jatuh (kehilangan ketinggian) dengan kecepatan awal 1.500 kaki dalam waktu enam detik. Laju jatuhnya pesawat kemudian bertambah dengan kecepatan 7.900 kaki per menit hingga 24.000 kaki per menit sebelum akhirnya QZ8501 hilang dari pantauan radar di ketinggian 24.000 kaki.

Jika dihitung, sejak pesawat mendadak naik tidak lazim hingga menghantam air (laut), dengan kecepatan jatuh seperti data di atas, waktunya hanya sekitar 1 hingga 2 menit. Data yang berisi informasi heading (arah) pesawat berdasar ADS-B juga menunjukkan bahwa pesawat jatuh secara spiral atau sambil berputar. Sempat berbalik arah Diketahui pada pukul 23.17 UTC (atau 06.17 WIB), di detik ketika pesawat mulai menanjak, heading pesawat mulai berbelok dari heading semula 310 derajat (barat laut), menjadi berbelok ke kiri menuju heading 270 derajat (barat). Di puncak ketinggian jelajah yang dicapai QZ8501, yaitu 37.600 kaki, heading pesawat kemudian berbelok lagi ke kiri.

Heading pesawat sempat berputar balik dari arah semula 310 derajat (barat laut) ke arah sekitar 130 derajat (tenggara). Berputarnya arah pesawat itu disertai dengan proses pesawat kehilangan ketinggian atau jatuh dengan kecepatan 11.000 kaki hingga maksimum 24.000 kaki per menit. Hingga menurut deteksi radar ADS-B terakhir, di ketinggian 24.000 kaki, heading pesawat terakhir yang diketahui adalah arah 197 derajat atau barat daya.

Pesawat diprediksi terus jatuh secara spiral. Namun demikian, waktu titik tumbuk pesawat ke air (laut) belum diketahui


07.08 WIB, Fase INCERFA, ALERFA, dan DETRESFA. QZ8501 dinyatakan dalam fase INCERFA, yakni tahap awal hilangnya kontak dan pihak Ditjen Perhubungan Udara melakukan kontak ke Badan SAR Nasional (Basarnas). Pesawat dinyatakan ALERFA atau tahap berikut dalam menyatakan pesawat hilang kontak.

Dan, pada pukul 07.55 WIB, pesawat dinyatakan DETRESFA atau resmi dinyatakan hilang. ATC Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, setelah berulang kali mencoba melakukan kontak, akhirnya menyatakan kehilangan QZ8501.

07.30 WIB: QZ8501 tidak mendarat di Singapura QZ8501 seharusnya telah mendarat di Bandara Changi, Singapura, tetapi tidak ada tanda-tanda pesawat tersebut memasuki wilayah udara Singapura.

07.54 WIB. ATC Singapura dihubungi oleh ATC Jakarta bahwa mereka telah kehilangan kontak dengan QZ8501

10.41 WIB. Pihak AirAsia menyatakan bahwa penerbangan QZ8501 hilang dan pencarian pun dimulai. Proses evakuasi: penemuan debris, jenazah, dan kotak hitam.


30 Desember 2014. Puing atau bagian pesawat yang pertama diangkat adalah emergency exit door pada 30 Desember 2014. TNI AL dengan armada KRI Bung Tomo-357 mengangkat serpihan badan pesawat milik QZ8501 tersebut.

 Serpihan pesawat tersebut pertama kali ditemukan oleh TNI AU yang berdasar arahan Basarnas menyisir area pencarian dengan menggunakan pesawat CN 295 dan C-130 Hercules. Kru pesawat melihat serpihan-serpihan dan sesosok tubuh terapung di perairan yang berdekatan dengan temuan sebelumnya. Serpihan-serpihan pertama yang diangkat antara lain aspirator assembly/slide craft (perangkat yang berguna untuk mengembangkan seluncur karet), dan beberapa barang pribadi seperti koper milik penumpang.


10 Januari 2015 Tim penyelam gabungan TNI Angkatan Laut berhasil mengangkat ekor pesawat AirAsia QZ8501, Sabtu (10/1)

3 Januari 2015. Cockpit voice recorder (CVR) ditemukan sehari setelahnya. Tim KNKT mengonfirmasi penemuan CVR oleh KRI Banda Aceh milik TNI AL.

14 Januari 2015. Bagian terbesar yang merupakan fuselage (badan) pesawat ditemukan di dasar laut oleh Angkatan Laut Singapura. Hingga saat ini, fuselage pesawat belum berhasil diangkat karena arus dasar laut yang kuat. Jumlah jenazah yang berhasil diangkat hingga Senin (26/1) adalah 69 jenazah dari total 155 penumpang dan 7 kru.


Update" terakhir. Penyebab kecelakaan pesawat AirAsia QZ8501 sendiri belum bisa diketahui hingga penyelidikan kotak hitam oleh KNKT selesai. Pemindahan pesawat AirAsia QZ8501 dan pencarian korban pun sampai saat ini belum selesai dilakukan oleh Basarnas.

(Reska K. Nistanto/Kompas.com, Sumber: Reuters )