Barang-barang buatan Tiongkok memang dikenal murah dan terjangkau oleh masyarakat di Indonesia. Maka tak heran, harga yang ditawarkan terkadang memang tak masuk akal karena jauh di bawah rata-rata pasaran.
Selain harga, perusahaan-perusahaan di China bahkan membuat produk replika, seperti gadet yang menyerupai aslinya.
Dilansir dari detikNews.com, Ketua Apindo, Sofjan Wanandi bahkan mengatakan
"Tanah Abang sudah dikuasai 60%-70% barang-barang dari China. Tekstilnya, barang Timur Tengah pun dia juga. Bagaimana mau lawan? Batikpun, China sudah bisa bikin".
Benarkah Harga Murah, Kualitas Buruk ?
Kualitas buruk produk China sejauh ini memang sudah menjadi stigma negatif masyarakat.Kualitas, daya tahan suatu produk, termasuk produk brand ternama sekalipun tergantung cara konsumen menggunaan produk tersebut. Produk buatan brand ternama dengan harga yang maham sekalipun, jika cara penggunaannya salah atau tidak sesuai petunjuk tentu akan rusak juga.
Contohnya dalam segmen smartphone, berdasarkan laporan Statista, pada 2016 ponsel lokal Cina seperti Huawei, HonorH onor, Vivo dan Xiomi menjadi ponsel paling laris di pasar penjualan ponsel pintar di China, mengalahkan Apple dan Samsung.
Laporan resmi McKinsey yang dikutip Forbes, sekitar 62 persen konsumen Cina kini mulai beralih ke merek lokal dibandingkan merek impor bila memiliki kualitas serta harga yang sama.
Produsen smartphone China tidak bermain di kelas menengah saja. Mereka juga memproduksi smartphone yang menjangkau pengguna entry level (smartphone pemula dengan spesifikasi dasar), dengan harga yang terjangkau.
Penjualan empat merek ponsel itu kian meningkat dan berhasil menguasai 69 persen pasar ponsel pintar Cina pada kuartal II-2017. Sedangkan Apple turun 0,3 persen dan Samsung terjun bebas dengan penurunan sebesar 4 persen dibandingkan kuartal yang sama di 2016.
Secara Global, ponsel Cina memang belum mampu mengalahkan Samsung dan Apple. Namun, tiga produk Cina yaitu Huawei, OPPO, dan Vivo mulai menempel kedua produk internasional itu dengan berada tak tepat di posisi ketiga, keempat dan kelima sebagai ponsel terlaris di dunia.
Para produsen Smartphone di China terus melakukan inovasi, bahkan mengembangkan smartphone premium dengan kualitas yang baik dan tidak lagi sekadar murah. Namun untuk memastikan inovasi yang meluas akan membutuhkan perombakan radikal dalam cara perusahaan dikelola. Huawei menggelontorkan sumber daya ke departemen perancangan perangkatnya yang dikepalai oleh mantan desainer Samsung, Joonsuh Kim. Sementara OPPO berupaya menciptakan perangkat unggulan yang bisa menonjol dalam hal kualitas di antara produk pesaing.
Untuk segmen entry level (smartphone pemula dengan spesifikasi dasar), beberapa komponen diproduksi di negara China sendiri, tapi sebagian lainnya bukan dari perusahaan China. Layar smartphone, Baterai, dan industri perakitan di buat di dalam negeri. Tapi komponen ini tidak memegang peran terlalu besar. Sebagai contoh, perbedaan harga layar AMOLED panel sudah sama dengan LCD. Membeli komponen dari produsen apa saja realtif sama.
Harus diakui China sudah menjadi pemain utama ekonomi dunia. Jutaan warganya menjadi milioner dalam sepuluh tahun terakhir ini. Itu pertanda bahwa negara ini sedang bergerak maju. Cina menjadi penantang terkuat dalam produksi produk-produk teknologi dunia yang selama ini didominasi Amerika Serikat, negara-negara Eropa Barat, Korea Selatan dan Jepang.
Perang dagang dunia saat ini, membuat China semakin agresif melakukan ekspor. Eksportir di Negeri Tirai Bambu mengekspor produk secara besar-besaran untuk mendapatkan kembali biaya pajak yang mereka keluarkan.
Pemerintah China tidak akan merugi, karena pemerintah akan mendapatkan kembali biaya pajak yang dikeluarkan bila produk yang dijualnya memberikan nilai tambah. Setiap produk yang diekspor, akan dikenakan value added tax (VAT) atau pajak pertambahan nilai, maka setelah diekspor biaya pajak yang dibayarkan tersebut bisa di-refund atau diganti 100% oleh pemerintah China. Disisi lain, Pemerintah China juga memberikan kepastian dan menjamin situasi kondusif untuk berinvestasi di China, dengan kebijakan yang mempermudah dan mempercepat proses perizinan.
Produk China dibanderol dengan harga murah adalah karena ketersediaan tenaga kerja dengan biaya rendah. Upah tenaga kerja di China adalah yang terendah di dunia dan ini adalah alasan utama kenapa banyak vendor membangun produk di sana.
Selain tenaga kerja yang murah, bahan baku juga sangat berlimpah di China. Melimpahnya logistik & bahan baku di China didukung oleh penguatan sarana & infrastruktur infrastruktur mereka.
Strategi marketing produk China sangat efektif, efisien dan lebih hemat tanpa menghabiskan banyak biaya pemasaran. Para pabrikan China memanfaatkan jaringan pemasaran di internet (E-Commerce), seperti situs web, sosial media, aplikasi & situs jual beli online dan aplikasi perpesanan instan.
Sementara, vendor terkemuka seperti Samsung, LG, atau Apple harus menghabiskan jutaan rupiah untuk biaya iklan di TV, sponsor, atau bintang iklan untuk mempromosikan produk mereka.
China juga dikenal sebagai negara dengan harga ongkos pengiriman barang rendah, bahkan gratis. Ongkos kirim gratis merupakan insentif yang paling menarik pelanggan untuk belanja online. Untuk barang yang diekspor ke negara lain, China bekerjasama dengan jaringan pos antar negara. Perusahaan-perusahaan pos memiliki perjanjian, hal ini bisa menekan biaya ongkos kirim.
Referensi:
5 Alasan Produk China Masih Jadi Pilihan Masyarakat Indonesia
KUMPARAN.com
Ini Penyebab Harga Barang di China Sangat Murah - Detik News.
Cara Jepang dan Cina Memutar Balik Stigma Buruk Produknya
Tirto.id
Rahasia Barang Murah Cina dengan Ongkir Gratis Via Belanja Online
Tirto.id