Laman

Sabtu, 28 Februari 2015

Benci Pada Mantan = Tanda Masih Cinta

Banyak yang mengatakan benci itu berarti 'benar-benar cinta', namun setujukah Anda dengan pernyataan tersebut? Banyak pasangan yang telah berpisah menjadi benci satu sama lainnya, entah karena disakiti atau tak terima dengan keputusan tersebut. Berawal dari saling menyayangi, kini menjadi benci dan marah jika mendegar namanya atau bahkan bertemu.


 Belum lama ini, kami berbincang dengan seorang psikolog klinis dewasa, Rosdiana Setyaningrum, MPsi, MHPEd. Menurutnya, kata-kata benci yang biasa Anda lontarkan untuk si mantan bisa jadi tanda bahwa Anda masih cinta. "Kalau kita benci banget sama mantan kemungkinan besar masih sayang itu iya. Kalau kita sudah bisa maafin berarti sebenarnya sudah nggak ada apa-apa," ujar psikolog yang akrab disapa Diana itu. Diana menambahkan, memaafkan seseorang akan berguna untuk diri sendiri. Punya dendam atau amarah dengan mantan kekasih hanyalah memperburuk kesehatan fisik dan emosional Anda. "Memaafkan orang fungsinya buat kesehatan mental kita. Kalau orang yang kita maafkan ya nggak banyak gunanya, entah dia senang kita maafin atau dia orangnya memang cuek ya bodo amat dimaafin atau nggak. Setiap orang beda- beda," tambahnya lagi. Oleh karena itu, tak ada gunanya Anda terus merasa tak adil atau mencari kesalahannya saat sudah putus. Bukannya membuat Anda merasa lebih baik, tapi justru lebih sulit move on. Tak perlu menyimpan rasa sakit hati atau dendam yang bisa membuat perasaan tidak karuan. 

Wanita 40 tahun itu mengatakan bahwa memaafkan orang lain dengan ikhlas datangnya dari diri sendiri. Mungkin Anda berpikir dengan menjalin hubungan bersama pria baru bisa menghapus rasa sakit Anda. Namun kalau dari hati belum bisa memaafkannya, itu tandanya masih ada rasa cinta dengan si dia yang sudah menyakiti Anda. "Nggak ada caranya untuk memaafkan dengan ikhlas, reflektif dari diri sendiri saja, bukan berarti kita pergi dengan orang lain terus bisa nggak dendam lagi sama yang dulu. Mau ngerjain hobi, jalan-jalan sama teman, itu fungsinya menenangkan diri bukan untuk memaafkan," ujar psikolog lulusan Psikologi Universitas Indonesia itu.

 (sumber: Alissa Safiera - wolipop)