Nabi Ibrahim adalah putera Aaazar (Tarih) bin Tahur bin Saruj bin Rau'
bin Falij bin Aaabir bin Syalih bin Arfakhsyad bin Saam bin Nuh A.S. Ia
dilahirkan di sebuah tempat bernama "Faddam A'ram" dalam kerajaan
"Babylon" yang pd waktu itu diperintah oleh seorang raja bernama "Namrud
bin Kan'aan." Kerajaan Babylon pd masa itu termasuk kerajaan yang
makmur rakyat hidup senang, sejahtera dalam keadaan serba cukup sandang
mahupun pandangan serta saranan-saranan yang menjadi keperluan
pertumbuhan jasmani mrk.Akan tetapi tingkatan hidup rohani mrk masih
berada di tingkat jahiliyah. Mrk tidak mengenal Tuhan Pencipta mereka
yang telah memberi karunia mereka dengan segala kenikmatan dan
kebahagiaan duniawi. Persembahan mrk adalah patung-patung yang mereka
pahat sendiri dari batu-batu atau terbuat dari lumpur dan tanah.
Raja mereka Namrud bin Kan'aan menjalankan tampuk pemerintahnya dengan
tangan besi dan kekuasaan mutlak.Semua kehendaknya harus terlaksana dan
segala perintahnya merupakan undang-undang yang tidak dpt dilanggar atau
di tawar. Kekuasaan yang besar yang berada di tangannya itu dan
kemewahan hidup yang berlebuh-lebihanyang ia nikmati lama-kelamaan
menjadikan ia tidak puas dengan kedudukannya sebagai raja. Ia merasakan
dirinya patut disembah oleh rakyatnya sebagai tuhan. Ia berfikir jika
rakyatnya mahu dan rela menyembah patung-patung yang terbina dari batu
yang tidal dpt memberi manfaat dan mendtgkan kebahagiaan bagi mrk,
mengapa bukan dialah yang disembah sebagai tuhan.Dia yang dpt berbicara,
dapat mendengar, dpt berfikir, dpt memimpin mrk, membawa kemakmuran
bagi mrk dan melepaskan dari kesengsaraan dan kesusahan. Dia yang dpt
mengubah orang miskin menjadi kaya dan orang yang hina-dina diangkatnya
menjadi orang mulia. di samping itu semuanya, ia adalah raja yang
berkuasa dan memiliki negara yang besar dan luas.
Di tengah-tengah masyarakat yang sedemikian buruknya lahir dan
dibesarkanlah Nabi Ibrahim dari seorang ayah yang bekerja sebagai
pemahat dan pedagang patung. Ia sebagai calun Rasul dan pesuruh Allah
yang akan membawa pelita kebenaran kepada kaumnya,jauh-jauh telah
diilhami akal sihat dan fikiran tajam serta kesedaran bahwa apa yang
telah diperbuat oleh kaumnya termasuk ayahnya sendiri adalah perbuat
yang sesat yang menandakan kebodohan dan kecetekan fikiran dan bahwa
persembahan kaumnya kepada patung-patung itu adalah perbuatan mungkar
yang harus dibanteras dan diperangi agar mrk kembali kepada persembahan
yang benar ialah persembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan pencipta
alam semesta ini.
Semasa remajanya Nabi Ibrahim sering disuruh ayahnya
keliling kota menjajakan patung-patung buatannya namun karena iman dan
tauhid yang telah diilhamkan oleh Tuhan kepadanya ia tidak bersemangat
untuk menjajakan barang-barang itu bahkan secara mengejek ia menawarkan
patung -patung ayahnya kepada calon pembeli dengan kata-kata:" Siapakah
yang akan membeli patung-patung yang tidak berguna ini? " Nabi Ibrahim
Ingin Melihat Bagaimana Makhluk Yang Sudah Mati Dihidupkan Kembali Oleh
Allah Nabi Ibrahim yang sudah berketetapan hati hendak memerangi syirik
dan persembahan berhala yang berlaku dalam masyarakat kaumnya ingin
lebih dahulu mempertebalkan iman dan keyakinannya, menenteramkan hatinya
serta membersihkannya dari keragu- raguan yang mungkin esekali
mangganggu fikirannya dengan memohon kepada Allah agar diperlihatkan
kepadanya bagaimana Dia menghidupkan kembali makhluk-makhluk yang sudah
mati.Berserulah ia kepada Allah: " Ya Tuhanku! Tunjukkanlah kepadaku
bagaimana engkau menghidupkan makhluk-makhluk yang sudah mati."Allah
menjawab seruannya dengan berfirman:Tidakkah engkau beriman dan percaya
kepada kekuasaan-Ku? "Nabi Ibrahim menjawab:" Betul, wahai Tuhanku, aku
telah beriman dan percaya kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu, namun aku
ingin sekali melihat itu dengan mata kepala ku sendiri, agar aku
mendapat ketenteraman dan ketenangan dan hatiku dan agar makin menjadi
tebal dan kukuh keyakinanku kepada-Mu dan kepada kekuasaan- Mu." Allah
memperkenankan permohonan Nabi Ibrahim lalu diperintahkanlah ia
menangkap empat ekor burung lalu setelah memperhatikan dan meneliti
bahagian tubuh-tubuh burung itu, memotongnya menjadi berkeping-keping
mencampur-baurkan kemudian tubuh burung yang sudak hancur-luluh dan
bercampur-baur itu diletakkan di atas puncak setiap bukit dari empat
bukit yang letaknya berjauhan satu dari yang lain. Setelah dikerjakan
apa yang telah diisyaratkan oleh Allah itu, diperintahnyalah Nabi
Ibrahim memanggil burung-burung yang sudah terkoyak- koyak tubuhnya dan
terpisah jauh tiap-tiap bahagian tubuh burung dari bahagian yang lain.
Dengan izin Allah dan kuasa-Nya datanglah berterbangan enpat ekor burung
itu dalam keadaan utuh bernyawa seperti sedia kala begitu mendengar
seruan dan panggilan Nabi Ibrahim kepadanya lalu hinggaplah empat burung
yang hidup kembali itu di depannya, dilihat dengan mata kepalanya
sendiri bagaimana Allah YAng Maha Berkuasa dpt menghidupkan kembali
makhluk-Nya yang sudah mati sebagaimana Dia menciptakannya dari sesuatu
yang tidak ada. Dan dengan demikian tercapailah apa yang diinginkan oleh
Nabi Ibrahim untuk mententeramkan hatinya dan menghilangkan kemungkinan
ada keraguan di dalam iman dan keyakinannya, bahwa kekuasaan dan
kehendak Allah tidak ada sesuatu pun di langit atau di bumi yang dpt
menghalangi atau menentangnya dan hanya kata "Kun" yang difirmankan
Oleh- Nya maka terjadilah akan apa yang dikenhendaki " Fayakun".
Nabi
Ibrahim Berdakwah Kepada Ayah Kandungnya Aazar, ayah Nabi Ibrahim tidak
terkecuali sebagaimana kaumnya yang lain, bertuhan dan menyembah berhala
bah ia adalah pedagang dari patung-patung yang dibuat dan dipahatnya
sendiri dan drpnya orang membeli patung-patung yang dijadikan
persembahan. Nabi Ibrahim merasa bahwa kewajiban pertama yang harus ia
lakukan sebelum berdakwah kepada orang lain ialah menyedarkan ayah
kandungnya dulu orang yang terdekat kepadanya bahwa kepercayaan dan
persembahannya kepada berhala-berhala itu adalah perbuatan yang sesat
dan bodoh.Beliau merasakan bahawa kebaktian kepada ayahnya mewajibkannya
memberi penerangan kepadanya agar melepaskan kepercayaan yang sesat itu
dan mengikutinya beriman kepada Allah Yang Maha Kuasa. Dengan sikap
yang sopan dan adab yang patut ditunjukkan oleh seorang anak terhadap
orang tuanya dan dengan kata-kata yang halus ia dtg kepada ayahnya
menyampaikan bahwa ia diutuskan oleh Allah sebagai nabi dan rasul dan
bahawa ia telah diilhamkan dengan pengetahuan dan ilmu yang tidak
dimiliki oleh ayahnya. Ia bertanya kepada ayahnya dengan lemah lembut
gerangan apakah yang mendorongnya untuk menyembah berhala seperti
lain-lain kaumnya padahal ia mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak
berguna sedikit pun tidak dpt mendtgkan keuntungan bagi penyembahnya
atau mencegah kerugian atau musibah. Diterangkan pula kepada ayahnya
bahwa penyembahan kepada berhala-berhala itu adalah semata-mata ajaran
syaitan yang memang menjadi musuh kepada manusia sejak Adam diturunkan
ke bumi lagi. Ia berseru kepada ayahnya agar merenungkan dan memikirkan
nasihat dan ajakannya berpaling dari berhala-berhala dan kembali
menyembah kepada Allah yang menciptakan manusia dan semua makhluk yang
dihidupkan memberi mrk rezeki dan kenikmatan hidup serta menguasakan
bumi dengan segala isinya kepada manusia. Aazar menjadi merah mukanya
dan melotot matanya mendengar kata-kata seruan puteranya Nabi Ibrahim
yyang ditanggapinya sebagai dosa dan hal yang kurang patut bahwa
puteranya telah berani mengecam dan menghina kepercayaan ayahnya bahkan
mengajakkannya untuk meninggalkan kepercayaan itu dan menganut
kepercayaan dan agama yang ia bawa. Ia tidak menyembunyikan murka dan
marahnya tetapi dinyatakannya dalam kata-kata yang kasar dan dalam maki
hamun seakan-akan tidak ada hunbungan diantara mereka. IA berkata kepada
Nabi Ibrahim dengan nada gusar: " Hai Ibrahim! Berpalingkah engkau dari
kepercayaan dan persembahanku ? Dan kepercayaan apakah yang engkau
berikan kepadaku yang menganjurkan agar aku mengikutinya? Janganlah
engkau membangkitkan amarahku dan cuba mendurhakaiku.Jika engkau tidak
menghentikan penyelewenganmu dari agama ayahmu tidak engkau hentikan
usahamu mengecam dan memburuk-burukkan persembahanku, maka keluarlah
engkau dari rumahku ini. Aku tidak sudi bercampur denganmu didalam suatu
rumah di bawah suatu atap. Pergilah engkau dari mukaku sebelum aku
menimpamu dengan batu dan mencelakakan engkau." Nabi Ibrahim menerima
kemarahan ayahnya, pengusirannya dan kata-kata kasarnya dengan sikap
tenang, normal selaku anak terhadap ayah seray berkaat: " Oh ayahku!
Semoga engkau selamat, aku akan tetap memohonkan ampun bagimu dari Allah
dan akan tinggalkan kamu dengan persembahan selain kepada Allah.
Mudah-mudahan aku tidak menjadi orang yang celaka dan malang dengan
doaku utkmu."
Lalu keluarlah Nabi Ibrahim meninggalkan rumah ayahnya
dalam keadaan sedih dan prihati karena tidak berhasil mengangkatkan
ayahnya dari lembah syirik dan kufur. Nabi Ibrahim Menghancurkan
Berhala-berhala Kegagalan Nabi Ibrahim dalam usahanya menyedarkan
ayahnya yang tersesat itu sangat menusuk hatinya karena ia sebagai
putera yang baik ingin sekali melihat ayahnya berada dalam jalan yang
benar terangkat dari lembah kesesatan dan syirik namun ia sedar bahwa
hidayah itu adalah di tangan Allah dan bagaimana pun ia ingin dengan
sepenuh hatinya agar ayahnya mendpt hidayah ,bila belum dikehendaki oleh
Allah maka sia-sialah keinginan dan usahanya. Penolakan ayahnya
terhadap dakwahnya dengan cara yang kasar dan kejam itu tidak sedikit
pun mempengaruhi ketetapan hatinya dan melemahkan semangatnya untuk
berjalan terus memberi penerangan kepada kaumnya untuk menyapu bersih
persembahan-persembahan yang bathil dan kepercayaan-kepercayaan yang
bertentangan dengan tauhid dan iman kepada Allah dan Rasul-Nya Nabi
Ibrahim tidak henti-henti dalam setiap kesempatan mengajak kaumnya
berdialog dan bermujadalah tentang kepercayaan yang mrk anut dan ajaran
yang ia bawa. Dan ternyata bahwa bila mrk sudah tidak berdaya menilak
dan menyanggah alasan-alasan dan dalil-dalil yang dikemukakan oleh Nabi
Ibrahim tentang kebenaran ajarannya dan kebathilan kepercayaan mrk maka
dalil dan alasan yang usanglah yang mrk kemukakan iaitu bahwa mrk hanya
meneruskan apa yang oleh bapa-bapa dan nenek moyang mrk dilakukan dan
sesekali mrk tidak akan melepaskan kepercayaan dan agama yang telah mrk
warisi. Nabi Ibrahim pada akhirnya merasa tidak bermanfaat lagi berdebat
dan bermujadalah dengan kaumnya yang berkepala batu dan yang tidak mahu
menerima keterangan dan bukti-bukti nyata yang dikemukakan oleh beliau
dan selalu berpegang pada satu-satunya alasan bahwa mrk tidak akan
menyimpang dari cara persembahan nenek moyang mrk, walaupun oleh Nabi
Ibrahim dinyatakan berkali-kali bahwa mrk dan bapa- bapa mrk keliru dan
tersesat mengikuti jejak syaitan dan iblis. Nabi Ibrahim kemudian
merancang akan membuktikan kepada kaumnya dengan perbuatan yang nyata
yang dapat mrk lihat dengan mata kepala mrk sendiri bahwa
berhala-berhala dan patung-patung mrk betul-betul tidak berguna bagi mrk
dan bahkan tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri. Adalah sudah
menjadi tradisi dan kebiasaan penduduk kerajaan Babylon bahwa setiap
tahun mrk keluar kota beramai-ramai pd suatu hari raya yang mrk anggap
sebagai keramat. Berhari- hari mrk tinggal di luar kota di suatu padang
terbuka, berkhemah dengan membawa bekalan makanan dan minuman yang
cukup. Mrk bersuka ria dan bersenang-senang sambil meninggalkan
kota-kota mrk kosong dan sunyi. Mrk berseru dan mengajak semua penduduk
agar keluar meninggalkan rumah dan turut beramai -ramai menghormati
hari-hari suci itu. Nabi Ibrahim yang juga turut diajak turut serta
berlagak berpura-pura sakit dan diizinkanlah ia tinggal di rumah apalagi
mrk merasa khuatir bahwa penyakit Nabi Ibrahim yang dibuat-buat itu
akan menular dan menjalar di kalangan mrk bila ia turut serta. "
Inilah
dia kesempatan yang ku nantikan," kata hati Nabi Ibrahim tatkala melihat
kota sudah kosong dari penduduknya, sunyi senyap tidak terdengar
kecuali suara burung-burung yang berkicau, suara daun-daun pohon yang
gemerisik ditiup angin kencang. Dengan membawa sebuah kapak ditangannya
ia pergi menuju tempat beribadatan kaumnya yang sudah ditinggalkan tanpa
penjaga, tanpa juru kunci dan hanya deretan patung-patung yang terlihat
diserambi tempat peribadatan itu. Sambil menunjuk kepada semahan
bunga-bunga dan makanan yang berada di setiap kaki patung berkata Nabi
Ibrahim, mengejek:" Mengapa kamu tidak makan makanan yang lazat yang
disaljikan bagi kamu ini? Jawablah aku dan berkata-katalah
kamu."Kemudian disepak, ditamparlah patung- patung itu dan
dihancurkannya berpotong- potong dengan kapak yang berada di tangannya.
Patung yang besar ditinggalkannya utuh, tidak diganggu yang pada
lehernya dikalungkanlah kapak Nabi Ibrahim itu. Terperanjat dan
terkejutlah para penduduk, tatkala pulang dari berpesta ria di luar kota
dan melihat keadaan patung-patung, tuhan-tuhan mrk hancur berantakan
dan menjadi potongan- potongan terserak-serak di atas lantai.
Bertanyalah satu kepada yang lain dengan nada hairan dan takjub:
"Gerangan siapakah yang telah berani melakukan perbuatan yang jahat dan
keji ini terhadap tuhan-tuhan persembahan mrk ini?" Berkata salah
seorang diantara mrk:" Ada kemungkinan bahwa orang yang selalu
mengolok-olok dan mengejek persembahan kami yang bernama Ibrahim itulah
yang melakukan perbuatan yang berani ini." Seorang yang lain menambah
keterangan dengan berkata:" Bahkan dialah yang pasti berbuat, karena ia
adalah satu- satunya orang yang tinggal di kota sewaktu kami semua
berada di luar merayakan hari suci dan keramat itu." Selidik punya
selidik, akhirnya terdpt kepastian yyang tidak diragukan lagi bahwa
Ibrahimlah yang merusakkan dan memusnahkan patung-patung itu. Rakyat
kota beramai-ramai membicarakan kejadian yang dianggap suatu kejadian
atau penghinaan yang tidak dpt diampuni terhadap kepercayaan dan
persembahan mrk. Suara marah, jengkel dan kutukan terdengar dari segala
penjuru, yang menuntut agar si pelaku diminta bertanggungjawab dalam
suatu pengadilan terbuka, di mana seluruh rakyat penduduk kota dapat
turut serta menyaksikannya. Dan memang itulah yang diharapkan oleh Nabi
Ibrahim agar pengadilannya dilakukan secara terbuka di mana semua warga
masyarakat dapat turut menyaksikannya. Karena dengan cara demikian
beliau dapat secara terselubung berdakwah menyerang kepercayaan mrk yang
bathil dan sesat itu, seraya menerangkan kebenaran agama dan
kepercayaan yang ia bawa, kalau diantara yang hadir ada yang masih boleh
diharapkan terbuka hatinya bagi iman dari tauhid yang ia ajarkan dan
dakwahkan. Hari pengadilan ditentukan dan datang rakyat dari segala
pelosok berduyung-duyung mengujungi padang terbuka yang disediakan bagi
sidang pengadilan itu. Ketika Nabi Ibrahim datang menghadap para hakim
yang akan mengadili ia disambut oleh para hadirin dengan teriakan
kutukan dan cercaan, menandakan sangat gusarnya para penyembah berhala
terhadap beliau yang telah berani menghancurkan persembahan mrk.
Ditanyalah Nabi Ibrahim oleh para hakim:" Apakah engkau yang melakukan
penghancuran dan merusakkan tuhan-tuhan kami?" Dengan tenang dan sikap
dingin, Nabi Ibrahim menjawab: " Patung besar yang berkalungkan kapak di
lehernya itulah yang melakukannya. Cuba tanya saja kepada patung-patung
itu siapakah yang menghancurkannya." Para hakim penanya terdiam sejenak
seraya melihat yang satu kepada yang lain dan berbisik- bisik,
seakan-akan Ibrahim yang mengandungi ejekan itu. Kemudian berkata si
hakim:" Engkaukan tahu bahwa patung-patung itu tidak dapat bercakap dan
berkata mengapa engkau minta kami bertanya kepadanya?" Tibalah waktunya
yang memang dinantikan oleh Nabi Ibrahim, maka sebagai jawapan atas
pertanyaan yang terakhir itu beliau berpidato membentangkan kebathilan
persembahan mrk,yang mrk pertahankan mati-matian, semata-mata hanya
karena adat itu adalah warisan nenek-moyang. Berkata Nabi Ibrahim kepada
para hakim itu:" Jika demikian halnya, mengapa kamu sembah
patung-patung itu, yang tidak dapat berkata, tidak dapat melihat dan
tidak dapat mendengar, tidak dapat membawa manfaat atau menolak
mudharat, bahkan tidak dapat menolong dirinya dari kehancuran dan
kebinasaan? Alangkah bodohnya kamu dengan kepercayaan dan persembahan
kamu itu! Tidakkah dapat kamu berfikir dengan akal yang sihat bahwa
persembahan kamu adalah perbuatan yang keliru yang hanya difahami oleh
syaitan. Mengapa kamu tidak menyembah Tuhan yang menciptakan kamu,
menciptakan alam sekeliling kamu dan menguasakan kamu di atas bumi
dengan segala isi dan kekayaan. Alangkah hina dinanya kamu dengan
persembahan kamu itu."
Setelah selesai Nabi Ibrahim menguraikan
pidatonya iut, para hakim mencetuskan keputusan bahawa Nabi Ibrahim
harus dibakar hidup-hidup sebagai ganjaran atas perbuatannya menghina
dan menghancurkan tuhan-tuhan mrk, maka berserulah para hakim kepada
rakyat yang hadir menyaksikan pengadilan itu:" Bakarlah ia dan belalah
tuhan-tuhanmu , jika kamu benar- benar setia kepadanya." Nabi Ibrahim
Dibakar Hidup-hidup Keputusan mahkamah telah dijatuhakan.Nabi Ibrahim
harus dihukum dengan membakar hidup- hidup dalam api yang besar sebesar
dosa yang telah dilakukan. Persiapan bagi upacara pembakaran yang akan
disaksikan oleh seluruh rakyat sedang diaturkan. Tanah lapang bagi
tempat pembakaran disediakan dan diadakan pengumpulan kayu bakar dengan
banyaknya dimana tiap penduduk secara gotong-royong harus mengambil
bahagian membawa kayu bakar sebanyak yang ia dapat sebagai tanda bakti
kepada tuhan-tuhan persembahan mrk yang telah dihancurkan oleh Nabi
Ibrahim. Berduyun-duyunlah para penduduk dari segala penjuru kota
membawa kayu bakar sebagai sumbangan dan tanda bakti kepada tuhan mrk.
Di antara terdapat para wanita yang hamil dan orang yang sakit yang
membawa sumbangan kayu bakarnya dengan harapan memperolehi barakah dari
tuhan-tuhan mereka dengan menyembuhkan penyakit mereka atau melindungi
yang hamil di kala ia bersalin. Setelah terkumpul kayu bakar di
lanpangan yang disediakan untuk upacara pembakaran dan tertumpuk serta
tersusun laksan sebuah bukit, berduyun-duyunlah orang datang untuk
menyaksikan pelaksanaan hukuman atas diri Nabi Ibrahim. Kayu lalu
dibakar dan terbentuklah gunung berapi yang dahsyat yang sedang
berterbangan di atasnya berjatuhan terbakar oleh panasnya wap yang
ditimbulkan oleh api yang menggunung itu.
Kemudian dalam keadaan
terbelenggu, Nabi Ibrahim didtgkan dan dari atas sebuah gedung yang
tinggi dilemparkanlah ia kedalam tumpukan kayu yang menyala-nyala itu
dengan iringan firman Allah:" Hai api, menjadilah engkau dingin dan
keselamatan bagi Ibrahim." Sejak keputusan hukuman dijatuhkan sampai
saat ia dilemparkan ke dalam bukit api yang menyala-nyala itu, Nabi
Ibrahim tetap menunjukkan sikap tenang dan tawakkal karena iman dan
keyakinannya bahwa Allah tidak akan rela melepaskan hamba pesuruhnya
menjadi makanan api dan kurban keganasan orang-orang kafir musuh Allah.
Dan memang demikianlah apa yang terjadi tatkala ia berada dalam perut
bukit api yang dahsyat itu ia merasa dingin sesuai dengan seruan Allah
Pelindungnya dan hanya tali temali dan rantai yang mengikat tangan dan
kakinya yang terbakar hangus, sedang tubuh dan pakaian yang terlekat
pada tubuhnya tetap utuh, tidak sedikit pun tersentuh oleh api, hal mana
merupakan suatu mukjizat yang diberikan oleh Allah kepada hamba
pilihannya, Nabi Ibrahim, agar dapat melanjutkan penyampaian risalah
yang ditugaskan kepadanya kepada hamba- hamba Allah yang tersesat itu.
Para penonton upacara pembakaran hairan tercenggang tatkala melihat Nabi
Ibrahim keluar dari bukit api yang sudah padam dan menjadi abu itu
dalam keadaan selamat, utuh dengan pakaiannya yang tetap berda seperti
biasa, tidak ada tanda-tanda sentuhan api sedikit jua pun. Mereka
bersurai meninggalkan lapangan dalam keadaan hairan seraya
bertanya-tanya pada diri sendiri dan di antara satu sama lain bagaimana
hal yang ajaib itu berlaku, padahal menurut anggapan mereka dosa Nabi
Ibrahim sudah nyata mendurhakai tuhan-tuhan yang mereka puja dan
sembah.Ada sebahagian drp mrk yang dalam hati kecilnya mulai meragui
kebenaran agama mrk namun tidak berani melahirkan rasa ragu-ragunya itu
kepada orang lain, sedang para pemuka dan para pemimpin mrk merasa
kecewa dan malu, karena hukuman yang mrk jatuhkan ke atas diri Nabi
Ibrahim dan kesibukan rakyat mengumpulkan kayu bakar selama berminggu-
minggu telah berakhir dengan kegagalan, sehingga mrk merasa malu kepada
Nabi Ibrahim dan para pengikutnya.
Mukjizat yang diberikan oleh Allah
s.w.t. kepada Nabi Ibrahim sebagai bukti nyata akan kebenaran dakwahnya,
telah menimbulkan kegoncangan dalam kepercayaan sebahagian penduduk
terhadap persembahan dan patung- patung mrk dan membuka mata hati banyak
drp mrk untuk memikirkan kembali ajakan Nabi Ibrahim dan dakwahnya,
bahkan tidak kurang drp mrk yang ingin menyatakan imannya kepada Nabi
Ibrahim, namun khuatir akan mendapat kesukaran dalam penghidupannya
akibat kemarahan dan balas dendam para pemuka dan para pembesarnya yang
mungkin akan menjadi hilang akal bila merasakan bahwa pengaruhnya telah
bealih ke pihak Nabi Ibrahim.
Nabi Ibrahim yang berhijrah meninggalkan Mesir bersama Sarah, isterinya
dan Hajar, dayangnya di tempat tujuannya di Palestin. Ia telah membawa
pindah juga semua binatang ternaknya dan harta miliknya yang telah
diperolehinya sebagai hasil usaha niaganya di Mesir. Al-Bukhari
meriwayatkan daripada Ibnu Abbas r.a.berkata: Pertama-tama yang
menggunakan setagi (setagen) ialah Hajar ibu Nabi Ismail tujuan untuk
menyembunyikan kandungannya dari Siti Sarah yang telah lama berkumpul
dengan Nabi Ibrahim a.s. tetapi belum juga hamil. tetapi walaubagaimana
pun juga akhirnya terbukalah rahsia yang disembunyikan itu dengan
lahirnya Nabi Ismail a.s. Dan sebagai lazimnya seorang isteri sebagai
Siti Sarah merasa telah dikalahkan oleh Siti Hajar sebagai seorang
dayangnya yang diberikan kepada Nabi Ibrahim a.s. Dan sejak itulah Siti
Sarah merasakan bahawa Nabi Ibrahim a.s. lebih banyak mendekati Hajar
karena merasa sgt gembira dengan puteranya yang tunggal dan pertama itu,
hal ini yang menyebabkan permulaan ada keratakan dalam rumahtangga Nabi
Ibrahim a.s. sehingga Siti Sarah merasa tidak tahan hati jika melihat
Siti Hajar dan minta pada Nabi Ibrahim a.s. supaya menjauhkannya dari
matanya dan menempatkannya di lain tempat.
Untuk suatu hikmah yang belum diketahui dan disadari oleh Nabi Ibrahim
Allah s.w.t. mewahyukan kepadanya agar keinginan dan permintaan Sarah
isterinya dipenuhi dan dijauhkanlah Ismail bersama Hajar ibunya dan
Sarah ke suatu tempat di mana yang ia akan tuju dan di mana Ismail
puteranya bersama ibunya akan di tempatkan dan kepada siapa akan
ditinggalkan. Maka dengan tawakkal kepada Allah berangkatlah Nabi
Ibrahim meninggalkan rumah membawa Hajar dan Ismail yang diboncengkan di
atas untanya tanpa tempat tujuan yang tertentu. Ia hanya berserah diri
kepada Allah yang akan memberi arah kepada binatang tunggangannya. Dan
berjalanlah unta Nabi Ibrahim dengan tiga hamba Allah yang berada di
atas punggungnya keluar kota masuk ke lautan pasir dan padang terbuka di
mana terik matahari dengan pedihnya menyengat tubuh dan angin yang
kencang menghembur-hamburkan debu- debu pasir. Ismail dan Ibunya Hajar
Ditingalkan di Makkah Setelah berminggu-minggu berada dalam perjalanan
jauh yang memenatkan tibalah pada akhirnya Nabi Ibrahim bersama Ismail
dan ibunya di Makkah kota suci dimana Kaabah didirikan dan menjadi
pujaan manusia dari seluruh dunia. di tempat di mana Masjidil Haram
sekarang berada, berhentilah unta Nabi Ibrahim mengakhiri perjalanannya
dan disitulah ia meninggalkan Hajar bersama puteranya dengan hanya
dibekali dengan serantang bekal makanan dan minuman sedangkan keadaan
sekitarnya tiada tumbuh-tumbuhan, tiada air mengalir, yang terlihat
hanyalah batu dan pasir kering . Alangkah sedih dan cemasnya Hajar
ketika akan ditinggalkan oleh Ibrahim seorang diri bersama dengan
anaknya yang masih kecil di tempat yang sunyi senyap dari segala-galanya
kecuali batu gunung dan pasir. Ia seraya merintih dan menangis,
memegang kuat-kuat baju Nabi Ibrahim memohon belas kasihnya, janganlah
ia ditinggalkan seorang diri di tempat yang kosong itu, tiada seorang
manusia, tiada seekor binatang, tiada pohon dan tidak terlihat pula air
mengalir, sedangkan ia masih menanggung beban mengasuh anak yang kecil
yang masih menyusu. Nabi Ibrahim mendengar keluh kesah Hajar merasa
tidak tergamak meninggalkannya seorang diri di tempat itu bersama
puteranya yang sangat disayangi akan tetapi ia sedar bahwa apa yang
dilakukan nya itu adalah kehendak Allah s.w.t. yang tentu mengandungi
hikmat yang masih terselubung baginya dan ia sedar pula bahawa Allah
akan melindungi Ismail dan ibunya dalam tempat pengasingan itu dan
segala kesukaran dan penderitaan. Ia berkata kepada Hajar :
"Bertawakkallah kepada Allah yang telah menentukan kehendak-Nya,
percayalah kepada kekuasaan-Nya dan rahmat-Nya. Dialah yang memerintah
aku membawa kamu ke sini dan Dialah yang akan melindungi mu dan
menyertaimu di tempat yang sunyi ini. Sesungguh kalau bukan perintah dan
wahyunya, tidak sesekali aku tergamak meninggalkan kamu di sini seorang
diri bersama puteraku yang sangat ku cintai ini. Percayalah wahai Hajar
bahwa Allah Yang Maha Kuasa tidak akan melantarkan kamu berdua tanpa
perlindungan- Nya. Rahmat dan barakah-Nya akan tetap turun di atas kamu
untuk selamanya, insya-Allah." Mendengar kata-kata Ibrahim itu segeralah
Hajar melepaskan genggamannya pada baju Ibrahim dan dilepaskannyalah
beliau menunggang untanya kembali ke Palestin dengan iringan air mata
yang bercurahan membasahi tubuh Ismail yang sedang menetak. Sedang Nabi
Ibrahim pun tidak dapat menahan air matanya keetika ia turun dari
dataran tinggi meninggalkan Makkah menuju kembali ke Palestin di mana
isterinya Sarah dengan puteranya yang kedua Ishak sedang menanti. Ia
tidak henti-henti selama dalam perjalanan kembali memohon kepada Allah
perlindungan, rahmat dan barakah serta kurniaan rezeki bagi putera dan
ibunya yang ditinggalkan di tempat terasing itu. Ia berkata dalam
doanya:" Wahai Tuhanku! Aku telah tempatkan puteraku dan anak-anak
keturunannya di dekat rumah-Mu { Baitullahil Haram } di lembah yang
sunyi dari tanaman dan manusia agar mrk mendirikan solat dan beribadat
kepada-Mu. Jadikanlah hati sebahagian manusia cenderung kepada mrk dan
berilah mrk rezeki dari buah-buahan yang lazat, mudah-mudahan mrk
bersyukur kepada-Mu." Mata Air Zamzam Sepeninggal Nabi Ibrahim
tinggallah Hajar dan puteranya di tempat yang terpencil dan sunyi itu.
Ia harus menerima nasib yang telah ditakdirkan oleh Allah atas dirinya
dengan kesabaran dan keyakinan penuh akan perlindungan-Nya.
Bekalan makanan dan minuman yang dibawanya dalam perjalanan pada
akhirnya habis dimakan selama beberapa hari sepeninggalan Nabi Ibrahim.
Maka mulailah terasa oleh Hajar beratnya beban hidup yang harus
ditanggungnya sendiri tanpa bantuan suaminya. Ia masih harus meneteki
anaknya, namun air teteknya makin lama makin mengering disebabkan
kekurangan makan .Anak yang tidak dapat minuman yang memuaskan dari
tetek ibunya mulai menjadi cerewet dan tidak henti-hentinya menangis.
Ibunya menjadi panik, bingung dan cemas mendengar tangisan anaknya yang
sgt menyayat hati itu. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri serta lari ke
sana ke sini mencari sesuap makanan atau seteguk air yang dpt
meringankan kelaparannya dan meredakan tangisan anaknya, namun
sia-sialah usahanya. Ia pergi berlari harwalah menuju bukit Shafa
kalau-kalau ia boleh mendapatkan sesuatu yang dapat menolongnya tetapi
hanya batu dan pasir yang didapatnya disitu, kemudian dari bukit Shafa
ia melihat bayangan air yang mengalir di atas bukit Marwah dan larilah
ia berharwahlah ke tempat itu namun ternyata bahawa yang disangkanya air
adalha fatamorangana {bayangan} belaka dan kembalilah ke bukit Shafa
karena mendengar seakan-akan ada suara yang memanggilnya tetapi gagal
dan melesetlah dugaannya. Demikianlah maka karena dorongan hajat
hidupnya dan hidup anaknya yang sangat disayangi, Hajar mundar-mundir
berlari sampai tujuh kali antara bukit Shafa dan Marwah yang pada
akhirnya ia duduk termenung merasa penat dan hampir berputus asa.
Diriwayatkan bahawa selagi Hajar berada dalam keadaan tidak berdaya dan
hampir berputus asa kecuali dari rahmat Allah dan pertolongan-Nya
datanglah kepadanya malaikat Jibril bertanya:" Siapakah sebenarnya
engkau ini?" " Aku adalah hamba sahaya Ibrahim". Jawab Hajar." Kepada
siapa engkau dititipkan di sini?"tanya Jibril." Hanya kepad Allah",jawab
Hajar.Lalu berkata Jibril:" Jika demikian, maka engkau telah dititipkan
kepada Dzat Yang Maha Pemurah Lagi Maha Pengasih, yang akan
melindungimu, mencukupi keperluan hidupmu dan tidak akan mensia-siakan
kepercayaan ayah puteramu kepada-Nya." Kemudian diajaklah Hajar
mengikuti-nya pergi ke suatu tempat di mana Jibril menginjakkan telapak
kakinya kuat-kuat di atas tanah dan segeralah memancur dari bekas
telapak kaki itu air yang jernih dengan kuasa Allah .Itulah dia mata air
Zamzam yang sehingga kini dianggap keramat oleh jemaah haji, berdesakan
sekelilingnya bagi mendapatkan setitik atau seteguk air daripadanya dan
kerana sejarahnya mata air itu disebut orang " Injakan Jibril ".
Alngkah gembiranya dan lega dada Hajar melihat air yang mancur itu.
Segera ia membasahi bibir puteranya dengan air keramat itu dan segera
pula terlihat wajah puteranya segar kembali, demikian pula wajah si ibu
yang merasa sgt bahagia dengan datangnya mukjizat dari sisi Tuhan yang
mengembalikan kesegaran hidup kepadanya dan kepada puteranya sesudah
dibayang-bayangi oleh bayangan mati kelaparan yang mencekam dada.
Mancurnya air Zamzam telah menarik burung- burung berterbangan
mengelilingi daerah itu menarik pula perhatian sekelompok bangsa Arab
dari suku Jurhum yang merantau dan sedang berkhemah di sekitar Makkah.
Mereka mengetahui dari pengalaman bahwa di mana ada terlihat burung di
udara, nescaya dibawanya terdapat air, maka diutuslah oleh mrk beberapa
orang untuk memeriksa kebenaran teori ini. Para pemeriksa itu pergi
mengunjungi daerah di mana Hajar berada, kemudian kembali membawa berita
gembira kepada kaumnya tentang mata air Zamzam dan keadaan Hajar
bersama puteranya. Segera sekelompok suku Jurhum itu memindahkan
perkhemahannya ke tempat sekitar Zamzam ,dimana kedatangan mrk disambut
dengan gembira oleh Hajar karena adanya sekelompok suku Jurhum di
sekitarnya, ia memperolehi jiran-jiran yang akan menghilangkan kesunyian
dan kesepian yang selama ini dirasakan di dalam hidupnya berduaan
dengan puteranya saja. Hajar bersyukur kepada Allah yang dengan
rahmatnya telah membuka hati orang-orang itu cenderung datang meramaikan
dan memecahkan kesunyian lembah di mana ia ditinggalkan sendirian oleh
Ibrahim. Nabi Ismail Sebagai Qurban Nabi Ibrahim dari masa ke semasa
pergi ke Makkah untuk mengunjungi dan menjenguk Ismail di tempat
pengasingannya bagi menghilangkan rasa rindu hatinya kepada puteranya
yang ia sayangi serta menenangkan hatinya yang selalu rungsing bila
mengenangkan keadaan puteranya bersama ibunya yang ditinggalkan di
tempat yang tandus, jauh dari masyarakat kota dan pengaulan umum.
Sewaktu Nabi Ismail mencapai usia remajanya Nabi Ibrahim a.s. mendapat
mimpi bahwa ia harus menyembelih Ismail puteranya. Dan mimpi seorang
nabi adalah salah satu dari cara-cara turunnya wahyu Allah , maka
perintah yang diterimanya dalam mimpi itu harus dilaksanakan oleh Nabi
Ibrahim. Ia duduk sejurus termenung memikirkan ujian yang maha berat
yang ia hadapi. Sebagai seorang ayah yang dikurniai seorang putera yang
sejak puluhan tahun diharap-harapkan dan didambakan ,seorang putera yang
telah mencapai usia di mana jasa- jasanya sudah dapat dimanfaatkan oleh
si ayah , seorang putera yang diharapkan menjadi pewarisnya dan
penyampung kelangsungan keturunannya, tiba-tiba harus dijadikan qurban
dan harus direnggut nyawa oelh tangan si ayah sendiri. Namun ia sebagai
seorang Nabi, pesuruh Allah dan pembawa agama yang seharusnya menjadi
contoh dan teladan bagi para pengikutnya dalam bertaat kepada Allah
,menjalankan segala perintah-Nya dan menempatkan cintanya kepada Allah
di atas cintanya kepada anak, isteri, harta benda dan lain-lain. Ia
harus melaksanakan perintah Allah yang diwahyukan melalui mimpinya, apa
pun yang akan terjadi sebagai akibat pelaksanaan perintah itu. Sungguh
amat berat ujian yang dihadapi oleh Nabi Ibrahim, namun sesuai dengan
firman Allah yang bermaksud:" Allah lebih mengetahui di mana dan kepada
siapa Dia mengamanatkan risalahnya." Nabi Ibrahim tidak membuang masa
lagi, berazam {niat} tetap akan menyembelih Nabi Ismail puteranya
sebagai qurban sesuai dengan perintah Allah yang telah diterimanya.
Dan berangkatlah serta merta Nabi Ibrahim menuju ke Makkah untuk menemui
dan menyampaikan kepada puteranya apa yang Allah perintahkan. Nabi
Ismail sebagai anak yang soleh yang sgt taat kepada Allah dan bakti
kepada orang tuanya, ketika diberitahu oleh ayahnya maksud kedatangannya
kali ini tanpa ragu-ragu dan berfikir panjang berkata kepada ayahnya:"
Wahai ayahku! Laksanakanlah apa yang telah diperintahkan oleh Allah
kepadamu. Engkau akan menemuiku insya-Allah sebagai seorang yang sabar
dan patuh kepada perintah. Aku hanya meminta dalam melaksanakan perintah
Allah itu , agar ayah mengikatku kuat-kuat supaya aku tidak banyak
bergerak sehingga menyusahkan ayah, kedua agar menanggalkan pakaianku
supaya tidak terkena darah yang akan menyebabkan berkurangnya pahalaku
dan terharunya ibuku bila melihatnya, ketiga tajamkanlah parangmu dan
percepatkanlah perlaksanaan penyembelihan agar menringankan penderitaan
dan rasa pedihku, keempat dan yang terakhir sampaikanlah salamku kepada
ibuku berikanlah kepadanya pakaian ku ini untuk menjadi penghiburnya
dalam kesedihan dan tanda mata serta kenang-kenangan baginya dari putera
tunggalnya."Kemudian dipeluknyalah Ismail dan dicium pipinya oleh Nabi
Ibrahim seraya berkata:" Bahagialah aku mempunyai seorang putera yang
taat kepada Allah, bakti kepada orang tua yang dengan ikhlas hati
menyerahkan dirinya untuk melaksanakan perintah Allah." Saat
penyembelihan yang mengerikan telah tiba.
Diikatlah kedua tangan dan kaki Ismail, dibaringkanlah ia di atas lantai,
lalu diambillah parang tajam yang sudah tersedia dan sambil memegang
parang di tangannya, kedua mata nabi Ibrahim yang tergenang air
berpindah memandang dari wajah puteranya ke parang yang mengilap di
tangannya, seakan-akan pada masa itu hati beliau menjadi tempat
pertarungan antara perasaan seorang ayah di satu pihak dan kewajiban
seorang rasul di satu pihak yang lain. Pada akhirnya dengan memejamkan
matanya, parang diletakkan pada leher Nabi Ismail dan penyembelihan di
lakukan . Akan tetapi apa daya, parang yang sudah demikian tajamnya itu
ternyata menjadi tumpul dileher Nabi Ismail dan tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya dan sebagaimana diharapkan
Kejadian tersebut merupakan suatu mukjizat dari Allah yang menegaskan
bahwa perintah pergorbanan Ismail itu hanya suatu ujian bagi Nabi
Ibrahim dan Nabi Ismail sampai sejauh mana cinta dan taat mereka kepada
Allah. Ternyata keduanya telah lulus dalam ujian yang sangat berat itu.
Nabi Ibrahim telah menunjukkan kesetiaan yang tulus dengan pergorbanan
puteranya. untuk berbakti melaksanakan perintah Allah sedangkan Nabi
Ismail tidak sedikit pun ragu atau bimbang dalam memperagakan
kebaktiannya kepada Allah dan kepada orang tuanya dengan menyerahkan
jiwa raganya untuk dikorbankan, sampai-sampai terjadi seketika merasa
bahwa parang itu tidak lut memotong lehernya, berkatalah ia kepada
ayahnya:" Wahai ayahku! Rupa-rupanya engkau tidak sampai hati memotong
leherku karena melihat wajahku, cubalah telangkupkan aku dan
laksanakanlah tugasmu tanpa melihat wajahku."Akan tetapi parang itu
tetap tidak berdaya mengeluarkan setitik darah pun dari daging Ismail
walau ia telah ditelangkupkan dan dicuba memotong lehernya dari
belakang. Dalam keadaan bingung dan sedih hati, karena gagal dalam
usahanya menyembelih puteranya, datanglah kepada Nabi Ibrahim wahyu
Allah dengan firmannya:" Wahai Ibrahim! Engkau telah berhasil
melaksanakan mimpimu, demikianlah Kami akan membalas orang-orang yang
berbuat kebajikkan ."Kemudian sebagai tebusan ganti nyawa Ismail telah
diselamatkan itu, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim menyembelih seekor
kambing yang telah tersedia di sampingnya dan segera dipotong leher
kambing itu oleh beliau dengan parang yang tumpul di leher puteranya
Ismail itu. Dan inilah asal permulaan sunnah berqurban yang dilakukan
oleh umat Islam pada tiap hari raya Idul Adha di seluruh pelosok dunia.
Sumber: http://kisah25nabi.blogspot.com
Tonton di Youtube: Kisah Nabi Ibrahim (Indonesian Subtitles)