Feva Restaurant di kota Castelfranco Veneto, Italia menyediakan menu unik, yakni "aria fritta" atau "udara goreng" yang dibanderol dengan 30 US$ atau sekitar Rp 423.000 per porsi.
Menu makanan ini berawal dari inisiatif kepala juru masak di Feva, Nicola Dinato, untuk menjadikan udara segar yang biasa dihirup menjadi hidangan nikmat. Namun tentu saja, sulit untuk menggoreng udara mentah-mentah dan keinginan Nicola Dinato ini tak terwujud.
Nicola Dinato mencoba untuk mengambil sensasi dari menikmati udara goreng. Nicola Dinato mengolah kulit tepung tapioka.
Kulit tepung itu dipanggang dan digoreng. Saat proses memasak inilah Dinato melibatkan ozon, komponen dari udara. Setelah dipanggang dan digoreng, kulit diinfuskan (disisi) dengan ozon selama 10 menit.
Proses ini memungkinkan udara goreng lebih renyah dan memberikan aroma istimewa ketimbang hanya dipanggang di oven saja yang membuatnya menempel di gigi. Kulit tepung tapioka yang sudah mengembang karena udara ini siap untuk disantap sebagai kudapan yang renyah.
Sebelum disajikan ke pengunjung restoran, "aria fritta" atau "udara goreng" tersebut diletakkan di atas permen kapas (sejenis gulali). Tujuannya untuk memberi kesan dan sentuhan ketinggian gunung, petir dan gemuruh, khas udara.
Untuk setiap porsi udara goreng yang dijual 30 US$ atau mencapai Rp 420 ribu. Namun, Nicola Dinato membantah dugaan tersebut. Dia menyebut udara goreng ini disajikan secara cuma-cuma sebagai makanan penyambut tamu.
"aria fritta" atau "udara goreng" mirip dengan kerupuk kulit yang banyak ditemukan di Indonesia. Kerupuk kulit ini juga dikenal dengan rambak di Jawa atau jangek di Sumatera Barat. Hanya saja di Indonesia, kerupuk kulit dibuat dari kulit sapi yang masih muda.
Referensi:
Would you fork out on Michelin dining to try fried AIR?
MSN.com
The most delicious air you'll ever try - Michelin-star chef creates 'fried air' dish
EBLnews.com
Restoran di Italia Sajikan 'Udara Goreng'
CNN Indonesia
Restoran Ini Sediakan Menu 'Udara Goreng,' Kayak Apa?
detikcom
aria fritta |
Nicola Dinato |
Kulit tepung itu dipanggang dan digoreng. Saat proses memasak inilah Dinato melibatkan ozon, komponen dari udara. Setelah dipanggang dan digoreng, kulit diinfuskan (disisi) dengan ozon selama 10 menit.
Proses ini memungkinkan udara goreng lebih renyah dan memberikan aroma istimewa ketimbang hanya dipanggang di oven saja yang membuatnya menempel di gigi. Kulit tepung tapioka yang sudah mengembang karena udara ini siap untuk disantap sebagai kudapan yang renyah.
Sebelum disajikan ke pengunjung restoran, "aria fritta" atau "udara goreng" tersebut diletakkan di atas permen kapas (sejenis gulali). Tujuannya untuk memberi kesan dan sentuhan ketinggian gunung, petir dan gemuruh, khas udara.
Untuk setiap porsi udara goreng yang dijual 30 US$ atau mencapai Rp 420 ribu. Namun, Nicola Dinato membantah dugaan tersebut. Dia menyebut udara goreng ini disajikan secara cuma-cuma sebagai makanan penyambut tamu.
"Saya selalu menyajikannya sebagai hidangan pembuka untuk mengingatkan klien saya bahwa mereka selalu harus mencoba dan mengisi hidup mereka dengan pengalaman nyata," kata Dinato.
"aria fritta" atau "udara goreng" mirip dengan kerupuk kulit yang banyak ditemukan di Indonesia. Kerupuk kulit ini juga dikenal dengan rambak di Jawa atau jangek di Sumatera Barat. Hanya saja di Indonesia, kerupuk kulit dibuat dari kulit sapi yang masih muda.
Referensi:
Would you fork out on Michelin dining to try fried AIR?
MSN.com
The most delicious air you'll ever try - Michelin-star chef creates 'fried air' dish
EBLnews.com
Restoran di Italia Sajikan 'Udara Goreng'
CNN Indonesia
Restoran Ini Sediakan Menu 'Udara Goreng,' Kayak Apa?
detikcom