"Amerika sudah menetapkan haluannya untuk berkonfrontasi. Pidato Obama
yang disampaikan kemarin menunjukkan bahwa hanya ada satu filosofi inti
mereka yakni kami adalah yang nomor satu dan lainnya harus mengakui
itu," kata Lavrov kepada wartawan. Namun, menurut Lavrov, filosofi itu
sudah sedikit ketinggalan zaman dan tidak sesuai dengan realitas modern.
"Ini menunjukkan bahwa Amerika Serikat ingin mendominasi dunia,"
ujarnya dalam sebuah tayangan yang disiarkan televisi. Lavrov
menambahkan, untuk menjadi yang pertama di antara yang sederajat
tidaklah cukup bagi Washington.
Dalam pidato yang disampaikan pada Selasa, Obama mengatakan bahwa
negara-negara besar tidak boleh menganggu negara kecil. Hal itu mengacu
tindakan aneksasi Rusia kepada Krimea dan dukungan bagi kelompok
separatis pro-Rusia di Ukraina Timur. Obama memuji kebijakan yang
diberlakukan AS terhadap Kremlin, terkait dengan tindakan yang dilakukan
kepada Ukraina dan mengatakan bahwa mereka membuat Moskwa terisolasi
dan mengakibatkan perekonomian Rusia terganggu. Lavrov pun menutup
catatan yang disampaikan seraya mengatakan upaya-upaya untuk mengisolasi
Rusia akan gagal dan kebijakan agresif luar negeri Washington pada
suatu hari nanti akan menjadi hal yang sudah ketinggalan zaman.
"Saya pikir hal itu akan berlalu," ungkap dia. Di samping mengkritik
kebijakan Pemerintah AS, namun pada saat yang sama Lavrov terlihat
memuji Obama atas apa yang disebutnya dengan realisasi pertumbuhan
Washington tentang kelompok milisi Negara Islam (NI) yang menghadirkan
ancaman paling serius di Suriah. "Tugas memerangi kelompok-kelompok
teroris ini disebut-sebut sebagai salah satu yang paling penting. Ini
merupakan hal yang baik bahwa ada pemahaman yang berkembang tentang
masalah teroris. Namun, yang terpenting adalah untuk menerjemahkan ke
dalam praktiknya dengan segera," ujar Lavrov, yang mengacu pada pidato
presiden AS. Dalam pidatonya, Obama meminta pada para anggota parlemen
supaya memberinya kekuasaan berperang terbaru untuk menggunakan militer
Amerika. Hal itu karena ada kemungkinan, Obama bertujuan memburu
kelompok Negara Islam. Moskwa sendiri sudah melakukan perdebatan panjang
bahwa milisi radikal - dan bukan rezim dari sekutunya, Presiden Suriah
Bashar al Assad - menghadirkan sesuatu hal yang paling berbahaya bagi
keamanan kawasan. Namun, sebaliknya Washinton berpendapat bahwa Assad
harus turun dari kekuasaannya. Pada pekan ini, New York Times
menyebutkan bahwa tampaknya kini Washington mendukung gagasan perubahan
yang dilakukan secara bertahap. Dukungan itu menjadi sebuah pergeseran
yang sekarang lebih difokuskan pada NI ketimbang pemerintahan Assad.
Menanggapi artikel dari New York Times ini, Lavrov mengatakan, artikel
itu sangat penting dan menyarankan supaya bisa diterjemahkan ke dalam
bahasa Rusia.
Sumber: BeritaSatu.com