Salah satu pemicunya adalah ideologi. Korea Selatan dituduh terpapar virus sekutu utamanya, Amerika Serikat. Sedangkan Korea Utara yang menganut Ideologi komunisme tak rela tanahnya diobrak-abrik asing. Uni Soviet dituding ikut andil atas perkembangan ideologi Komunisme di Korea Utara. Sebaliknya, di bagian selatan Korea, pemerintah sistem liberal & kapitalisme dibentuk serta sepenuhnya didukung oleh Amerika Serikat.
Sejarah Perang Korea Utara dan Korea Selatan
Korea Utara dan Korea Selatan tak lagi ingat mereka terlahir di tanah yang sama. Perbedaan perspektif dan keyakinan menjalani hidup jadi hal paling fundamental yang mengaburkan fakta bahwa mereka masih saudara; dan bahwa perang cuma membawa duka dan petaka. Kebencian mulai mendarah daging.
Selama berabad-abad sebelum terpecah, semenanjung Korea menjadi satu dan dipimpin oleh dinasti (kerajaan) Joseon.
Istana Peninggalan Dinasti Joseon di Seoul, Korea Selatan |
Konflik dan perang saudara atara Korea Utara dan Korea Selatan ini sesungguhnya merupakan bagian dari Perang Dingin antara Uni Soviet dan Amerika Serikat beserta para masing-masing sekutu yang juga ikut andil dalam membelah Korea jadi dua.
Dua tahun sebelum pecahnya perang (tahun 1948), Amerika Serikat meminta United Nation (PBB) untuk menyelenggarakan pemilu (pemungutan suara). Namun Korea Utara menolak untuk berpartisipasi. Akhirnya Korea Selatan membentuk pemerintahan sendiri di Seoul, yang dipimpin oleh Syngman Rhee, seorang anti komunis.
Tidak lama kemudian, utara mendirikan negara komunis dengan Kim Il Sung sebagai perdana menteri pertama. Ibu kotanya terletak di Pyongyang.
Pecahnya perang dimulai pada 25 Juni tahun 1950. Amerika Serikat menyebut konflik ini Forgotten War. Korea Utara menyebutnya Perang Pembebasan Tanah Pertiwi. Sedangkan Korea Selatan menamainya Six-Two-Five. Sedangkan China menyebutnya Perang Melawan Agresi dan Bantuan ke Korea Utara.
Amerika Serikat banyak menurunkan tentaranya, mereka berbondong-bondong membantai tentara Korea Utara yang tertangkap.
25 Juni 1950, Korea Utara menyerang Seoul atas persetujuan Uni Soviet dan China. Saat itu Amerika serikat sempat menarik mundur pasukannya yang sebelumnya bercokol di selatan.
Pasukan Korea Utara saat menyerang Seoul, Korea Selatan |
Pada 27 Juni 1950, Harry S. Truman (Presiden Amerika Serikat ke-33) memerintahkan kapal perang Amerika Serikat mendekati Seoul dan ikut bertempur.
Padahal dalam kongres yang dilaksanakan di internal parlemen dan perintahan Amerika Serikat, mereka tidak pernah membuat keputusan atas persetujuan terlibatnya Amerika Serikat dalam Perang Korea. Mereka tidak pernah menyatakan perang terhadap Korea Utara.
Banyaknya pro dan kontra, serta banyak menuai kecaman terutama dari warga Amerika Serikat itu sediri, sikap Amerika Serikat sedikit melunak, mereka hanya meminta Korea Utara menghentikan agresi dan invasinya ke selatan, dan menarik semua pasukannya ke garis 38 sebelum perang.
Namun Korea Utara tetap menolak. Amerika Serikat yang dibuat kesal kemudian meminta negara-negara di dunia membantu Korea Selatan. Sedikitnya 15 negara menyatakan siap membantu Korea Selatan, beberapa diantaranya yakni Inggris, Prancis, Ethiopia, Kanada, dan Australia.
Amerika Serikat menjatuhkan bom di Semenanjung Korea, jauh lebih banyak ketimbang saat mereka berperang di palagan Pasifik (Perarl Harbor) saat melawan Jepang. Amerika Serikat diperkirakan menjatuhkan 635.000 ton bom, dan 32.000 ton di antaranya bom bakar atau napalm. Bom-bom itu menghancurkan nyaris semua infrastruktur di wilayah Korea Utara; sekolah, bangunan pemerintah, pusat bisnis dan lain-lainnya.
Perang Korea tidak hanya menjadi ajang unjuk gigi segala macam alat perang modern saja, namun juga menyisakan peran sarana transportasi tradisional, yaitu kuda. Pasukan Amerika Serikat memborong kuda-kuda Mongolia, dilatih untuk membawa pasokan amunisi dan perbekalan ke berbagai front yang sulit dijangkau. Kontur geografis Semenanjung Korea adalah perbukitan dan pegunungan. Tanpa kuda, mungkin hasil akhir Perang Korea akan berbeda di pihak selatan.
Demiliterized Zone atau yang populer disebut DMZ dibentuk tahun 1953, sebagai tindaklanjut kesepakatan bersama untuk penghentian pertempuran. Zona ini memiliki luas 2,5 mil, persis di perbatasan kedua negara. Zona ini harus steril dari aktivitas militer. Zona ini hanya boleh digunakan untuk kontak resmi dari kedua negara Korea tersebut.
Zona Demiliterisasi Korea |
Perang Korea mengakibatkan 2,5 juta penduduk sipil tewas, luka atau hilang dalam perang. Sedangkan jumlah tentara yang tewas atau hilang di kedua pihak diperkirakan mencapai 2 juta orang.
Kesepakatan gencatan senjata antara China, Korea Utara, dan United Nation (PBB) mengalami jalan buntu. Hal tersebut disebabkan tentara China dan Korea Utara yang menolak kembali ke Utara. Dwight David Eisenhower, (Presiden ke-34 Amerika Serikat) memutuskan terbang ke Korea untuk mempelajari hal-hal yang mungkin dapat mengakhiri perang Korea.
27 Juli 1953, proposal gencatan senjata dari India disetujui oleh Korea Utara, China, dan tentara PBB sehingga mereka sepakat untuk melakukan gencatan senjata dengan batas di paralel ke-38. Dalam persetujuan tersebut tertulis bahwa pihak-pihak yang terlibat menciptakan sebuah Zona Demiliterisasi Korea.
Secara normatif, Perang ini berakhir pada 27 Juli 1953 saat Amerika Serikat, Republik Rakyat Tiongkok, dan Korea Utara sepakat dan menandatangani persetujuan gencatan senjata. Presiden Korea Selatan, Syngman Rhee, menolak menandatanganinya namun berjanji menghormati kesepakatan gencatan senjata tersebut. Namun sesungguhnya perang ini belum berakhir sampai dengan saat ini.
Referensi:
Ketika Uni Soviet dan Amerika Serikat Membelah Korea Jadi Dua
KUMPARAN News
Dari 10 Fakta Perang Korea Ini, Nomer 7 Sungguh Mencengangkan
TRIBUNnews.com