PERCERAIAN, bagi banyak orang tentu mengerikan karena dampak trauma yang
disebabkannya. Tak jarang mereka yang baru saja bercerai mengalami
ketidaktenangan diri, termasuk kesulitan tidur. Namun hal ini tidak
boleh berlarut-larut, karena dapat menyebabkan kematian dini.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di University of Arizona, seperti
dilansir Timesofindia , Selasa (6/1/2015), menemukan bahwa meskipun
masalah tidur normal dalam beberapa bulan awal setelah perceraian,
depresi dapat berdampak pada kesehatan, seperti peningkatan tekanan
darah. Dokter David Sbarra, anggota penelitian, menambahkan bahwa
setelah 10 minggu lebih, depresi dapat mengakumulasi efek buruk. Ia juga
mengatakan bahwa kenaikan darah tinggi tidak boleh dianggap enteng bagi
orang yang sudah memiliki tekanan darah tinggi. Studi mereka menemukan
bahwa pada setiap kenaikan standar deviasi dalam keluhan tidur
mengakibatkan kira-kira enam unit peningkatan tekanan darah sistolik.
Sistolik adalah angka tekanan darah di atas yang mengukur tekanan di
arteri saat jantung berdetak, sedangkan diastolik adalah angka tekanan
darah di bawah yang mengukur tekanan di arteri antara detak jantung.
Normalnya, tekanan darah manusia bekisar pada angka 120/80. Penulis
utama studi, Kendra Krietsh, menyarankan bahwa orang-orang yang
mengalami kesulitan tidur terus-menerus setelah bercerai harus mencari
bantuan terapi kognitif, membuat penyesuaian jadwal harian yang
mendorong tidur sehat, atau menemukan cara baru untuk bersantai sebelum
tidur.
(sumber: OkeZone.Com)