Laman

Senin, 06 Mei 2019

Cek Fakta: Benarkah Soekarno Pernah Menyebut Palangka Raya akan dijadikan Ibu Kota Negara ?

17 Juli 1957, saat itu secara administratif, Palangka Raya belum ada. Wilayah Palangka Raya yang kita kenal saat ini dulu adalah bagian dari Kalimantan Selatan dengan Banjarmasin sebagai ibu kotanya.


Atas saran dari Gerakan Tim Pemekaran Daerah yang bernama Kelompok Penyalur Hasrat Rakyat, di mana kala itu tidak ada provinsi Kalimantan Tengah yang didiami mayoritas suku Dayak di Kalimantan, Soekarno mendirikan daerah baru yang saat itu masih berupa hutan.

Bung Karno pada tanggal tersebut (17 Juli 1957) datang ke wilayah hutan yang kini menjadi kota Palangka Raya (dahulu bernama Pahandut), untuk meresmikan provinsi baru.

Dengan mengendarai bus air, Bung Karno melalui Sungai Kahayan selama lebih dari 1 hari dari kota Banjarmasin. Kala itu Palangka Raya belum memungkinkan untuk ditempuh jalur darat. Warga Pahandut langsung menyambutnya dengan penuh suka cita.

Sabran Achmad, salah satu sesepuh suku Dayak di Kalimantan Tengah yang menjadi saksi hidup momen tersebut ada bersama Bung Karno, saat Bung Karno menancapkan tiang pancang pertama Kota Palangka Raya.

Sabran Achmad, salah satu sesepuh suku Dayak di Kalimantan Tengah yang ada bersama Bung Karno, saat menancapkan tiang pancang pertama Kota Palangka Raya. Menurut Sabran, kala meresmikan Palangka Raya sebagai ibu kota Provinsi baru Kalimantan Tengah, tak terdengar sedikitpun Bung Karno menyebut Palangka Raya akan dijadikan Ibu Kota negara.


"Saya tidak mendengar, padahal saya berjarak hanya 5 meter saat Bung Karno berpidato," ungkap Sabran Achmad yang kini berusia 89 tahun (lahir pada tahun 1930).

Sabran Achmad sendiri adalah tokoh Pendiri Provinsi Kalimantan Tengah. Beliau merupakan anggota Gerakan Tim Pemekaran Daerah yang bernama Kelompok Penyalur Hasrat Rakyat, gerakan yang kemudian menjadi cikal bakal lahirnya Provinsi Kalimantan Tengah. Sabran Achmad lahir disebuah kecamatan yang kini bernama Cempaka Mulia.

Dengan penancapan tiang oleh Soekarno menandai dibangunnya Kota Palangka Raya, Ibu Kota Kalimantan Tengah. Saat itu Kalteng resmi melepaskan diri dari Provinsi Kalimantan Selatan.


Kelahiran provinsi Kalimantan Tengah mendapatkan payung hukum UU Darurat Nomor 10 Tahun 1957 tentang Pembentukan Daerah Swatantra Tingkat I Kalimantan Tengah.

Dalam UU Darurat itu disebutkan bahwa Kabupaten Barito, Kapuas, dan Kotawaringin dipisahkan dari Kalimantan Selatan lalu menjadi bagian wilayah Kalimantan Tengah. Pahandut (sekarang kota Palangkaraya) menjadi ibu kotanya. Undang-undang Nomor 21 Tahun 1958, menegaskan keberadaan Kota Palangkaraya.


Realisasi pewujudan kota inilah yang berlangsung pada masa Tjilik menjadi Gubernur Kalimantan Tengah. Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor Des. 52/12/2-206 tertanggal 22 Desember 1959 menandai pemindahan tempat dan kedudukan Pemerintah Daerah Kalimantan Tengah dari Banjarmasin ke Palangkaraya terhitung sejak 20  Desember 1959. Ini bersamaan dengan penunjukan Tjilik Riwut sebagai gubernur.

Tjilik Riwut
Sejak itu, Kecamatan Kahayan Tengah yang berkedudukan di Pahandut secara bertahap mengalami perubahan dengan mendapat tambahan tugas dan fungsinya. Antara lain, mempersiapkan Kotapraja Palangkaraya.

Perlahan, Ibu Kota Kalimantan Tengah yang semula adalah Pahandut diganti menjadi Palangkaraya. Proses pembangunan kota dari semula hutan lebat tersebut rampung pada medio 1965.

Peresmian kehadiran Kota Palangkaraya ditandai dengan upacara besar di Lapangan Bukin Ngalangkang, pada 17 Juni 1965.

Upacara diawali dengan demonstrasi terjun payung membawa lambang kota. Penerjunan melibatkan para penerjun yang ikut terjun pada 17 Oktober 1947. Dalam upacara inilah diserahkan anak kunci Kota Palangkaraya, berbahan emas seberat 170 gram, kepada Presiden Republik Indonesia melalui Menteri Dalam Negeri. Tjilik menjadi salah satu yang menyerahkan kunci tersebut.

Meski begitu, ulang tahun Kota Palangkaraya tetap merujuk pada tanggal peresmian Tugu Palangkaraya oleh Soekarno, yaitu 17 Juli. Tugu tersebut sekarang dikenal sebagai Tugu Soekarno.




Referensi:

Interview Jurnalis Kompas TV, Aiman Witjaksono dengan narasumber; Sabran Achmad, sesepuh suku Dayak di Kalimantan Tengah, dalam program AIMAN, edisi tayang Senin, 6 April 2019 pukul 20.00 WIB

Cerita Saksi Sejarah Saat Sukarno Datang di Palangka Raya
Detik News

Tjilik Riwut, dari Legenda Kalimantan sampai Wacana Pindah Ibu Kota
KOMPAS.com

Teka-teki Ibu Kota Baru dan Bocoran Seorang Walikota di Kalimantan
KOMPAS.com