Satu setengah abad masa keemasan Kerajaan Islam Muhgal di India akhirnya hancur.
Kesultanan ini didirikan oleh pemimpin Mongol, Zahiruddin Barbur, pada tahun 1526. Dibawah kepemimpinan Zahiruddin Barbur, kerajaan Mughul berhasil menduduki sebagian wilayah utara India.
Kesuksesan kepemimpinan Mughul terus berlanjut. Abu'l-Fath Jalal ud-din Muhammed Akbar I (Sultan Mughal ke-3). Akbar berusia tiga belas tahun ketika ia naik tahta Mogul di Delhi (Februari 1556) setelah kematian ayahnya, Humayun (Sultan Mughal ke-2).
Akbar I menjabat sebagai raja selama 49 tahun, 275 hari, kerajaan Mughal tumbuh pesat, dan terus berkembang. Tahun 1526, dibawah kepemimpinan Akbar I (Sultan Mughal ke-3), kerajaan Mughul menyingkirkan tentara Hindu yang saat itu dipimpin Jenderal Hemu Demi.
Dibutuhkan waktu hampir dua dekade lebih bagi kesultanan Mughul untuk mengukuhkan kekuatannya dan membawa semua bagian utara dan tengah India menjadi wilayah kekuasaannya. Kerajaan Mughal semakin meluas; meliputi wilayah India, Pakistan, Bangladesh. Membentang dari Sungai Indus di sebelah barat sampai ke Bihar di sebelah timur, dan; dari Himalaya di utara hingga Gwalior di selatan.
Tahun-tahun awal pemerintahan Akbar I, ia sempat mendapat stigna sebagai seorang Raja yang tidak toleran terhadap Hindu dan agama lainnya. Mungkin karena Akbar I menggelar serangkaian debat agama antara ulama Muslim dengan Hindu, Jainisme, Zoroastrianisme, Katolik Roma, Portugis, Yesuit.
Terlepas dari stigma itu, Akbar I memperlakukan para pemimpin agama-agma lain tersebut dengan hormat dan perhatian yang besar.
Akbar I tidak hanya memberikan tanah dan uang untuk masjid tetapi juga sejumlah candi Hindu di utara dan tengah India, gereja Kristen di Goa dan menghibahkan lahan untuk keyakinan Sikhisme yang baru saja lahir sebagai pembangunan tempat ibadah. Kuil Emas yang terkenal di Amritsar, Punjab dibangun di tempat yang sama.
Sultan Akbar amat juga mendukung kemajuan ilmu pengetahuan. Ia mengundang pendeta-pendeta dan cendikiawan dari pelbagai agama lain untuk memperbincangkan dan meminta sudut pandang dari agama lain.
Tahun-tahun terakhir pemerintahan Akbar diwarnai dengan kesedihan. Dua orang putra-putrinya meninggal dunia semasa masih kecil. Setelah itu, seorang putranya Jahangir, yang melakukan pemberontakan. Agar tidak terjadi Kudeta yang menimbulkan korban jiwa, dengan penuh kebijaksanaan Akbar mempercepat keputusannya untuk mengundurkan diri, dan menyerahkan kekuasaan kepada putranya itu.
Akibat Jahangir kecanduan opium, urusan kenegaraan menjadi terbengkalai, dan menjadi berada di bawah pengaruh para pejabat pemerintahan saingan. Ketidakstabilan politik dan ekonomi memicu sejumlah konflik dan pemberontakan. Hal ini terus berlanjut sampai kekuasaan sultan berikutnya.
Puncaknya, Kaisar Mughal terakhir,
Bahadur Shah Zafar, dilengserkan oleh pemerintah Inggris, yang kemudian memegang wilayah kekuasaan formal bekas wilayah kekuasaan Mughul (Kemaharajaan India) tersebut. Wilayah itu kini bernama Pakistan.
Pemisahan Kemaharajaan India menjadi India dan Pakistan pada tahun 1947 tidak memisahkan dua bangsa melalui agama secara bersih. Hampir sepertiga populasi muslim Kemaharajaan India tetap tinggal di India. Kekerasan antar-masyarakat, antara pengikut Hindu, Sikh dan Islam, menghasilkan korban sekitar 500 ribu sampai 1 juta jiwa.
India dan Pakistan sama-sama mengklaim memiliki hak atas Kashmir, yang kemudian Kashmir menjadi titik utama dari konflik. Penguasa Kashmir, yang memiliki penduduk mayoritas muslim, bergabung dengan India dengan mentandatangani Instrumen Aksesi.
Terdapat tiga perang utama dan satu perang kecil antara kedua negara, serta beberapa perkelahian dan pertikaian tersebut.
Pada pertempuran Tahun 1947, Pakistan berhasil merebut 1/3 Kashmir (Pakistan mengklaim Kashmir sebagai wilayahnya) dengan bantuan Pashtun.
Hindu dan Sikhs dihilangkan dari Kashmir Pakistan. India membalas dengan mengirim pasukan ke Gurdaspur.
Pada pertempuran Tahun 1965, pasukan Pakistan berusaha memasuki teritori Kashmir India untuk memicu pemberontakan oleh Kashmir. Rencana ini gagal dan penyusup dapat ditemukan, sehingga India membalas hal ini. Perang ini diakhiri dengan gencatan senjata, dan India dapat merebut sedikit teritori Pakistan
Tahun 1971, Bangladesh meminta kemerdekaan dari India. Tentara India melakukan perlawanan. Jutaan pengungsi pindah ke Buthan.
Pakistan membantu Mukti-Bahini Bangladesh dan menaklukan India, sehingga Bangladesh merdeka dan India menyerah seluruhnya.
Perang tahun 1999 antara India dan Pakistan juga disebut "Perang Kargil": Tentara Pakistan dan beberapa pemberontak Kashmir merebut pos tentara India. India membalas dan merebut kembali pos itu. Tekanan internasional terhadap Pakistan membuatnya mundur.
Perang berakhir dengan India merebut Kargil dan isolasi diplomatik Pakistan.
Pemisahan tersebut seharusnya menghasilkan hubungan yang damai.
Namun, Pemisahan Kemaharajaan India menjadi India dan Pakistan pada tahun 1947 tidak memisahkan dua bangsa melalui agama secara bersih.
Hingga saat ini, sepertiga populasi muslim Kemaharajaan India tetap tinggal di India.
Penyebab runtuhnya kerajaan Mughal
Menurut Dr. Badri Yatim pada dasarnya ada beberapa faktor yang menyebabkan kekuasaan Dinasti Mughal mengalami kemunduran dan membawa pada kehancurannya pada tahun 1858 diantaranya adalah:
Terjadi stagnasi (kemandegan) dalam pembinaan kekuatan militer. Sehingga operasi militer Inggris di wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan maritim Mughal.
Kemerosotan moral dan hidup mewah di kalangan elit politik, yang mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang negara.
Pendekatan Aurangzeb yang terlampau kasar dalam melaksanakan ideide puritan dan kecenderungan asketisnya, sehingga konflik antaragama sangat sukar diatasi oleh sultan-sultan sesudahnya.
Semua pewaris tahta kerajaan pada paruh terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan.
Runtuhnya Kerajaan Mughal dan pemerintahan Islam lainnya harus dijadikan cermin dan pelajaran, sebagai sebuah refleksi. Semoga kejadian tersebut dapat kita ambil hikmahnya.
Referensi:
Hamka. 1981. Sejarah Umat Islam. Jakarta : Bulan Bintang
Badri, Yatim. 2006. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.
Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam ,Bandung : Pustaka Bani Quraisy, 2004
Syamsul bakri, Peta Sejarah Peradaban Islam
Sang Penakluk Dirikan Dinasti Mughal
Republika.co.id
Akbar yang Agung
Wikipedia Bahasa Indonesia
Perang dan konflik India-Pakistan
Wikipedia Bahasa Indonesia
Kerajaan Mughal membangun Taj Mahal di Agra, India, Tahun 1630-1653.
Zahiruddin Barbur |
Abu'l-Fath Jalal ud-din Muhammed Akbar I |
Dibutuhkan waktu hampir dua dekade lebih bagi kesultanan Mughul untuk mengukuhkan kekuatannya dan membawa semua bagian utara dan tengah India menjadi wilayah kekuasaannya. Kerajaan Mughal semakin meluas; meliputi wilayah India, Pakistan, Bangladesh. Membentang dari Sungai Indus di sebelah barat sampai ke Bihar di sebelah timur, dan; dari Himalaya di utara hingga Gwalior di selatan.
Terlepas dari stigma itu, Akbar I memperlakukan para pemimpin agama-agma lain tersebut dengan hormat dan perhatian yang besar.
Akbar I tidak hanya memberikan tanah dan uang untuk masjid tetapi juga sejumlah candi Hindu di utara dan tengah India, gereja Kristen di Goa dan menghibahkan lahan untuk keyakinan Sikhisme yang baru saja lahir sebagai pembangunan tempat ibadah. Kuil Emas yang terkenal di Amritsar, Punjab dibangun di tempat yang sama.
Sultan Akbar amat juga mendukung kemajuan ilmu pengetahuan. Ia mengundang pendeta-pendeta dan cendikiawan dari pelbagai agama lain untuk memperbincangkan dan meminta sudut pandang dari agama lain.
Tahun-tahun terakhir pemerintahan Akbar diwarnai dengan kesedihan. Dua orang putra-putrinya meninggal dunia semasa masih kecil. Setelah itu, seorang putranya Jahangir, yang melakukan pemberontakan. Agar tidak terjadi Kudeta yang menimbulkan korban jiwa, dengan penuh kebijaksanaan Akbar mempercepat keputusannya untuk mengundurkan diri, dan menyerahkan kekuasaan kepada putranya itu.
Jahangir |
Puncaknya, Kaisar Mughal terakhir,
Bahadur Shah Zafar, dilengserkan oleh pemerintah Inggris, yang kemudian memegang wilayah kekuasaan formal bekas wilayah kekuasaan Mughul (Kemaharajaan India) tersebut. Wilayah itu kini bernama Pakistan.
Pemisahan Kemaharajaan India menjadi India dan Pakistan pada tahun 1947 tidak memisahkan dua bangsa melalui agama secara bersih. Hampir sepertiga populasi muslim Kemaharajaan India tetap tinggal di India. Kekerasan antar-masyarakat, antara pengikut Hindu, Sikh dan Islam, menghasilkan korban sekitar 500 ribu sampai 1 juta jiwa.
India dan Pakistan sama-sama mengklaim memiliki hak atas Kashmir, yang kemudian Kashmir menjadi titik utama dari konflik. Penguasa Kashmir, yang memiliki penduduk mayoritas muslim, bergabung dengan India dengan mentandatangani Instrumen Aksesi.
Terdapat tiga perang utama dan satu perang kecil antara kedua negara, serta beberapa perkelahian dan pertikaian tersebut.
Pada pertempuran Tahun 1947, Pakistan berhasil merebut 1/3 Kashmir (Pakistan mengklaim Kashmir sebagai wilayahnya) dengan bantuan Pashtun.
Hindu dan Sikhs dihilangkan dari Kashmir Pakistan. India membalas dengan mengirim pasukan ke Gurdaspur.
Pada pertempuran Tahun 1965, pasukan Pakistan berusaha memasuki teritori Kashmir India untuk memicu pemberontakan oleh Kashmir. Rencana ini gagal dan penyusup dapat ditemukan, sehingga India membalas hal ini. Perang ini diakhiri dengan gencatan senjata, dan India dapat merebut sedikit teritori Pakistan
Tahun 1971, Bangladesh meminta kemerdekaan dari India. Tentara India melakukan perlawanan. Jutaan pengungsi pindah ke Buthan.
Pakistan membantu Mukti-Bahini Bangladesh dan menaklukan India, sehingga Bangladesh merdeka dan India menyerah seluruhnya.
Perang tahun 1999 antara India dan Pakistan juga disebut "Perang Kargil": Tentara Pakistan dan beberapa pemberontak Kashmir merebut pos tentara India. India membalas dan merebut kembali pos itu. Tekanan internasional terhadap Pakistan membuatnya mundur.
Perang berakhir dengan India merebut Kargil dan isolasi diplomatik Pakistan.
Pemisahan tersebut seharusnya menghasilkan hubungan yang damai.
Namun, Pemisahan Kemaharajaan India menjadi India dan Pakistan pada tahun 1947 tidak memisahkan dua bangsa melalui agama secara bersih.
Hingga saat ini, sepertiga populasi muslim Kemaharajaan India tetap tinggal di India.
Penyebab runtuhnya kerajaan Mughal
Menurut Dr. Badri Yatim pada dasarnya ada beberapa faktor yang menyebabkan kekuasaan Dinasti Mughal mengalami kemunduran dan membawa pada kehancurannya pada tahun 1858 diantaranya adalah:
Terjadi stagnasi (kemandegan) dalam pembinaan kekuatan militer. Sehingga operasi militer Inggris di wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan maritim Mughal.
Kemerosotan moral dan hidup mewah di kalangan elit politik, yang mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang negara.
Pendekatan Aurangzeb yang terlampau kasar dalam melaksanakan ideide puritan dan kecenderungan asketisnya, sehingga konflik antaragama sangat sukar diatasi oleh sultan-sultan sesudahnya.
Semua pewaris tahta kerajaan pada paruh terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan.
Runtuhnya Kerajaan Mughal dan pemerintahan Islam lainnya harus dijadikan cermin dan pelajaran, sebagai sebuah refleksi. Semoga kejadian tersebut dapat kita ambil hikmahnya.
Referensi:
Hamka. 1981. Sejarah Umat Islam. Jakarta : Bulan Bintang
Badri, Yatim. 2006. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.
Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam ,Bandung : Pustaka Bani Quraisy, 2004
Syamsul bakri, Peta Sejarah Peradaban Islam
Sang Penakluk Dirikan Dinasti Mughal
Republika.co.id
Akbar yang Agung
Wikipedia Bahasa Indonesia
Perang dan konflik India-Pakistan
Wikipedia Bahasa Indonesia