Ada suatu masa di mana Indonesia pernah menjadi sebuah negara besar yang sangat penting dan jadi rebutan antara pihak barat yang dikomandoi Amerika Serikat dan pihak timur yang dipimpin Uni Soviet. Padahal jika melihat keadaan pada masa itu, Indonesia yang baru merdeka bukanlah sebuah negara kuat yang memiliki ancaman besar untuk negara-negara maju lainnya, namun nyatanya tetap punya peran penting bagi negara adikuasa tersebut. Nama Bung Karno adalah kunci utama kala itu, ia merupakan tokoh pemimpin yang sangat disegani oleh negara lain.
Setelah 3 tahun Indonesia merdeka, ada sebuah peristiwa besar setelah Perang Dunia II berakhir di mana kala itu terjadi ketegangan politik antara Blok Timur dan Blok Barat. Peristiwa yang dimulai dari tahun 1947 tersebut sebenarnya adalah sebuah ketegangan antara Uni soviet dan Amerika Serikat, namun keduanya juga mencari dukungan dari negara lain di seluruh dunia.
Indonesia yang baru merdeka akhirnya juga terseret ke dalamnya. Meski dalam kenyataannya Indonesia malah memilih untuk masuk dalam perkumpulan negara netral yang kemudian membentuk Gerakan Non-Blok.
Nama Bung Karno kala itu memiliki peran yang sangat penting karena jadi rebutan antara Uni Soviet dan Amerika Serikat , keduanya mencoba menarik simpati dan dukungan dari Bung Karno agar Indonesia masuk ke dalam kubu mereka.
Segala daya dan upaya dilakukan agar Indonesia mau memihak mereka dan sudah bisa ditebak bahwa kunci utamanya adalah seorang Presiden Soekarno. Sosok pengagum wanita yang satu ini mendapat serangan dari Uni Soviet dan Amerika Serikat dengan cara yang licik.
Dikutip dari situs kritik sejarah dan kebijakan luar negeri Amerika Serikat, williamblum.org Pada tahun 1960 Bung Karno sempat mengunjungi Moskow untuk melakukan kunjungan balik karena sebelumnya pihak Uni Soviet kala itu telah datang ke Indonesia. Pada kesempatan ini, agen intelejen Uni Soviet yang bernama Komitet Gosudarstvennoy Bezopasnosti (KGB) , mencoba melakukan jebakan untuk Soekarno. Mereka melakukan trik busuk itu untuk memaksa Indonesia masuk dalam Blok Timur di bawah komando Uni Soviet yang berhaluan komunis.
Video itu dibuat untuk menguatkan karakter Soekarno yang dianggap presiden Playboy. Pamugari cantik berambut pirang itu naik pesawat bersama Sukarno dalam perjalanan ke Uni Soviet.
Pramugari yang tidak diungkap identitasnya itu, juga pernah terbang ke Indonesia, yang kala itu menyertai Presiden Soviet, Kliment Voroshilov.
Secara rahasia mereka merekam aktivitas Bung Karno dengan seorang wanita cantik yang sebelumnya telah mereka siapkan. Setelah film itu jadi, mereka menunjukkan hasil rekaman film tersebut dan mengancam akan menyebarkannya jika Soekarno tidak tunduk pada mereka.
Namun bukannya takut dengan skandal tersebut, Bung Karno malah tertawa senang dan meminta salinan film itu karena dia pikir rakyatnya akan bangga dengan aksinya. Tentu saja sikap Bung Karno membuat KGB sangat kecewa karena siasat mereka gagal total dan tak bisa menjebak Presiden Pertama Indonesia tersebut.
Aksi busuk untuk menjebak Bung Karno juga dilakukan oleh Amerika, melalui agennya yang bernama Central Intelligence Agency (CIA) , mereka pernah membuat propaganda untuk menjatuhkan Bung Karno dengan skandal foto dan video porno yang menampilkan sosok seorang Soekarno palsu bersama wanita cantik.
Dua agen CIA disusupkan ke Istana Negara untuk memata-matai aktivitas Bung Karno pada kurun waktu 1963-1964. Agen pertama adalah seorang gadis cantik dengan usia 19-22 tahun dan tinggi badan 170 sentimeter. Dia menyamar sebagai mahasiswi yang ingin belajar kebudayaan Indonesia.
Guntur Soekarnoputra dalam bukunya, 'Bung Karno, Bapakku, Kawanku, Guruku', menggambarkan "sosok agen cantik itu: kulit kuning mulus, hidung mancung, rambut hitam kecokelatan pekat, bibir merekah merah jambu, dada montok berisi, pinggang laksana pinggang semut, pinggul berkembang subur. "Paha dan betis seperti punya Ken Dedes," kata Guntur.
Si gadis agen CIA itu tekun belajar menari, berlatih gamelan, dan luwes kala mengenakan kebaya. Presiden Sukarno pun terpicut untuk mengajak perempuan tersebut tinggal di Istana. Beruntung, Presiden Pakistan kala itu Ayub Khan memberi tahu Bung Karno bahwa perempuan tersebut adalah agen CIA. Sang perempuan pun diusir dari Istana.
Selain perempuan itu, rupanya CIA berusaha menyusupkan satu lagi wanita ke Istana Negara. Hal itu terungkap dalam buku Willem Oltmans, 'Bung Karno Sahabatku'. Bung Karno dalam sebuah lawatan ke Mesir pernah didatangi seorang perempuan muda bernama Pat Price yang ingin menulis buku tentang Indonesia.
Bung Karno pun memfasilitasi agar perempuan tersebut bisa ke Jakarta dan masuk Istana. Presiden Sukarno menunjuk seorang asisten untuk membantu perempuan tersebut. Beberapa bulan kemudian, Dinas Penerangan menginformasikan kepada Bung Karno bahwa Pat Price adalah seorang agen CIA.
"Pat Price yang genit dan cantik itu rupanya seorang agen CIA," kata Sukarno seperti ditulis Willem Oltmans.
Dalam buku Killing Hope: U.S. Military and CIA Interventions Since World War II yang ditulis dalam William Blum juga disebutkan bahwa beberapa kali Bung Karno difitnah sebagai antek Uni Soviet oleh CIA, meski akhirnya Presiden John F. Kennedy malah meminta maaf atas kelakuan buruk CIA kepada Soekarno yang merupakan sahabatnya tersebut.
CIA yang merasa frustasi karena komunisme semakin tumbuh subur di Indonesia akhirnya meminta bantuan Inggris. Melalui MI6 yang merupakan badan intelejen Britania Raya, Soekarno akhirnya berhasil dikudeta pada tahun 1967 dan digantikan oleh Presiden Soeharto.
The Independent bahkan mencatat bahwa kudeta dengan isu pembantaian komunis tersebut merupakan salah satu keberhasilan terbaik yang pernah didapatkan oleh MI6 .
Referensi:
La CIA contra Sukarno: Indonesia 1957-1958. Guerra y pornografía (cap. 14 de Asesinando la esperanza, de William Blum) - Blogdelviejotopo.blogspot.com
Luar Biasa! Bung Karno Ternyata Tak Mempan Dijebak Skandal Video Porno - Babe (Baca Berita)
Lima praktik kotor CIA - Merdeka.com
Tiga Modus CIA Ganggu Bung Karno, Dari Agen Cantik Sampai Film Porno - Detik.news
Kisah CIA Bikin Video Porno Soekarno dan Pramugari Rusia - Sindo News
Referred to a memorandum by Allen Dulles to the White House on April 7, 1961; It briefly summarizes the main points of the North American intervention, in Declassi fi ed Documents Reference System. Arlington, Va., Declassified on December 18, 1974.
On sexual blackmail see ibid., Pp. 238-240, 248. Smith makes a mistake in his comment about Round Table. The only apparent reference in the article to the Soviet is in the comment of p. 133: "Other more scandalous reasons have been made known to explain the president's inclination toward the Communist Party."
Sukarno, An Aumiography. Hong Kong, 1966, pp. 267-271 (reckoned to Cindy Adams) was first printed in the USA. in 1965; although of very poor writing, it is worth reading the book to know the views of Sukarno about why it is foolish to call him a communist; how he was humiliated and abused repeatedly by the Eisenhower administration, apart from the intervention, just because he was a third-world leader who did not follow the line of conduct established by the United States. and how American sex magazines contributed to ridicule.
Referred to a memorandum by Allen Dulles to the White House on April 7, 1961; It briefly summarizes the main points of the North American intervention, in Declassi fi ed Documents Reference System. Arlington, Va., Declassified on December 18, 1974.
John Discoe Smith: I Was a CIA Agent in India. India, 1967, passim; New York Times, October 25, 1967, p. 17; November 22, p. 2. 3; December 5, p. 12; Harry Rositzke: The KGB: The Eyes of Russia. New York, 1981, p. 164
Truman Smith: “The Infamous Record of Soviet Espionage”, en Reader’s Digest, agosto de 1960.