Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan mukjizat kepada para Nabi. Allah Ta’ala menurunkan mukjizat yang berbeda-beda kepada setiap Nabi yang diutus-Nya.
Nabi Musa a.s adalah utusan Allah Swt. Selain diberi mukjizat, sebagai seorang manusia, nabi Musa a.s tentu juga memiliki kekurangan.
Nabi Musa (Film The Ten Comandments) |
Cerita tentang ketidaklancaran Nabi Musa dalam berbicara tidak hanya bisa kita temukan dalam Al-Qur’an, tetapi juga di dalam Al Kitab Perjanjian lama (Yahudi & Kristen), di mana Nabi Musa secara jelas menunjukkan dirinya tidak lancar berbicara yang oleh banyak pihak ditafsirkan gagap berbicara.
Kekurangan nabi Musa a.s adalah kekakuan lisannya manakala berbicara. Maka dari itu, agar bisa memenuhi perintah Allah Swt. untuk berdakwah kepada Firaun, yang telah melampaui batas (QS Thaha : ayat 24).
Fir’aun juga mengejek ucapan Nabi Musa tidak jelas:
أَمْ أَنَا۠ خَيْرٌ مِّنْ هٰذَا الَّذِى هُوَ مَهِينٌ وَلَا يَكَادُ يُبِينُ
Bukankah aku lebih baik dari orang (Musa) yang hina ini dan yang hampir tidak dapat menjelaskan (perkataannya)?
(QS Az-Zukhruf : ayat 52)
Kondisi Nabi Musa -‘alaihis salam- tidak ada pengaruhnya untuk menyampaikan risalah dan berdakwah, itu bukan termasuk aib bagi Nabi Musa -‘alaihis salam.
Para ahli tafsir menerangkan bahwa nabi Musa a.s adalah utusan Allah Swt. yang memiliki kekurangan sebagaimana manusia pada umumnya. Kekurangan nabi Musa a.s adalah kekakuan lisannya manakala berbicara. Maka dari itu, agar bisa menyampaikan risalah & perintah Allah SWT untuk berdakwah kepada Firaun, nabi Musa a.s memanjatkan doa.
Nabi Musa juga memohon kepada Allah supaya saudaranya Harun dijadikan pembantu beliau, karena lidahnya lebih fasih bicara dari pada lidah beliau.
Doa tersebut diabadikan oleh Allah Swt. di dalam Al Quran, surah Thaha: 20 ayat 25-31 dan surah Al Qashash: 28 ayat 34).
قَالَ رَبِّ اشْرَحْ لِى صَدْرِى
Dia (Musa) berkata, "Ya Tuhanku, lapangkanlah dadaku,
(QS Thaha : ayat 25)
وَيَسِّرْ لِىٓ أَمْرِى
dan mudahkanlah untukku urusanku (QS Thaha : ayat 26)
وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِّن لِّسَانِى
dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, (QS Thaha : ayat 27)
يَفْقَهُوا قَوْلِى
agar mereka mengerti perkataanku,
(QS Thaha : ayat 28)
وَاجْعَل لِّى وَزِيرًا مِّنْ أَهْلِى
dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku, (QS Thaha : ayat 29)
هٰرُونَ أَخِى
(yaitu) Harun, saudaraku,
(QS Thaha : ayat 30)
اشْدُدْ بِهِۦٓ أَزْرِى
teguhkanlah kekuatanku dengan (adanya) dia (QS Thaha : ayat 31)
وَأَخِى هٰرُونُ هُوَ أَفْصَحُ مِنِّى لِسَانًا فَأَرْسِلْهُ مَعِىَ رِدْءًا يُصَدِّقُنِىٓ ۖ إِنِّىٓ أَخَافُ أَن يُكَذِّبُونِ
Dan saudaraku Harun, dia lebih fasih lidahnya daripada aku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkataan)ku; sungguh, aku takut mereka akan mendustakanku."
(QS Al-Qasas : ayat 34)
Nabi Musa dan Nabi Harun |
Allah membebaskan Kalimullah Musa dari tuduhan Bani Israil. Mereka menuduh Nabi Musa mempunyai aib pada fisiknya. Kesulitan berucap pada lisan Nabi Musa –‘alaihis salam- tidak termasuk aib sejak awal (bawaan lahir).
Kekurangan tersebut bersifat baru. Hal yang sama juga menimpa para Nabi dan Rasul Allah lainya. Mereka juga terkadang tersakiti, terkena (luka), sehingga menyebabkan ada kekurangan fisik. Sebagaimana juga telah terjadi kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keempat gigi depan beliau patah pada saat perang Uhud.
Ada dua pendapat berbeda, tentang kekakuan lisan yang dialami nabi Musa.
Pendapat Pertama
Nabi Musa seperti itu disebabkan oleh karena di waktu kecilnya beliau pernah diuji oleh Fir’aun antara memilih roti atau bara api yang menyala. Sebab sebelumnya Nabi Musa kecil menarik jenggot Fir’aun sampai ia murka. Dia curiga itulah bayi yang nanti bila sudah dewasa akan menghancurkan kekuasaannya.
Nabi Musa seperti itu disebabkan oleh karena di waktu kecilnya beliau pernah diuji oleh Fir’aun antara memilih roti atau bara api yang menyala. Sebab sebelumnya Nabi Musa kecil menarik jenggot Fir’aun sampai ia murka. Dia curiga itulah bayi yang nanti bila sudah dewasa akan menghancurkan kekuasaannya.
Nabi Musa kecil diuji dengan roti dan bara api. Bila ia memilih roti berarti ia bayi yang cerdas, yang akan menghancurkan kerajaannya, tapi bila ia memilih bara api berarti ia seorang bayi biasa yang tidak mengerti apa-apa.
Atas izin Allah, Nabi Musa kecil justru memilih bara api dan memakannya hingga lidahnya melepuh terbakar, yang mengakibatkan ia tidak bisa bicara dengan jelas sampai dewasa.
Pendapat Kedua
Para kritikus sejarah yang menjelaskan bahwa Nabi Musa diejek Fir’aun bicara tidak jelas karena bahasa beliau sudah tercampur dengan bahasa asing.
Para kritikus sejarah yang menjelaskan bahwa Nabi Musa diejek Fir’aun bicara tidak jelas karena bahasa beliau sudah tercampur dengan bahasa asing.
Sejak kecil sampai pada usia beliau meninggalkan negeri Mesir menuju tanah Madyan, beliau bicara dengan dua bahasa; Ibrani (bahasa bangsa Yahudi) bahasa ibunya dan bahasa Qibti (bahasa bangsa Mesir kuno).
Beliau bicara dengan Fir’aun dengan menggunakan bahasa Qibti ini.
Ketika beliau tinggal bertahun-tahun di negeri Madyan, kedua bahasa itu beliau tinggalkan sama sekali. Beliau bicara dengan bahasa bangsa Madyan, yaitu bahasa Arab.
Menurut ahli sejarah, karena sudah 10 tahun (ada juga yang berpendapat 18 tahun), nabi Musa tidak bicara dengan bahasa ibunya sama sekali, jadi secara natural, bahasa aslinya akan tercampur dengan aksen bahasa Arab yang beliau gunakan.
Akibatnya di saat beliau kembali ke Mesir sebagian kalimat-kalimat yang digunakan Nabi Musa di Madyan tercampur baur dengan bahasa Qibti dan Ibrani yang sudah lama ia tinggalkan.
Kedua hal itulah yang menurut ahli sejarah menjadi kendala Nabi Musa, yang kemudian meminta kepada Allah supaya hal itu dihilangkan.
Wallahu a’la wa a’lam.
Referensi:
BENARKAH NABI MUSA BERLISAN CADEL?
Rumah Zakat Org
40- Jihad bukan hanya untuk membela diri
Ifta.net
Fatwa Ibnu Baz (Lembaga Pusat Fatwa dan Riset Ilmiah)