Laman

Kamis, 02 Mei 2019

Body Dysmorphic Disorder (BDD) - Membenci Tubuh Sendiri (Gangguan Psikologis)

Body Dysmorphic Disorder (BDD) adalah gangguan psikologis, dimana penderitanya merasa tidak puas dengan kondisi tubuh dan terlalu cemas dengan kekurangan pada tubuhnya, bahkan yang lebih ekstrim, penderitanya membenci akan dirinya sendiri.

Gambar Ilustrasi: Wikipedia

Penderita body dysmorphic disorder kesulitan untuk mengendalikan pikiran negatif atas tubuh mereka. Dalam kategori yang ekstrem, mereka memikirkan kekurangan tersebut setiap saat dan memengaruhi kehidupan personal dan sosialnya.

Dilansir dari Laman Anxiety and Depression Association of America (ADAA), "body dysmorphic disorder dialami oleh 1,7 persen hingga 2,4 persen dari total populasi manusia, atau sekitar 1 di antara 50 orang. Paling banyak, BDD dialami oleh remaja dan dewasa awal."

Riset American Psychiatric Association mengungkapkan, bahwa body dysmorphic disorder dapat dialami oleh perempuan dan laki-laki dengan presentase yang tak jauh beda. Di Amerika Serikat, BDD dialami oleh 2,5 persen laki-laki dan 2,2 persen perempuan. Mostly, BDD mulai muncul pada usia 12-13 tahun.

Anxiety and Depression Association of America (ADAA) menyebut bahwa faktor biologis dan faktor lingkungan saling memengaruhi. Secara genetik, faktor biologis seperti tidak berfungsinya serotonin di otak dan adanya riwayat penderita BDD di keluarga dapat menyumbang munculnya body dysmorphic disorder. Faktor lingkungan juga dapat menjadi pemicu, seperti adanya trauma masa kecil, riwayat penganiayaan dan kekerasan, pengaruh peer groups, hingga adanya tekanan soal body image dari media sosial.

Dikutip dari Jurnal penelitian yang dipublikasikan oleh US National Library of Medicine National Institue of Health, dari 156 pelajar yang terdiri dari 57,1 persen perempuan dan 42,9 persen laki-laki, perempuan cenderung merasa cemas terhadap kegemukan (40,4 persen), masalah kulit (24,7 persen) dan bentuk gigi (18 persen).

Sementara, pada laki-laki, cenderung cemas terhadap masalah rambut (hair loss) (34,3 persen), kegemukan (32,8 persen), masalah kulit (14,9 persen) dan bentuk hidung (14,9 persen). Penelitian ini mengambil sampel pada pelajar di Pakistan. Selain itu, penelitian lain menyebutkan bahwa perempuan cenderung cemas terkait masalah berat badan dan laki-laki terhadap otot (muscles).

cara penderita body dysmorphic disorder melampiaskan rasa ketidakpuasan pada tubuh mereka ditandai dari beberapa karakteristik, seperti sering membanding-bandingkan diri dengan orang lain, menghindari melihat bayangan di cermin, perawatan dan workout yang berlebihan, hingga berkamuflase dengan pakaian dan make-up.

Segala cara pun ditempuh agar mereka merasa lebih baik. Mengejar bentuk tubuh dan wajah yang ideal adalah impian mereka, demi mendapatkan penampilan terbaik dan diterima dalam pergaulan.

Orang yang mengalami body dysmorphic disorder umumnya juga memiliki masalah mental lain. Seperti menderita gangguan kecemasan sosial, depresi, gangguan makan, gangguan obsesif kompulsif (OCD) hingga anoreksia. Pikiran mengganggu dan perilaku berulang yang ditunjukkan dalam BDD mirip dengan obsesi dan dorongan OCD.

Menghindari situasi sosial dalam BDD mungkin disebabkan oleh rasa malu atas penampilan fisik dan mirip dengan perilaku beberapa orang dengan gangguan kecemasan sosial. Sementara, body dysmorphic disorder juga berimplikasi dengan anoreksia jika ketidakpuasan pada tubuh membuat mereka takut dengan bertambahnya berat badan.

Jika rasa ketidakpuasan dan kebencian terhadap tubuh kita semakin berlarut, jangan ragu untuk menemui tenaga profesional seperti psikolog atau psikiater. Jangan malu atau merasa takut menemui mereka.

Mlakukan self-diagnose tidak membantu untuk keluar dari masalah. Apalagi, jika hal tersebut mulai mengganggu kehidupan personal, sosial dan kerja kita.


Sumber:
IDN TIMES - Sering Membenci Tubuh Sendiri, Bisa Jadi Tanda Body Dysmorphic loh!