Awalnya, "Industri 4.0" berasal dari sebuah proyek strategis teknologi Pemerintah Jerman yang mengutamakan komputerisasi untuk setiap pabrik yang berada di Jerman. Revoluasi Industri 4.0 ini mencuat kembali pada 2011 di Hannover Fair, Jerman.
Oktober 2012, Working Group on Industry 4.0 memaparkan rekomendasi pelaksanaan Revolusi Industri 4.0 kepada Pemerintah Federal Jerman.
Sejarah Industri 1.0 hingga 4.0
Revolusi industri 1.0 (pertama) dimulai pada abad ke-18, ketika Indonesia masih dibawah pemerintahan Kolonial Hindia-Belanda.
Hal itu ditandai dengan penemuan mesin uap untuk upaya peningkatkan produktivitas yang bernilai tinggi. Seperti yang terjadi di Inggris, saat itu, perusahaan tenun menggunakan steam engine (mesin uap) untuk menghasilkan produk tekstil.
Revolusi industri 2.0 (kedua) dimulai pada tahun 1900-an. Revolusi yang kedua ini terkait dengan teknologi di lini produksi dan kegiatan ekonomi. Hal tersebut ditandai dengan ditemukannya tenaga listrik.
Pada fase ini, beberapa industri di berbagai Negara mengalami pertumbuhan yang cukup signfikan, seperti sektor agro dan pertambangan.
Revolusi industri 3.0 (ketiga) diawali di tahun 90-an. Pada fase ini, terjadi digitalisasi dan otomatisasi yang terjadi secara global. Saat itu, belum diketahui dan tidak diprediksi bahwa internet efeknya akan seperti hari ini. Hari ini seluruh negara di dunia baru melihat apa efek dari Internet of things.
Revolusi industri keempat (4.0) dimulai sekitar tahun 2011-2012 yang kini menjadi tren di dunia industri. Revolusi industri keempat menggabungkan teknologi otomatisasi dengan teknologi cyber. Tren ini telah mengubah banyak bidang kehidupan manusia, termasuk ekonomi, dunia kerja, bahkan gaya hidup manusia itu sendiri
Istliah "Industri 4.0" berasal dari sebuah proyek strategis teknologi Pemerintah Jerman, di Hannover Fair tahun 2011, yang mengutamakan komputerisasi pabrik.
Istilah "Industrie 4.0" kembali mencuat pada Oktober 2012, Working Group on Industry 4.0 memaparkan rekomendasi pelaksanaan Industri 4.0 kepada pemerintah federal Jerman. Anggota kelompok kerja Industri 4.0 diakui sebagai bapak pendiri dan perintis Industri 4.0. Laporan akhir Working Group Industry 4.0 dipaparkan di Hannover Fair tanggal 8 April 2013.
Dalam Industri 4.0, terdapat empat prinsip rancangan untuk membantu perusahaan mengidentifikasi dan mengimplementasikan skenario-skenario Industri 4.0, yaitu:
Interoperabilitas (kesesuaian):
Kemampuan mesin, perangkat, sensor, dan manusia untuk berhubungan dan berkomunikasi dengan satu sama lain lewat Internet untuk segala (IoT) atau Internet untuk khalayak (IoP).
Transparansi informasi:
Kemampuan sistem informasi untuk menciptakan salinan dunia fisik secara virtual dengan memperkaya model pabrik digital dengan data sensor. Prinsip ini membutuhkan pengumpulan data sensor mentah agar menghasilkan informasi konteks bernilai tinggi.
Bantuan teknis:
Pertama, kemampuan sistem bantuan untuk membantu manusia dengan mengumpulkan dan membuat visualisasi informasi secara menyeluruh agar bisa membuat keputusan bijak dan menyelesaikan masalah genting yang mendadak.
Kedua, kemampuan sistem siber-fisik untuk membantu manusia secara fisik dengan melakukan serangkaian tugas yang tidak menyenangkan, terlalu berat, atau tidak aman bagi manusia.
Keputusan mandiri:
Kemampuan sistem siber-fisik untuk membuat keputusan sendiri dan melakukan tugas semandiri mungkin. Bila terjadi pengecualian, gangguan, atau ada tujuan yang berseberangan, tugas didelegasikan ke atasan.
Referensi:
Apa Itu Revolusi Industri 4.0?
Detik News
Revolusi industri 4.0
Wikipedia
Sejarah Revolusi Industri dari 1.0 hingga 4.0
Tirto.id
Oktober 2012, Working Group on Industry 4.0 memaparkan rekomendasi pelaksanaan Revolusi Industri 4.0 kepada Pemerintah Federal Jerman.
Sejarah Industri 1.0 hingga 4.0
Revolusi industri 1.0 (pertama) dimulai pada abad ke-18, ketika Indonesia masih dibawah pemerintahan Kolonial Hindia-Belanda.
Hal itu ditandai dengan penemuan mesin uap untuk upaya peningkatkan produktivitas yang bernilai tinggi. Seperti yang terjadi di Inggris, saat itu, perusahaan tenun menggunakan steam engine (mesin uap) untuk menghasilkan produk tekstil.
Revolusi industri 2.0 (kedua) dimulai pada tahun 1900-an. Revolusi yang kedua ini terkait dengan teknologi di lini produksi dan kegiatan ekonomi. Hal tersebut ditandai dengan ditemukannya tenaga listrik.
Pada fase ini, beberapa industri di berbagai Negara mengalami pertumbuhan yang cukup signfikan, seperti sektor agro dan pertambangan.
Revolusi industri 3.0 (ketiga) diawali di tahun 90-an. Pada fase ini, terjadi digitalisasi dan otomatisasi yang terjadi secara global. Saat itu, belum diketahui dan tidak diprediksi bahwa internet efeknya akan seperti hari ini. Hari ini seluruh negara di dunia baru melihat apa efek dari Internet of things.
Revolusi industri keempat (4.0) dimulai sekitar tahun 2011-2012 yang kini menjadi tren di dunia industri. Revolusi industri keempat menggabungkan teknologi otomatisasi dengan teknologi cyber. Tren ini telah mengubah banyak bidang kehidupan manusia, termasuk ekonomi, dunia kerja, bahkan gaya hidup manusia itu sendiri
Istliah "Industri 4.0" berasal dari sebuah proyek strategis teknologi Pemerintah Jerman, di Hannover Fair tahun 2011, yang mengutamakan komputerisasi pabrik.
Istilah "Industrie 4.0" kembali mencuat pada Oktober 2012, Working Group on Industry 4.0 memaparkan rekomendasi pelaksanaan Industri 4.0 kepada pemerintah federal Jerman. Anggota kelompok kerja Industri 4.0 diakui sebagai bapak pendiri dan perintis Industri 4.0. Laporan akhir Working Group Industry 4.0 dipaparkan di Hannover Fair tanggal 8 April 2013.
Dalam Industri 4.0, terdapat empat prinsip rancangan untuk membantu perusahaan mengidentifikasi dan mengimplementasikan skenario-skenario Industri 4.0, yaitu:
Interoperabilitas (kesesuaian):
Kemampuan mesin, perangkat, sensor, dan manusia untuk berhubungan dan berkomunikasi dengan satu sama lain lewat Internet untuk segala (IoT) atau Internet untuk khalayak (IoP).
Transparansi informasi:
Kemampuan sistem informasi untuk menciptakan salinan dunia fisik secara virtual dengan memperkaya model pabrik digital dengan data sensor. Prinsip ini membutuhkan pengumpulan data sensor mentah agar menghasilkan informasi konteks bernilai tinggi.
Bantuan teknis:
Pertama, kemampuan sistem bantuan untuk membantu manusia dengan mengumpulkan dan membuat visualisasi informasi secara menyeluruh agar bisa membuat keputusan bijak dan menyelesaikan masalah genting yang mendadak.
Kedua, kemampuan sistem siber-fisik untuk membantu manusia secara fisik dengan melakukan serangkaian tugas yang tidak menyenangkan, terlalu berat, atau tidak aman bagi manusia.
Keputusan mandiri:
Kemampuan sistem siber-fisik untuk membuat keputusan sendiri dan melakukan tugas semandiri mungkin. Bila terjadi pengecualian, gangguan, atau ada tujuan yang berseberangan, tugas didelegasikan ke atasan.
Referensi:
Apa Itu Revolusi Industri 4.0?
Detik News
Revolusi industri 4.0
Wikipedia
Sejarah Revolusi Industri dari 1.0 hingga 4.0
Tirto.id