Harun
Yahya menjadi korban Zionis seperti dinyatakan Sheikh Imran Hossein, sayangya
saudara tidak memberikan link terkait hal tersebut. Tentu ini menjadi
sulit untuk diklarifikasi lebih jauh.Akan
tetapi, bahwa Sheikh imran Hossein pernah mengkritik Harun Yahya, fakta
itu memang benar adanya. Hal ini terkait tulisan dan perkataan di situs
milik Harun Yahya yang terkesan menggiring pengklaiman diri sebagai Al
Mahdi. Selain, Syeikh Imran Hossein, Bilal Philips juga mengecam Harun
Yahya dan menuding Harun Yahya memiliki agenda tersembunyi.
Memang ketika diwawancara Al Jazeera, Harun Yahya menampiknya. Ia
mengatakan hanya menulis sebuah buku tentang Imam Mahdi yang merujuk
kepada Hadis Nabi. Dari beberapa hadis itu terlihat beberapa kesan yang
akhirnya menggambarkan Al Mahdi dalam rupa dirinya. Namun anehnya,
ketika saya cross check lebih
jauh hadis-hadis yang diambil oleh Harun Yahya tidak sedikit yang itu
bukanlah hadis, bahkan beberapa perkataan Tokoh Agama maupun Ulama ia
masukkan walaupun dalam judul besar dikatakan sebuah hadis. Apakah ini
kesengajaan? Ataukah ini kekhilafan dari sebuah tokoh yang sudah banyak
menulis tentang akhir zaman? Wallahua'lam.
Salah
satu butir kontroversial di situs Harun Yahya tersebut adalah sebuah
pernyataan yang ia katakan bahwa tahun 1956 adalah tahun yang sangat
penting di akhir zaman.“The significance of the year 1956 in terms of the end times.”Tahun 1956 adalah tanda dunia akan menuju sebuah tatanan yang adil.
Kita
ketahui bersama bahwa tahun 1956 adalah tahun dimana Harun Yahya lahir.
Meski disitus tersebut pernyataan ini dikatakan sebagai sebuah hadis,
anehnya tidak ada riwayat satupun yang tertera. Situs tersebut hanya
menukil perkataan Said Nursi dan Adendum Emirdag yang mengotak-atik
numerologi ayat Qur'an dan mengatakan bahwa tahun 1956 sebagai tahun
runtuhnya sistem kemunafikan di seluruh dunia. Apakah betul seperti itu?
Nyatanya hingga tahun 2011, jangankan seluruh dunia, Turki pun dalam
pandangan saya belum bisa lepas dari kemunafikan.
Situs
Harun Yahya tersebut juga mengatakan bahwa Al Mahdi sebenarnya lahir di
sebuah kota besar yang kelak menjadi Istanbul. Dalam situs tersebut
ditulis,“Hazrat Mahdi (as) will apear from Turkey and will never leave until the end of his struggle”.“Hazrat Mahdi (as) will spiritually capture Istanbul”
Kita
ketahui Harun Yahya sendiri besar di Turki. Pertanyaannya adalah
betulkah ada hadis yang mengatakan Al Mahdi muncul di Turki? Sebagai
umat muslim kita hanya bisa menjawab jika merujuk kepada hadis
Rasulullah SAW yang bersabda:
“Akan
terjadi perselisihan setelah wafatnya seorang pemimpin, maka keluarlah
seorang lelaki dari penduduk Madinah mencari perlindungan ke Mekkah,
lalu datanglah kepada lelaki ini beberapa orang dari penduduk Mekkah,
lalu mereka membai’at Imam Mahdi secara paksa, maka ia dibai’at di
antara Rukun dengan Maqam Ibrahim (di depan Ka’bah). Kemudian diutuslah
sepasukan manusia dari penduduk Syam, maka mereka dibenamkan di sebuah
daerah bernama Al-Baida yang berada di antara Mekkah dan Madinah.” (HR
Abu Dawud 3737)
Anehnya awaitedmahdi.com, juga mengatakan bahwa Al Mahdi ketika muncul tidak bisa berbahasa Arab. "Hazrat Mahdi (as) will not speak Arabic very well, but he will bear a close moral resemblance to our prphet (saas)".Padahal
Al Mahdi jelas-jelas muncul di Madinah dan ia masih keturunan
Rasulullah SAW. Al Mahdi pun akan menjadi kholifah umat muslim di akhir
Zaman. Secara logika, bagaimana mungkin seorang Kholifah tidak bisa
berbahasa Arab? Apakah ini masih terklait dengan Harun Yahya yang memang
tidak terampil berbahasa Arab? Allahua’lam.
Imam Al Mahdi, Tapi Kok Tidak Bisa Berbahasa Arab ?
Dalam wawancaranya dengan Al Jazeera, Harun
Yahya juga meragukan keakuratan bahwa nama Al Mahdi sebenarnya adalah
Ahmad atau Muhammad. Selanjutnya ia menekankan bahwa nama aseli Al Mahdi
adalah Adnan. Kita ketahui bersama Harun Yahya selama ini hanyalah nama
pena. Sedangkan nama aseli beliau adalah Adnan Oktar. Inilah yang
dikecam Syeikh Imran, beliau mengatakan Islam tidak menegnal nama pena
atau samaran. Hal itu haruslah dihindari setiap sarjana Islam agar apa
yang dikatakannya sesuai apa yang ia tulis.
Maka
marilah kita merujuk kepada Hadis Nabi tentang perkara nama Al Mahdi.
Rasulullah SAW, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan:
“Namanya
sesuai dengan namaku, dan nama ayahnya sesuai dengan nama ayahku. Dia
dari keturunan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, di mana disebutkan
dalam riwayat: “Dari ahli baitku.” (HR. Abu Dawud, no. 4282 dan 4283).
Dalam riwayat lain: “Dari keluarga terdekatku (‘itrah-ku).” (HR. Abu
Dawud, no. 4284).
Dalam riwayat lain: “Dariku.” (HR. Abu Dawud no. 4285)
dari jalur perkawinan ‘Ali bin Abu Thalib dan Fathimah bintu
Rasulillah. Sebagaimana dalam hadits yang lalu dikatakan: “Seseorang
dari keluargaku” dan “dari anak keturunan Fathimah.” (HR. Abu Dawud no.
4284)
Oleh
karenanya, Ibnu Katsir rahimahullahu mengatakan: “Dia adalah Muhammad
bin Abdillah Al-‘Alawi (keturunan Ali) Al-Fathimi (keturunan Fathimah)
Al-Hasani (keturunan Al-Hasan). Allah Subhanahu wa Ta’ala memperbaikinya
dalam satu malam yakni memberinya taubat, taufik, memberinya pemahaman
serta bimbingan padahal sebelumnya tidak seperti itu.” (An-Nihayah fil Malahim wal Fitan, 1/17, Program Maktabah Syamilah)
Sebelumnya
sosok Harun Yahya, dengan segala kelebihannya juga tidak lepas dari
kritik. Harun Yahya sampai kini tidak menganggap Syiah keluar dari
Islam. Hal ini dipertegas olehnya, saat melakukan wawancara dengan
wartawan Al Jazeera di Istanbul 6/08/2007. Ia mengatakan,“I love all Muslims in Turkey and worldwide, and I make no distinction on the basis of school or sect. I respect them all.There is no difference between Sunni and Shia. The
same applies to the Ihvan-i Muslim. They are also my brothers. I regard
them as totally sincere. We all pray in the same direction. We share
the same Book. These elements all make us one.”
Maka
tak heran dalam menjelaskan ciri-ciri Al Mahdi, beliau banyak menukil
dari riwayat Imam Jafar As Sadiq yang banyak diselewengkan oleh Syiah.
Salah satunya ialah penjelasan bahwa umat Islam nanti akan bisa
mendengarkan perkataan Al Mahdi lewat sebuah terjemahan.
“Jaffar
Sadik said that people all over the world would be able to listen to
Hazrat Mahdi's (as) words instantaneously through simultaneous
translations”
Padahal
jelas sekali, Syiah sudah berbeda akidah dengan agama Islam. Kita tidak
bisa menyebut mereka sebagai salah satu aliran dalam Islam. Dan itu
baru satu kasus. Allah jelas sekali menjaga akidah dan perkataan Al
Mahdi yang selaras dengan akidah Islam. Bukan Al Mahdi yang masih
mengganggap orang yang menghina Sahabat Nabi dan menganggap Al Qur’an
itu palsu sebagai bagian dari Islam.
Nabi
shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Aku kabarkan berita gembira
mengenai Al-Mahdi yang diutus Allah ke tengah ummatku ketika banyak
terjadi perselisihan antar-manusia dan gempa-gempa. Ia akan memenuhi
bumi dgn keadilan dan kejujuran sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan
kesewenang-wenangan dan kezaliman.” (HR Ahmad 10898).
Jadi,
kalaulah memang Harun Yahya menampik diri sebagai Al Mahdi, kenapa
penjelasan sesat tentang Al Mahdi masih saja nangkring di situsnya dan
belum juga turun meski beberapa ulama seperti Bilal Philips dan Syeikh
Imran Hossein sudah mengkritiknya berkali-kali.
Masih
banyak sebenarnya data-data keliru yang dijadikan indikasi atau
penjelasan sosok Al Mahdi dalam situs tersebut. Seperti pernyataannya
yang mengatakan Al Mahdi berasal dari Kaukasus. "Hazrat Mahdi (as) will come from the Caucasus".Kita
ketahui bersama Harun Yahya alias Adnan Oktar adalahseorang keturunan
sayyid atau habib yang bermigrasi ke Kaukasus selama invasi Hulagu.
Asal-usul Beslen Arslan Kasayev, kakek Omer Bey, kakek Mr. Oktar,
kembali ke dinasti Nogay.Keluarga ini juga dikenal sebagai
Arslanogullari (anak-anak Arslan) dan merupakan salah satu dari dua
puluh satu keluarga sayyid yang namanya muncul dalam dokumen yang
disiapkan untuk gubernur Kaukasus pada 1827.