Tumbuhan Saling Berkomunikasi Satu Sama lain & Memiliki Emosional Dapat Merasakan Rasa Sakit
Kebanyakan orang berasumsi bahwa tanaman menjalani hidup bukan pasif, kenyataannya mereka bergerak, punya rasa, dan berkomunikasi, hampir bisa disebut mereka punya sejenis kecerdasan. Tanaman tidak memiliki sistem saraf, tapi bernapas dan mencerna makanannya. Anehnya, tanaman dapat bergerak tanpa otot.
Tanaman berkomunikasi satu sama lain melalui ‘bahasa rumit yang tidak terlihat. Tumbuhan tidak menggunakan kata-kata, atau emoji, untuk berbicara satu sama lain. Sebaliknya, mereka berkomunikasi dan bahasanya adalah bahasa kimia.
Bukan berarti bahwa tanaman bisa merasakan sakit. Tanaman tidak memiliki saraf. Ahli biokimia, telah berhasil menunjukkan secara visual bahwa gas yang dipancarkan oleh tanaman ketika terluka akan mempengaruhi tanaman di sekitarnya.
Para peneliti di Jepang menggunakan tanaman tomat, yang melepaskan senyawa ke udara untuk membantu tanaman tetangganya. Semua peringatan kimia ini memiliki tujuan yang sama: menyebarkan informasi tentang penyakit atau kutu di satu tanaman sehingga tanaman lain dapat membela diri.
Tanaman tomat yang terserang hama umum, yakni ulat pangkas. Untuk memulainya, mereka menumbuhkan tanaman dalam dua kompartemen plastik yang dihubungkan dengan tabung. Salah satu tanaman diberi ulat dan ditempatkan berlawanan dengan arah angin, sementara yang lain tidak diberi ulat dan ditempatkan sesuai arah angin. Tanaman kedua (yang sesuai arah angin) kemudian juga diberi ulat pangkas oleh ilmuwan. Namun hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman yang sebelumnya berada di dekat tanaman tetangga yang sakit mampu mempertahankan diri lebih baik terhadap serangan ulat tersebut.
Para peneliti lantas mempelajari daun tanaman yang terkena dan tidak terkena ulat. Mereka menemukan satu senyawa yang lebih banyak terdapat pada tanaman yang terkena ulat. Zat ini disebut HexVic. Ketika para ilmuwan memberi makan ulat pangkas dengan HexVic, zat ini menurunkan tingkat kelangsungan hidup mereka sebesar 17 %.
Para ilmuwan mengidentifikasi sumber HexVic, dan menyemprotkannya sedikit pada tanaman yang sehat. Tanaman tersebut kemudian dapat mulai memproduksi HexVic -zat pembunuh ulat- itu sendiri. Para peneliti menegaskan bahwa tanaman yang tidak terserang ulat pasti sudah membangun senjata mereka sendiri untuk melawan serangga dan penyakit. Bagaimana mereka tahu kapan harus memperkuat pertahanannya? Mereka diperingatkan terlebih dahulu oleh tanaman tetangga mereka.
Contoh lain adalah saat rumput dipotong. Aroma rumput yang baru dipotong merupakan sinyal yang ditunjukkan bahwa mereka sedang terluka dan memberi tahu tanaman lainnya untuk pergi atau bertahan.
Tumbuhan juga dapat meminta bantuan. Selain bau rumput yang baru dipotong, sama halnya dengan tumbuhan tembakau yang memancarkan sinyal kimiawinya untuk memanggil serangga pemakan ulat seperti kumbang besar untuk menyingkirkan ulat hornworm yang biasanya mengerogoti daun tembakau.
Tumbuhan dapat mengenali hama yang mengganggu mereka berdasarkan air liur yang ditinggalkan hama.
Tumbuhan juga dapat menguping.
Tanaman dapat menguping sinyal-sinyal dari teman-teman mereka dan kadang-kadang menangis jika melihat salah satu temannya didekati oleh serangga yang sedang lapar. Sebelumnya pada 2013, terdapat 48 studi yang mendukung gagasan bahwa tanaman meningkatkan proteksi setelah melihat temannya telah rusak oleh hama. Misal seekor tanaman tembakau yang menyebarkan sinyal berbahaya tentang keberadaan ulat hornworm. Sinyal tersebut akan didengarkan oleh tumbuhan lain dan mereka memproteksi diri dengan mengurangi memasak makanan, agar daun mereka menjadi kerdil dan tidak menarik bagi ulat.
Tanaman dapat mempertahankan wilayah mereka. Tanaman bersaing satu sama lain untuk mendapatkan cukup sinar matahari, berdesak-desakan untuk memperoleh posisi yang baik. Mereka juga suka berkompetisi dengan cara lain. Mereka membentuk akar yang kuat dan mempertahankan nutrisi dari dalam tanah, sehingga jika mereka akan dicabut mereka akan tumbuh kembali berdasarkan cadangan nutrisi yang mereka simpan di akar.
Tanaman bisa mengenali saudara mereka.
Tanaman dapat merasakan jika ada keluarga mereka yang tumbuh di sekitar mereka. Tumbuhan suka bersaing dan saling mendukung keluarga mereka. Itulah mengapa menanam lebih banyak, dapat memotivasi tumbuhan lainnya untuk tumbuh lebih baik, contoh adalah padi dan gandum.
Tidak hanya berkomunikasi dengan sesama tumbuhan saja, tumbuhan juga dapat berkomunikasi dengan hewan. Ingat tumbuhan kantung semar? Ya, dia dapat memancarkan sinyal kimiawinya untuk menarik serangga agar mau mendekatinya. Setelah serangga mendekatinya kantung semar akan memerangkapnya.
Tumbuhan mampu bereaksi terhadap suara dengan frekuensi tertentu, seperti yang dilakukan oleh tanaman jagung. Akar jagung muda mampu menunjukkan interaksi seolah -olah mengeluarkan bunyi klik . Akar jagung muda yang dimasukan ke dalam air juga mampu memberikan reaksi begrerak condong ke arah sumber suara yang terus- menerus dipancarkan pada frekuensi 220 Hz.
Bahkan suara musik juga dapat mempengaruhi prilaku tumbuhan. Dorothy Retallack, seorang ilmuan mengadakan riset, menggunakan tanaman yang terdiri atas filodendron, jagung, lobak, pelargonium, dan bunga violet afrika. Nada-nada musik dimainkan dengan piano selama 12 jam sehari. Setelah tiga minggu, terlihat semua tanaman menjauh dari sumber suara dan mati kecuali violet afrika. Tanaman-tanaman dalam kelompok kontrol dan tidak terpapar suara musik tumbuh secara normal.
Berdasarkan riset tersebut, Dorothy Retallack memyimpulkan:
1. Musik rock mempengaruhi tanaman secara merugikan. Mereka cenderung menjauhi sumber musik dan tumbuh secara tidak normal.
2. Musik Bach, Haydn, dan musik sitar India membawa pengaruh positif terhadap tanaman sehingga tanaman itu tumbuh lebih cepat.
3. Musik rakyat (folk) netral pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman.
Tumbuhan mampu mengenali & mengidenrifikasi kerabat mereka. Suzanne Simard, seorang profesor ekologi di University of British Columbia, Kanada, bereksperimen dengan pohon-pohon cemara Douglas, dan menemukan bahwa mereka bisa mengenali kerabat mereka sendiri ketika tumbuh di lingkungan yang asing. Pohon-pohon itu juga tampaknya dapat merasakan ketika mereka mati, dan mereka melepaskan karbon ke pohon pinus tetangga.
Tumbuhan memiliki emosi dan kemampuan supersensori.
Penelitian di India membuktikan bahwa potongan kayu memiliki emosi dan dapat mengenali siapa penebangnya. Komunikasi antar pohon yang dimungkinkan dengan menggunakan akar & difasilitasi oleh tanah.
Tumbuhan diketahui memiliki respon emosional. Tahun 1996, Cleve Backster, seorang spesialis interogasi dari CIA melakukan riset terhadap tumbuhan menggunakan
Poligraf atau yang lebih dikenal dengan Alat Detektor (pediteksi) kebohongan.
Cleve Backster menggunakan dua tanaman naga pot (Dracaena).
Kemudian Cleve Backster menghubungkan salah satu dari mereka ke detektor kebohongan. Dia menyuruh seseorang menginjak-injak tanaman lainnya di hadapan tanaman yang terpasang detektor. Ketika tindakan ini dilakukan, poligraf menunjukkan tanaman yang menyaksikan sontak menjadi ketakutan.
Penulis: Komarrudin.Amd
Kamis, 16 Agustus 2018
—————————
Referensi:
Buku "The Secret Life of Plants"
Penulis: Cleve Backster
Riset "20 sensory perceptions" (1990)
Sir Jagdish Chandra Bose (ilmuwan India & guru besar fisika Presidency College, Kalkutta)
Jurnal "Proceedings of the National Academy of Sciences"
James Cahill (ahli ekologi lingkungan University of Alberta).
Jurnal "Trend Internasional In Plant Science"
Riset by:
1. Monica Gagliano (Western Australia University)
2. Daniel Robert (Bristol University)
3. Stefano Mancuso (Florence Universty)